mempelajari catatan perusahaan yang berkaitan. Pengumpulan data historis perusahaan yang telah didokumentasikan dan masih berlaku saat
ini, kemudian dilakukan rekapitulasi sesuai dengan kebutuhan penelitian ini.
Dokumentasi ini digunakan untuk mengetahui aktivitas perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia BEI.
3.4 Teknik Analisa dan Uji Hipotesis
3.4.1. Regresi Linier Berganda
Dalam analisis penelitian ini terdapat empat variabel yang terdiri dari satu variabel terikat dan tiga variabel bebas. Sehingga teknik analisisnya
menggunakan aplikasi khusus regresi linier berganda di mana dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi atau perkalian antara
dua atau lebih variabel independen Ghozali 2001.persamaan regresi untuk melihat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat
dengan persamaan : Y = ß
+ ß
1
X
1
+ ß
2
X
2
+ ß
3
X
3
+ e
i
Keterangan : Y = Nilai Perusahaan
X
1
= Leverage X
2
= Ukuran Perusahaan X
3
= Profitabilitas
ß = Intersep konstanta, menunjukkan pengaruh efek rata-rata
semua variabel yang tidak dimasukkan ke dalam model Y. ß
1,
ß
2,
ß
3
= Koefisien regresi e
= residual atau kesalahan pengganggu
3.4.2. Uji Asumsi
Klasik
Persamaan regresi tersebut diatas harus bersifat BLUE Best,Linier,Unbiased,Estimator artinya pengambilan keputusan melalui
uji F dan uji t tidak boleh bias. Menurut Sumodiningrat 2002: 115 sifat blue dapat dijelaskan sebagai berikut:
a Best : Pentingnya sifat ini bila diterapkan uji signifikan baku
terhadap α dan ß.
b Linier : Sifat ini dibutuhkan untuk memudahkan dalam penaksiran.
c Unbiased : Nilai jumlah sampel sangat besar penaksir parameter
diperoleh dari sampel besar kira-kira lebih mendekati nilai parameter sebenarnya.
d Estimate : e diharapkan sekecil mungkin.
Menurut Gujarati 1995: 13 untuk menghasilkan keputusan yang BLUE, maka harus dipenuhi oleh regresi linier berganda, yaitu :
a Nilai tengah mean value dan komponen penganggu e yang
ditimbulkan dari variabel eksplanatory harus sama dengan nol. b
Varian dari komponen penganggu harus konstan dalam memenuhi syarat heteroskedasitas.
c Tidak terjadi autokorelasi antar komponen penganggu.
d Variabel eksplanatory harus non stokastik atau kalaupun stokastik
harus menyebar bebas dari komponen penganggunya. Yang diasumsikan tidak terjadi pengaruh antara variabel bebas
atau regresi bersifat BLUE Best, Linier, Unbiased, Estimator artinya koefisien regresi pada persamaan tersebut betul-betul linier dan tidak bias
atau tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan persamaan, seperti:
3.4.2.1 Multikolinearitas
Tepatnya istilah multikolinearitas berkenaan dengan terdapatnya lebih dari satu hubungan linier pasti dan istilah kolinearitas berkenaan
dengan terdapatnya satu hubungan linier Gujarati,1995: 157 Menurut Widarjono 2003:131, mengemukakan bahwa
multikolinearitas berarti adanya hubungan linier antara variabel independen di dalam regresi linier berganda dalam suatu persamaan.
Multikolinearitas merupakan korelasi variabel independen dalam regresi berganda.
Deteksi adanya Multikolinearitas : a.
Besarnya VIF Variance Inflation Factor Jika VIF melebihi angka 10, maka variabel tersebut mengindikasikan
adanya multikolinearitas. b.
Nilai Eigenvalue mendekati 0 dan Condition Index melebihi angka 15 Nachrowi dan Usman,2006: 100.
3.4.2.2 Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain berbeda, maka disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi Heteroskedastisitas. Pengujian
Heteroskedastisitas di sini menggunakan korelasi rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas. Uji yang digunakan dalam
heteroskedastisitas yaitu dengan signifikan antara residual dengan variabel bebasnya dengan nilai signifikansi 0,05. Ghozali, 2001: 69.
3.4.2.3 Autokorelasi
Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu.
Prosedur untuk menguji autokorelasi yang sebenarnya dapat dijelaskan lebih baik dengan bantuan gambar dibawah ini, yang
menunjukkan batas d adalah 0 dan 4. Gambar 1. Statistik d Durbin – Watson, Gujarati, 1995: 216
Tidak ada autokorelasi positif dan tidak ada
autokorelasi negatif
dL dU
4 - dU 4 - dL
4
ada auto korelasi positif
daerah keragu
raguan ada auto
korelasi negatif daerah
keragu raguan
Mekanisme tes Durbin-Watson adalah sebagai berikut, dengan mengasumsikan bahwa asumsi yang mendasari tes dipenuhi :
a. Untuk ukuran sampel tertentu dan banyaknya variabel yang menjelaskan
tertentu dapatkan nilai kritis d
L
dan d
u
. b.
Jika hipotesis Ho adalah bahwa tidak ada serial korelasi positif, maka jika
d d
L
: menolak Ho d d
u
: tidak menolak Ho d
L
d d
u
: pengujian tidak meyakinkan c.
Jika hipotesis nol Ho adalah bahwa tidak ada serial korelasi korelasi negatif, maka jika
d 4 – d
L
: menolak Ho d 4 – d
u
: tidak menolak Ho 4 – d
u
d 4 – d
L
: pengujian tidak meyakinkan d.
Jika Ho adalah dua-ujung, yaitu bahwa tidak ada serial autokorelasi baik positif ataupun negatif, maka jika
d d
L
: menolak Ho d 4 – d
L
: menolak Ho d
u
d 4 – d
u
: tidak menolak Ho d
L
d d
u
atau pengujian tidak meyakinkan
4 – d
u
d 4 – d
L
Seperti langkah tadi menunjukkan, kelemahan besar dari tes d adalah bahwa jika d tadi jatuh dalam daerah yang meragukan atau daerah
ketidaktahuan, orang tidak dapat menyimpulkan apakah autokorelasi ada atau tidak ada. Dalam kasus ini orang bisa mungkin terpaksa melakukan
tes lain beberapa diantaranya diberikan dalam bentuk soal latihan atau
mendapatkan data tambahan data atau sampel yang berbeda. Harus juga diperhatikan bahwa banyaknya observasi minimum yang diperlukan
sehubungan dengan tabel Durbin Watson adalah 15. Alasannya adalah bahwa suatu sampel yang lebih kecil dari 15 observasi akan menjadi
sangat sulit untuk bisa menarik kesimpulan yang pasti definitif mengenai autokorelasi dengan memeriksa residual yang ditaksir.
3.4.3 Uji Hipotesis 3.4.3.1. Uji Parsial Uji t
Uji t adalah uji yang digunakan untuk melihat pengaruh masing- masing variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat
Widarjono,2005:58. Hipotesis dirumuskan sebagai berikut :
a. Ho =
β
1
= 0, tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel
Xi terhadap variabel Y. Hi =
β
1
≠ 0, ada pengaruh yang signifikan
β dari variabel Xi terhadap variabel Y.
b. Menentukan Level of Significant = 10 dengan derajat bebas = n-k
, dimana n : jumlah data dan k : jumlah variable bebas. c.
t
hitung
= t
hitung
= t hasil perhitungan Dimana:
βi = koefisien regresi Se
βi = Standar error
d. Kriteria pengujian sebagai berikut:
1 Apabila tingkat signifikansi 0,05
maka Ho ditolak dan Hi diterima, berarti ada pengaruh antara variabel bebas dengan
variabel terikat. 2
Apabila tingkat signifikansi 0,05 maka Ho diterima dan Hi
ditolak, artinya tidak ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1 Sejarah Singkat Pasar Modal
Sejarah pasar modal di Indonesia mengungkapkan bahwa di Indonesia pernah di bentuk suatu perserikatan perdagangan Uang dan
Efek yaitu pada tanggal 11 Januari 1952 atau tiga belas tahun setelah dibentuknya perserikatan yang sama di kota Jakarta 1912. Kemudian
pada tahun 1927 dibentuk beusa-bursa efek di tiga kota besar di Indonesia yaitu Jakarta, Semarang, dan Surabaya.
Pada masa revolusi kemerdekaan kegiatan perdagangan efek di bursa-bursa efek tersebut praktis terhenti kerena situasi politik saat itu.
Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tepatnya Tahun 1951, pemerintah memberlakukan Undang-Undang Darurat No. 13 yang
kemudian disahkan sebagai Undang-Undang yaitu Undang-Undang No. 15 Tahun 1952 tentang Bursa Efek.
Pada tanggal 10 Agustus 1990 berdasarkan keputusan Presiden Republik Indonesia No. 52 Tahun 1976, Pasar Modal di Indonesia dari
Tahun 1977 sampai Tahun 1987 kurang memberikan hasil seperti yang diharapkan meskipun pemerintah telah memberikan fasilitas kepada
perusahaan-perusahaan yang menarik dana dari pasar modal. Tersedat- sedatnya perkembangan pasar modal selama itu disebabkan oleh
beberapa hal, antara lain mengenai prosedur emisi saham dan obligasi
44