PENGARUH LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN, DAN PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN FARMASI YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen 

 

   

             

Oleh:

LINDA FITRIANI

0712010242 / FE / EM

KEPADA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

2010

 


(2)

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis ehingga skripsi yang berjudul “PENGARUH LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN, DAN

PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN FARMASIYANG GO PIBLIK DI BEI” dapat terselesaikan.

Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat penyelesaian Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bimbingan, petunjuk serta bantuan baik moril, spirituil maupun materiil, khususnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur. SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dan sekaligus selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan Skripsi sehingga penulis bisa merampungkan tugas skripsinya.

3. Bapak Dr Muhadjir Anwar MM. Selaku Ketua Jurusan Fakultas Ekonomi Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.


(3)

i

5. Kepada kedua orang tuaku, kakak, dan adik ku yang telah memberikan dukungan baik moril, spirituil ataupun materiil.

6. Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.

Akhir kata, Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Wassalamualaikum Wr.Wb. Surabaya, Desember 2010


(4)

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

ABSTRAKSI ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 8

2.2 Landasan Teori ... 10

2.2.1 Pengertian Manajemen Keuangan ... 10

2.2.2 Laporan Keuangan ... 11

2.2.2.1 Arti Pentingnya Laporan Keuangan ... 11

2.2.2.2 Pihak yang Berkepentingan Terhadap Posisi Keuangan ... 12

2.2.2.3 Pengertian Laporan Keuangan ... 12

2.2.2.4 Sifat Laporan Keuangan ... 12

2.2.2.5 Bentuk Laporan Keuangan ... 13

2.2.3 Analisa Laporan Keuangan ... 14

2.2.3.1 Tujuan Analisa ... 14

2.2.3.2 Dasar Pembanding Analisa Laporan Keuangan ... 14

2.2.4 Pengertian Pasar Modal ... 15


(5)

2.2.8 Leverage ... 23

2.2.9 Firm size (Ukuran Perusahaan) ... 25

2.2.10 Profitabilitas ... 26

2.2.11 Pengaruh Antar Variabel ... 27

2.2.11.1 Pengaruh Leverage Terhadap Nilai Perusahaan ... 27

2.2.11.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan ... 29

2.2.11.3 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan ... 30

2.3 Kerangka Pikir ... 31

2.4 Hipotesis ... 32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 33

3.2 Teknik Penentuan Populasi dan Sampel ... 35

3.2.1 Populasi ... 35

3.2.2 Sampel ... 35

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 36

3.3.1. Jenis Data ... 36

3.3.2 Sumber Data ... 36

3.3.3 Metode Pengumpulan Data ... 36

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 37

3.4.1 Regresi Linier Berganda ... 37

3.4.2 Uji Asumsi Klasik ... 38

3.4.2.1 Multikolinearitas ... 39


(6)

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 44

4.1.1 Sejarah Singkat Pasar Modal Indonesia ... 44

4.1.2 Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia (BEI) ... 45

4.1.3 Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia ... 47

4.1.4 Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia ... 47

4.1.5 Sejarah Perusahaan Obyek Penelitian ... 49

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 60

4.2.1. Leverage (X1) ... 61

4.2.2. Ukuran Perusahaan (X2) ... 62

4.2.3. Profitabilitas (X3) ... 63

4.2.3. Nilai Perusahaan (Y) ... 65

4.3. Analisis Dan Pengujian Hipotesis ... 66

4.3.1. Uji Normalitas ... 66

4.3.2. Uji Outlier ... 67

4.3.3. Uji Asumsi Klasik ... 68

4.3.4. Analisis Regresi Linier Berganda ... 71

4.3.5. Koefisien Determainansi (R2) ... 73

4.3.6. Uji t ... 74

4.4. Pembahasan ... 75

4.4.1. Leverage Terhadap Nilai Perusahaan ... 75

4.4.2. Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan ... 76

4.4.3. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan .. 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 79

5.2. Saran ... 79 DAFTAR PUSTAKA


(7)

Tabel 1. Nilai perusahaan pada Perusahaan Farmasi yang go public di BEI

Tahun 2005-2008 (Dalam Jutaan) ... 5

Tabel 2. Leverage (X2) Perusahaan Farmasi yang go public di BEI Tahun 2005-2008 ... 61

Tabel 3. Ukuran Perusahaan (X3) Perusahaan Farmasi yang go public di BEI Tahun 2005-2008 ... 63

Tabel 4. Profitabilitas (X4) Perusahaan Farmasi yang go public di BEI Tahun 2005-2008 ... 64

Tabel 5. Nilai Perusahaan (Y) Perusahaan Farmasi yang go public di BEI Tahun 2005-2008 ... 65

Tabel 6. Hasil Uji Normalitas ... 66

Tabel 7. Hasil Nilai Mahalanobis Distance ... 67

Tabel 8. Hasil Uji Multikolonieritas ... 68

Tabel 9. Hasil Uji Durbin Watson ... 69

Tabel 10. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 71

Tabel 11. Statistik Deskriptif ... 72

Tabel 12. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 72


(8)

Econometrics, Penerbit Erlangga ... 40 Gambar 2. Struktur Organisasi PT BEI ... 49 Gambar 3. Hasil Uji Statistik d Durbin-Watson, Gujarati Damodar,


(9)

Oleh :

Linda Fitriani

Abstraksi

Perusahaan menggunakan leverage dengan tujuan agar keuntungan yang diperoleh lebih besar dari pada biaya asset dan sumber dananya, dengan demikian akan meningkatkan keuntungan pemegang saham. Ukuran perusahaan menunjukkan besar atau kecilnya kekayaan (assets) yang dimiliki suatu perusahaan. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui ukuran perusahaan supaya dapat membedakan secara kuantitatif antara perusahaan besar dan perusahaan kecil. Leverage dan ukuran perusahaan yang relatif besar perlu didukung oleh kemampuan memperoleh laba. Para investor menanamkan saham pada perusahaan adalah untuk mendapatkan return. Semakin tinggi kemampuan memperoleh laba, maka semakin besar return yang diharapkan oleh investor. Oleh karena itu perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi akan diminati sahamnya oleh para investor. Dengan demikian dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh leverage, ukuran perusahaan, dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan farmasi yang go public dan masih terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia sebanyak 9 perusahaan. Dengan teknik sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.. Data yang dipergunakan adalah data sekunder yaitu data yang dikumpulkan dari pihak instansi terkait yang digunakan sebagai data pendukung dalam pengumpulan data. Sedangkan analisis yang dipergunakan adalah analisis regresi linier berganda.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa variable Leverage secara parsial berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Nilai Persahaan, Ukuran Persahaan secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap Nilai Perusahaan, dan Profitabilitas secara parsial berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Nilai Perusahaan.

Keyword : Leverage, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Nilai


(10)

1 1.1 Latar Belakang

Laporan keuangan merupakan sumber berbagai macam informasi bagi investor sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi di pasar modal. Pada pasar modal yang efisien, harga saham mencerminkan semua informasi yang relevan dan pasar akan bereaksi apabila terdapat informasi baru. Maka dari itu setiap tahun perusahaan publik yang terdaftar di BEI berkewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan kepada Bursa Efek, para investor, dan publik.

Meningkatnya persaingan usaha dan semakin rumitnya situasi yang dihadapi oleh perusahaan modern masa kini menuntut ruang lingkup dan peran seorang manajer keuangan yang semakin luas. Perusahaan melalui manajer keuangan harus mampu menjalankan fungsinya didalam mengelola keuangan dengan benar dan seefisien mungkin. Ukuran yang digunakan untuk menilai keberhasilan seorang manajer keuangan dalam mengelola keuangan perusahaan adalah dengan melihat nilai perusahaan. Suatu keputusan dikatakan benar apabila dapat meningkatkan nilai perusahaan (Husnan, 1994 : 4).

Tujuan perusahaan adalah memaksimalisasi nilai pemegang saham (karnadi, 1993 : 49). Nilai pemegang saham akan meningkat apabila


(11)

nilai perusahaan meningkat yang ditandai dengan tingkat pengembalian investasi yang tinggi kepada pemegang saham.

Nilai perusahaan diartikan sebagai harga yang bersedia dibayar oleh calon investor seandainya suatu perusahaan akan dijual. Nilai perusahaan tercermin dari harga saham yang stabil dan dalam jangka panjang mengalami kenaikan. Semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Untuk mencapai hal tersebut, perusahaan mengharapkan manajer keuangan akan melakukan tindakan terbaik bagi perusahaan dengan memaksimalkan nilai perusahaan sehingga kemakmuran (kesejahteraan) pemilik atau pemegang saham dapat tercapai. (Husnan, 2000 : 7)

Sektor farmasi adalah sektor yang kurang mendapat perhatian dari investor. Tidak seperti saham emiten tambang yang selalu berfluktuasi dengan tajam, saham farmasi cenderung kurang likuid. Berdasarkan data historis di BEI, saham emiten farmasi hanya bergerak aktif di saat tertentu saja. Misalnya saat merebaknya kekhawatiran penyebaran virus flu babi. Atau saat nilai tukar rupiah berfluktuasi tajam. Sebenarnya, saham perusahaan farmasi sangat menarik untuk dikoleksi mengingat besarnya omset penjualan produk farmasi di dalam negeri. Saat ini, nilai pasar obat di Indonesia lebih dari US$ 0,5 miliar atau sekitar Rp 23 triliun. Penguatan nilai rupiah yang diprediksi akan terus terjadi juga


(12)

akan meningkatkan laba bersih perusahaan farmasi. (Vibiznews.com 17 desember 2009).

Industri farmasi Indonesia bisa memanfaatkan pasar bebas Asean-China (ACFTA) untuk mendapatkan bahan baku murah sehingga produk jadinya bisa lebih kompetitif. Dengan mendapatkan bahan baku murah, industri farmasi Indonesia bisa menekan biaya produksi yang pada gilirannya dapat menekan harga jual obat, sehingga bisa mengekspor produknya ke negara-negara yang masih menerapkan tarif impor bahan baku. Secara keseluruhan, perdagangan produk farmasi Indonesia hingga kini masih mengalami defisit dengan kecenderungan berfluktuasi. Jika pada 2001 defisitnya sebesar US$ 19 juta, pada 2007 melonjak menjadi US$ 123,5 juta, namun tahun berikutnya (2008) turun menjadi US$ 110,3 juta. Pada sisi lain, industri farmasi Indonesia cukup memiliki daya saing di pasar ekspor untuk produk tertentu, seperti obat ethical,serum,dan vaksin. Pada obat ethical, neraca perdagangan selalu surplus, namun sayang volume perdagangan obat jenis ini relatif kecil. (bisnis.com , 25 maret 2010)

Memaksimumkan nilai pasar perusahaan sama dengan memaksimumkan harga pasar saham. Hal ini dapat dijelaskan secara sederhana sebagai berikut : nilai perusahaan (V=value) adalah hutang (D=debt) ditambah modal sendiri (E=equity). Jika diasumsikan hutang tetap, nilai perusahaan naik maka mdal sendiri naik. Naiknya modal


(13)

sendiri akan meningkatkan harga per lembar saham perusahaan. (Lukas setia atmaja, 1999:4)

Menurut pendapat Weston & Copeland (1992 : 53), bahwa dengan menggunakan leverage, nilai perusahaan akan meningkat karena adanya manfaat perlindungan pajak. Dalam perhitungan pajak, bunga hutang dikurangkan terlebih dahulu, ini berarti penggunaan hutang mengakibatkan keringanan pajak untuk arus kas perusahaan. Jadi nilai perusahaan akan naik dengan naiknya hutang jika satu-satunya pengaruh terhadap operasi perusahaan adalah pengaruh perlindungan pajak akibat naiknya hutang.

Menurut Sujoko (2007) ukuran perusahaan yang besar menunjukkan perusahaan mengalami perkembangan sehingga investor akan merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat. Pangsa pasar relatif menunjukkan daya saing perusahaan lebih tinggi dibanding pesaing utamanya. Investor akan merespon positif sehingga nilai perusahaan akan meningkat.

Signally theory, Bhattacarya (1979) dalam Sujoko (2007) mengemukukan bahwa profitabilitas yang tinggi menunjukkan prospek perusahaan yang bagus sehingga investor akan merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat. Pembayaran dividen yang semakin meningkat menunjukkan prospek perusahaan semakin bagus sehingga investor akan tertarik untuk membeli saham dan nilai perusahaan akan meningkat.


(14)

Nilai perusahaan dapat diproksikan dengan price to book value (PBV). Price to book value merupakan pembagian nilai pasar saham dengan nilai buku per lembar saham. Nilai PBV yang lebih dari 1 dikatakan sebagai overvalued yang dapat diartikan bahwa saham perusahaan dinilai lebih tinggi dibandingkan nilai bukunya. Nilai PBV yang kurang dari 1 dikatakan sebagai undervalued yang dapat diartikan bahwa saham perusahaan dinilai lebih rendah dibandingkan nilai bukunya. Nilai PBV yang sama dengan 1 dapat diartikan bahwa saham perusahaan dinilai sama dengan nilai bukunya (Damodaran, 1997 : 108) Table 1: Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Farmasi yang Go

Publik di BEI Tahun 2005-2008 (Dalam Jutaan)

NO  Nama Perusahaan  NILAI PERUSAHAAN 

2005  2006  2007  2008 

1  PT BRISTOL‐MYERS SQUIBB  97,314  514,374  97,314  481,936 

2  PT DARYA‐VARIA LABORATORIA   420,000  845,600  896,000  537,600 

3  PT INDOFARMA  356,415.76  309,926.75  635,349.84  154,963.38 

4  PT KALBE FARMA  10,054,454.28  12,085,657.15  12,796,578.17  4,062,405.77 

5  PT KIMIA FARMA  805,330  916,410  1,693,970  422,104 

6  PT MERCK  544,320  896,000  1,176,000  795,200 

7  PT PYRIDAM FARMA  24,078.60  26,754  43,341.48  26,754 

8  PT SCHERING PLOUGH INDO  39,600  32,400  77,400  37,260 

9  PT TEMPO SCAN PASIFIC  25,425,000  4,050,000  3,375,000  1,800,000 

Sumber: laporan keuangan 2005-2008 (Bursa Efek Indonesia)

Permasalahan yang dihadapi perusahaan adalah perdagangan produk farmasi Indonesia hingga kini masih mengalami defisit dengan kecenderungan berfluktuasi. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai perusahaan pada perusahaan farmasi yang dari tahun 2005-2008 cenderung berfluktuasi


(15)

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan Farmasi yang go publik di Bursa Efek Indonesia memiliki Nilai Perusahaan yang berfluktuasi. Hal ini disebabkan karena sektor perusahaan farmasi kurang mendapat perhatian dari investor yang mengakibatkan saham emiten perusahaan farmasi kurang likuid sehingga saham emiten farmasi hanya bergerak aktif di saat tertentu saja.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penelitian ini menetapkan untuk mengambil judul ”PENGARUH

LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN DAN PROFITABILITAS

TERHADAP NILAI PERUSAHAAN FARMASI YANG GO

PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di rumuskan pokok permasalahannya adalah sebagai berikut :

1. Apakah leverage berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia?

3. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap Nilai perusahaan pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia?


(16)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menguji pengaruh leverage terhadap Nilai perusahaan pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia.

2. Untuk mengetahui dan menguji pengaruh ukuran perusahaan

terhadap Nilai perusahaan pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia.

3. Untuk mengetahui dan menguji pengaruh profitabilitas terhadap Nilai perusahaan pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia. 1.4 Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi : 1. Ilmu Pengetahuan

Untuk menganalisa faktor apa saja yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan, dan seberapa besar faktor tersebut mempengaruhi nilai perusahaan.

2. Pengambil Keputusan

Memberikan sumbangan pemikiran pada analisis, investor dan para pemegang saham serta manajemen investasi dalam menentukan keputusan serta strategi keuangan.

3. Peneliti

Peneliti dapat dijadikan bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut.


(17)

8 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan pihak lain yang dapat dipakai sebagai penyajian yang berkaitan dengan penelitian ini dilakukan oleh :

1 Michell Suharli (2006), penelitian dengan judul “studi empiris

terhadap faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan pada perusahaan go public di Indonesia”. Dalam penelitian ini sample yang digunakan adalah diambil secara random (acak), dimana semua perusahaan yang terdaftar di BEJ mempunyai peluang yang sama untuk dipilih dan pengujian dilakukan dengan menggunakan analisa multiple regression. Berdasarkan analisis dan pembahasan dari penelitian Michell Suharli (2006) menunjukkan bahwa dalam penelitian tersebut didapatkan hasil dimana pada tahun 2002 variabel independen yaitu skala perusahaan (S), penanaman modal asing (A), dan profitabilitas (P) mempengaruhi nilai perusahaan (N) secara tidak signifikan, kecuali umur perusahaan (U) mempengaruhi nilai perusahaan (N) secara signifikan. Pada tahun 2003 variabel independen skala perusahaan (S) mempengaruhi nilai perusahaan

secara signifikan (N), sedangkan variabel independen lain yaitu umur


(18)

mempengaruhi nilai perusahaan (N) secara tidak signifikan. Hal ini disebabkan, karena pada tahun 2002 dan 2003 keadaan ekonomi, politik, kurs, dan keamanan di Indonesia masih belum stabil, dimana keadaan ekonomi di Indonesia baru bangkit dari keterpurukan setelah mengalami krisis yang mengakibatkan kurs di bursa saham tidak menentu, sehingga nilai asssets yang ada dalam perusahaan yang tertera dalam laporan keuangan cukup tinggi, padahal hal ini disebabkan karena, harga dari assets yang dibeli pada tahun tersebut

cukup tinggi akibat pengaruh inflasi.  

2 Sujoko & Ugy Soebiantoro (2007) dengan judul “Pengaruh Struktur

Kepemilikan Saham, Leverage, Faktor Intern Dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan (Studi empirik pada perusahaan manufaktur dan non manufaktur di Bursa Efek Jakarta)”. Dalam

penelitian ini sample yang digunakan adalah purposive sampling,

yaitu sampel yang memiliki kriteria tertentu dan pengujian dilakukan dengan menggunakan AMOS. Berdasarkan analisis dan pembahasan dari penelitian Sujoko & Ugy Soebiantoro (2007) menunjukkan bahwa variabel profitabilitas mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan leverage mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini belum memberikan informasi seberapa jauh kepemilikan perusahaan publik di Indonesia bisa dikurangi agar


(19)

konflik keagenan bisa semakin kreatif. Kepemilikan perusahaan publik yang diamati dalam penelitian ini juga belum mengamati kepemilikan oleh pemilik asing. Penelitian mendatang perlu memasukkan kepemilikan oleh investor asing agar kita bisa

mengamati bagaimana pelaksanaan good corporate governance

dalam perusahaan publik. Analisa good corporate governance dalam

penelitian ini juga hanya didasarkan pada data sekunder. 2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan atau sering disebut pembelanjaan dapat diartikan semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusaha-usahaan dengan biaya yang murah serta usaha-usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien (Sutrisno, 2003:3)

Menurut Husnan (2004: 4), manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan keuangan. Mereka yang melaksanakan kegiatan tersebut sering disebut manajer kauangan. Meskipun demikian, kegiatan keuangan tidaklah terbatas dilakukan oleh mereka yang menduduki jabatan seperti Direktur Keuangan, Kepala Bagian Keuangan dan sebaliknya, mungkin sekali melakukan kegiatan keuangan. Sebagai misal, keputusan untuk memperluas kapasitas pabrik, menghasilkan produk baru jelas akan dibicarakan dan diputuskan oleh berbagai Direktur, tidak terbatas hanya


(20)

oleh Direktur Keuangan. Banyak keputusan yang harus diambil oleh manajer keuangan dan berbagai kegiatan yang harus dijalankan mereka. Meskipun demikian kegiatan-kegiatan tersebut dapat dikelompokkan

menjadi dua kegiatan utama, yaitu kegiatan menggunakan dana (allocation

of funds) dan mencari pendanaan (raising of funds). Dua kegiatan utama (atau fungsi) tersebut disebut sebagai fungsi keuangan.

Manajemen keuangan merupakan bidang yang terluas dari tiga bidang keuangan dan memiliki kesempatan karir yang sangat luas. Manajemen keuangan sangat penting dalam semua jenis perusahaan, termasuk bank dan lembaga keuangan lainnya serta perusahaan industri dan ritel. Manajemen keuangan juga penting dalam kegiatan pemerintah, mulai dari sekolah, rumah sakit, hingga departemen jalan tol (Brigham dan Houston, 2001 : 6)

2.2.2 Laporan Keuangan

2.2.2.1 Arti Pentingya Laporan Keuangan

Pada mulanya laporan keuangan bagi semua perusahaan hanyalah sebagai alat penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk laporan keuangan tidak hanya sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan tersebut, dimana dengan hasil analisisa tersebut pihak-pihak yang berkepentingan mengambil suatu keputusan (Munawir, 2002 : 1)


(21)

2.2.2.2 Pihak yang Berkepentingan Terhadap Posisi Keuangan

Pihak-pihak tersebut adalah para pemilik perusahaan, manajer perusahaan yang bersangkutan, kreditur, bankers, para investor dan pemerintah (Munawir, 2002 : 2)

2.2.2.3 Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Menurut

Myer dalam bukunya Financial Statement Analisys mengatakan bahwa

yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar adalah neraca dan daftar rugi laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan untuk menambah daftar ketiga yaitu laba ditahan (Munawir, 2002 : 5)

2.2.2.4 Sifat Laporan Keuangan

(Munawir, 2002 : 6)

a. Fakta yang telah dicatat 

b. Prinsip dan kebiasaan didalam akuntansi


(22)

2.2.2.5 Bentuk Laporan Keuangan

a. Neraca

Laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Tujuan neraca adalah untuk menunjukkan posisi keuangan sauatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu dimana buku-buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiscal atau tahun kalender, sehingga neraca sering disebut dengan balance sheet (Munawir, 2002 : 13).

Bentuk Neraca:

1) Skonto

Dimana semua aktiva tercantum sebelah kiri atau debet dan hutang sebelah kanan atau kredit.

2) Vertical

Dalam bentuk ini semua aktiva nampak dibagian atas yang selanjutnya diikuti dengan hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal.

3) Bentuk neraca yang disesuaikan dengan kedudukan atau

posisi keuangan perusahaan (Munawir, 2002 : 20)

b. Laporan Rugi Laba

Merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selam periode tertentu. (Munawir, 2002 : 26)


(23)

Bentuk Laporan Rugi Laba:

1. Bentuk single step yaitu dengan menggabungkan semua

penghasilan menjadi satu kelompok dan semua biaya dalam satu kelompok, sehingga untuk menghitung rugi laba bersih hanya memerlukan satu langkah yaitu mengurangkan total biaya terhadap

total penghasilan. 

2. Bentuk multiple step yaitu bentuk ini dilakukan pengelompokkan

yang lebih teliti sesuai dengan prinsip yang digunakan secara umum.

2.2.3 Analisa Laporan Keuangan

2.2.3.1 Tujuan Analisa

Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Data keuangan tersebut akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan untuk dua periode atau lebih. Dan anlisis lebih lanjut sehingga dapat diperoleh data yang akan dapat mendukung keputusan yang akan diambil. (Munawir, 2002 : 31)

2.2.3.2 Dasar Pembanding Analisa Laporan Keuangan (Munawir, 2002 : 65)

a Perbedaan letak perusahaan dengan tingkat harga dan biaya


(24)

b Jumlah aktiva tetap yang dimiliki perusahaan yang bersangkutan yang digunakan dalam operasi

c Adanya perbedaan umur kekayaan yang dimiliki diantara

perusahaan-perusahaan tersebut.

d Perbedaan kebijaksanaan yang dilakukan masing-masing

perusahaan

e Perbedaan struktur permodalan yang dimiliki oleh

perusahaan-perusahaan yang bersangkutan

f Perbedaan sistem dan prosedur akuntansi yang digunakan

2.2.4 Pengertian Pasar Modal

Pasar modal adalah tempat terjadinya transaksi asset keuangan

jangka panjang atau Long Term Financial Asset. Pasar modal

memungkinkan terpenuhinya kebutuhan dana jangka panjang untuk investasi jangka panjang dalam bentuk bangunan, peralatan dan sarana produksi lainnya (Sartono, 2001:21). Bentuk umum surat berharga yang diperjualbelikan di pasar modal adalah obligasi, saham preferen dan saham biasa.

Menurut Darmaji (2001 : 1) pada dasarnya pasar modal (capital

market) merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang yang biasa diperjualbelikan baik dalam bentuk uang ataupun modal sendiri. Kalau pasar modal merupakan pasar untuk surat berharga jangka pendek. Baik pasar modal maupun pasar uang merupakan bagian


(25)

Pasar modal merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dengan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya sebagai lembaga profesi yang berkaitan dengan efek (Fakhrudin, 2001:2)

Pengertian pasar modal secara umum menurut keputusan menteri keuangan RI No.1548/KMK/1990 tentang peraturan pasar modal adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Sedangkan dalam arti sempit pasar modal adalah suatu tempat dalam pengertian fisik yang mengorganisasikan transaksi penjualan efek atau disebut sebagai bursa efek. (Sutrisno, 2001 : 341)

Menurut Sunariyah (2004: 5), pasar modal adalah tempat pertemuan antara penawaran dengan permintaan surat berharga. Di tempat inilah para pelaku pasar yaitu individu-individu atau badan usaha yang

mempunyai kelebihan dana (surplus funds) melakukan investasi dalam

surat berharga yang ditawarkan oleh emiten. 2.2.4.1Fungsi Pasar Modal

Fungsi dari pasar modal / bursa efek (Sartono, 2001 : 23)

a Menciptakan harga yang wajar bagi efek yang bersangkutan

melalui mekanisme pasar.

b Membantu pembelajaran (pemenuhan dana) dunia usaha melalui


(26)

c Menghimpun proses perluasan partisipasi masyarakat dalam kepemilikan saham-saham perusahaan

2.2.4.2Manfaat Pasar Modal

Menurut Anoraga dan Pakarti (2001 : 12) manfaat pasar modal adalah:

a) manfaat pasar modal bagi emiten/perusahaan adalah:

1) jumlah dana yang dapat dihimpun bisa berjumlah besar

2) dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar

perdana selesai

3) solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra

perusahaan

4) ketergantungan emiten terhadap bank menjadi kecil

5) cash flow hasil penjualan saham biasanya lebih besar dari

harga nominal perusahaan.

6) Emisi saham cocok untuk membiayai perusahaan yang

berisiko tinggi

7) Tidak ada beban financial

8) Jangka waktu penggunaan dana tidak terbatas

9) Tidak dikaitkan dengan kekayaan penjamin tertentu

10)Profesionalisme dalam manajemen meningkat.

b) Manfaat pasar modal bagi investor / pemodal adalah:

1) Nilai investasi berkembang mengikuti harga saham yang


(27)

2) Memperoleh dividen bagi mereka yang memiliki atau memegang saham dan bunga tetap atau bunga yang mengambang bagi pemegang obligasi.

3) Mempunyai hak suara dalam RUPS (rapat umum

pemegang saham) bagi pemegang saham, mempunyai hak suara dalam RUPO(rapat umum pemegang obligasi) bila diadakan bagi pemegang obligasi

4) Dapat dengan mudah mengganti instrument investasi, misal

dari saham A ke saham B sehingga dapat meningkatkan keuntungan atau mengurangi risiko.

c) Manfaat Pasar Modal bagi Lembaga Penunjang adalah:

1) Menuju ke arah professional di dalam memberikan

pelayanannya sesuai dengan bidang tugas masing-masing.

2) Sebagai pembentuk harga dalam bursa pararel.

3) Semakin memberi variasi pada jenis lembaga penunjang.

4) Likuiditas efek semakin tinggi

d) Manfaat Pasar Modal bagi Pemerintah adalah:

1) Mendorong laju pembangunan.

2) Mendorong investasi.

3) Pencipta lapangan kerja.

4) Mengurangi anggaran bagi BUMN (Badan Usaha Milik


(28)

2.2.5 Investasi di Pasar Modal

Investasi menurut Jogiyanto (2000 : 5), merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode tertentu. Pengertian investasi yang lebih luas membutuhkan kesempatan produksi yang efisien untuk mengubah satu unit konsumsi mendatang. Dengan demikian investasi dapat di definisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu tetentu.

Investasi merupakan suatu tindakan melepaskan dana saat sekarang dengan harapan untuk menghasilkan arus kas dana masa datang dengan jumlah yang lebih besar dari dana di lepaskan pasa saat investasi awal (Moeljadi, 2006 : 121)

Investasi adalah penawaran modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya bejangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang. Keputusan penanaman modal tersebut dapat dilakukan oleh individu atau suatu entitas yang mempunyai kelebihan dana (Sunariyah, 2003 : 4).

Di dalam investasi ada dua potensi keuntungan dari investasi bursa efek, yaitu berupa keuntungan yang diperoleh perusahaan yang dibagikan

kepada pemegang saham (deviden) dan jika investor menjual sahamnya di

atas harga belinya. Dividen perusahaan sangat berkaitan dengan

performance perusahaan, sedangkan capital gain tidak begitu di pengaruhi oleh perusahaan. Unsur spekulasi sangat berperan dalam jual beli saham,


(29)

jika harga jual saham di bawah harga beli (capital lost), sedangkan deviden tidak bisa negatif (Arogana dan Pakarti, 2003 : 81)

Menurut Usman dkk (1990 : 144), setiap pemodal memiliki tujuan tertentu yang ingin di capainya melalui keputusan investasi yang diambil. Secara umum tertentu saja motif investasi adalah : memperoleh keuntungan, namun di kaitkan dengan karakteristik instrument di pasar modal pada dasarnya ada 5 sasaran yang ingin dicapai oleh pemodal, antara lain:

a Keamanan

b Pendapatan

c Pertumbuhan

d Fasilitas pajak

e Spekulasi

2.2.6 Penilaian Harga Saham

Tinggi rendahnya harga saham benar-benar merupakan penilaian sesaat yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang termasuk diantaranya adalah kondisi performance perusahaan dan faktor penawaran dan permintaan saham serta kemampuan dalam menganalisis efek.

Dalam analisis fundamental laporan keuangan perusahaan memegang peranan penting dengan mengevaluasi laporan keuangan, akan mengetahui perkembangan dan kondisi keuangan perusahaan. Hal ini dikemukakan oleh Husnan (1994 : 285) yang menyebutkan bahwa ada dua


(30)

pendekatan dalam analisis investasi yang umumnya digunakan dalam melakukan penilaian saham, yaitu:

a Analisis Teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga

saham di waktu yang lalu. Pemikiran yang mendasari analisis ini adalah bahwa harga saham yang mencerminkan informasi yang relevan, bahwa informasi tersebut ditunjukkan oleh perubahan harga di waktu yang lalu dan karenanya perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu.

b Analisis Fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa

yang akan datang dengan mengestimate nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.

Ada dua pendekatan fundamental yang umumnya digunakan dalam melakukan penilaian saham, yaitu dengan pendekatan nilai sekarang (present value Approach) dan pendekatan PER (P/E ratio appoach) (Jogiyanto, 2000 : 89)

2.2.7 Nilai Perusahaan

Rasio price to book value mengaitkan harga saham denga labanya

dan dengan nilai buku per saham. Nilai buku per saham menentukan harga pasar saham yang bersangkutan. Oleh karena itu, sebelum investor memutuskan untuk membeli atau menjual saham, mereka harus memperhatikan nilai buku per saham yang bersangkutan dan


(31)

membandingkan dengan harga yang ditawarkan. Nilai buku per saham mencerminkan nilai perusahaan, dan nilai perusahaan tercermin pada nilai kekayaan bersih ekonomis yang dimilikinya (Halim, 2003 : 16)

Pengertian nilai perusahaan menurut Suad Husnan (2000:7) sebagai berikut:

“nilai perusahan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual”

Bagi perusahaan yang menerbitkan saham di pasar modal, harga saham yang diperjualbelikan di bursa merupakan indikator nilai perusahaan (Suad Husnan, 2000 :11)

Memaksimumkan nilai pasar perusahaan sama dengan memaksimumkan harga pasar saham. Hal ini dapat dijelaskan secara sederhana sebagai berikut : nilai perusahaan (V=value) adalah hutang (D=debt) ditambah modal sendiri (E=equity). Jika diasumsikan hutang tetap, nilai perusahaan naik maka modal sendiri naik. Naiknya modal sendiri akan meningkatkan harga per lembar saham perusahaan. (Lukas setia atmaja, 1999:4)

Pada prinsipnya, seperti yang dikatakan oleh Van Horne (1998:4) bahwa harga pasar saham merupakan ukuran indeks prestasi perusahaan, yaitu seberapa jauh manajemen telah berhasil mengelola perusahaan untuk mendapatkan laba dimasa mendatang atas nama pemegang saham. Pemegang saham yang tidak puas dengan prestasi manajemen akan menjual sahamnya dan akan menanamkannya diperusahaan lain. Jika hal


(32)

ini dilakukan oleh para pemegang saham, maka ini akan merupakan kekuatan pasar yang akan menurunkan harga pasar saham perusahaan, dengan kata lain rasio ini mengindikasi tentang pendapat investor terhadap

kinerja perusahaan dimasa lalu dan prospeknya dimasa depan. Rasio price

to book value membandingkan harga pasar saham dengan nilai buku ekuitas.

2.2.8 Leverage

Sutrisno (2001 : 227) mengartikan leverage sebagai penggunaaan

aktiva (asset) atau sumber dana, dan sebagai akibat dari penggunaan dana tersebut perusahaan harus membayar biaya tetap. Perusahaan

menggunakan leverage dengan tujuan agar keuntungan yang diperoleh

lebih besar dari pada biaya asset dan sumber dananya, dengan demikian

akan meningkatkan keuntungan pemegang saham. Istilah leverage

digunakan untuk menggambarkan kemampuan perusahaan menggunakan aktiva atau dana yang mempunyai beban tetap untuk memperbesar tingkat penghasilan (return) bagi pemilik perusahaan. Dengan memperbesar

tingkat leverage berarti tingkat ketidakpastian dari return yang akan

diperoleh pemilik perusahaan akan semakin tinggi pula, tetapi pada saat yang bersamaan hal tersebut juga akan memperbesar jumlah retun yang akan diperoleh pemilik perusahaan.

Sumber pendanaan suatu perusahaan dapat diperoleh dari modal internal dan modal eksternal. Modal internal berasal dari laba ditahan sedangkan modal eksternal berasal dari hutang. Hutang merupakan salah


(33)

satu sumber pembiayaan eksternal yang digunakan oleh perusahaan untuk membiayai kebutuhan dananya. Dalam pengambilan keputusan akan penggunaan hutang ini harus mempertimbangkan besarnya biaya tetap yang muncul dari hutang berupa bunga yang akan menyebabkan

meningkatnya leverage keuangan. Semakin tinggi tingkat leverage akan

semakin tinggi risiko yang dihadapi serta semakin besar tingkat return atau penghasilan yang diharapkan.

Penggunaan hutang yang berbeban bunga mempunyai keuntungan dan kelemahan bagi perusahaan. Keuntungan penggunaan hutang bagi perusahaan diantaranya adalah : a) biaya bunga mengurangi bebab pajak, b) bondholder hanya mendapat bunga yang relatif tetap sehingga kelebihan keuntungan menjadi milik perusahaan sepenuhnya, c) bondholder tidak memiliki hak suara sehingga pemilik dapat mengendalikan perusahaan dengan dana yang lebih kecil. Penggunaan hutang juga mempunyai kelemahan karena : a) hutang yang semakin tinggi meningkatkan risiko insolvency, b) bila bisnis perusahaan tidak bagus, pendapatan operasi menjadi rendah dan tidak cukup menutup biaya bunga, maka kerugian ini dapat membahayakan perusahaan karena perusahaan terancam mengalami kebangkrutan.

Tandelilin (2001:73) mengatakan bahwa semakin tinggi financial

leverage, berarti semakin besar pula beban tetap yang harus ditanggung perusahaan. Dalam kondisi ekonomi yang memburuk, dimana keuntungan perusahaan menurun, adanya beban tetap yang terlalu besar akan


(34)

mempercepat perusahaan menjadi bangkrut. Investor oblogasi perlu menilai besar kecilnya hutang dari perusahaan yang menerbitkan obligasi.

Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Weston dan Copeland

(1995 : 22) bahwa financial leverage yang lebih besar tidak diragukan lagi

meningkatkan risiko bagi para pemegang saham. Risiko financial dimaksud adalah suatu keadaan dimana perusahaan tidak mampu menutup

biaya-biaya finansialnya. Peningkatan financial leverage akan

memperbesar risiko yang harus ditanggung oleh perusahaan karena kenaikan beban financial akan memaksa perusahaan untuk mempertahankan EBIT yang lebih besar. Apabila perusahaan tidak mampu membayar kewajiban-kewajiban financial tersebut maka kemungkinan perusahaan tidak akan dapat melanjutkan usahanya karena para kreditur yang merasa tidak terjamin akan dapat memaksa perusahaan untuk membayar bunga serta pinjaman pokoknya dengan segara.

Disamping itu berpengaruh terhadap risiko, financial leverage juga

mempengaruhi tingkat dan perbedaan laba perusahaan setelah pajak dan juga mempengaruhi keseluruhan pengembalian dan risiko perusahaan (Horne et, al., 1998 : 440).

2.2.9 Firm size (ukuran perusahaan)

Firm size merupakan ukuran besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari tingkat penjualan, jumlah karyawan dan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Perusahaan besar yang sudah well-established akan mudah memperoleh modal dipasar modal dibanding dengan perusahaan


(35)

kecil. Karena kemudahan akses tersebut berarti perusahaan besar memiliki fleksibilitas yang lebih besar pula. (Agus Sartono, 2002 : 249)

Menurut Riyanto (1984 : 1), bahwa suatu perusahaan besar dengan saham tersebar sangat luas, perluasan saham akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilang atau tergesernya kontrol dari pihak dominan dari perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya, perusahaan kecil yang sahamnya sangat tersebar dilingkungan kecil, penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap kemungkinan hilangnya kontrol pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian pula perusahaan besar yang sahamnya tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan saham-saham dalam memenuhi kebutuhan dananya dibandingkan dengan perusahaan kecil.

2.2.10 Profitabilitas

Profitabilitas merupakan salah satu kemampulabaan. Menurut Sugiyarso dan Winarni (2005 : 118), profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Rasio ini menunjukkan pengukuran efektivitas manajemen dalam memanfaatkan sumber dananya untuk menghasilkan keuntungan yang merupakan hasil kegiatan atas penggunaan modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva. Jika suatu perusahaan mempunyai tingkat modal sendiri yang tinggi maka akan mengurangi ketergantungan hutangnya, karena perusahaan dalam


(36)

membiayai kegiatan opersinya menggunakan modal sendiri yang dimiliki perusahaan.

Halim (2002 : 157), rasio ini digunakan untuk mengukur sampai

seberapa besar efektivitas manajemen dalam mengelola assets dan equity

yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba. Tinggi rendahnya rasio ini sering kali merefleksikan kemampulabaan dan efektivitas penggunaan asset, semakin tinggi rasio ini semakin baik pula efektivitas dari pengguanaan asset, dan diharapkan rasio ini dapat diperoleh melebihi interest rate/cost of capital dari dana yang diinvestasikan. Yang termasuk rasio profitabilitas anatra lain:

 Net Profit Margin =

NetSales erTax EarningAft

 Gross Profit Margin =

NetSales ofit GrossPr

 Return on investment (return on asset) =

s TotalAsset

tAndTax oreInteres

EarningBef

 Return on equity =

Equity erTax EarningAft

2.2.11 Pengaruh Antar Variabel

2..2.11.1 Pengaruh Leverage Terhadap Nilai Perusahaan

Hutang adalah instrument yang sangat sensitif terhadap perubahan nilai perusahaan. Semakin tinggi proporsi hutang maka semakin tinggi

harga saham sehingga nilai perusahaan semakin tinggi pula. Leverage


(37)

dengan maksud meningkatkan hasil pengembalian (return) bagi para pemegang saham. Dengan memberikan hasil pengembalian (return) yang lebih tinggi pada para pemegang saham akan menyebabkan harga saham menjadi lebih tinggi (Van Horne, 1998 : 1).

Menurut pendapat Weston & Copeland (1992 : 53), bahwa dengan

menggunakan leverage, nilai perusahaan akan meningkat karena adanya

manfaat perlindungan pajak. Dalam perhitungan pajak, bunga hutang dikurangkan terlebih dahulu, ini berarti penggunaan hutang mengakibatkan keringanan pajak untuk arus kas perusahaan. Jadi nilai perusahaan akan naik dengan naiknya hutang jika satu-satunya pengaruh terhadap operasi perusahaan adalah pengaruh perlindungan pajak akibat naiknya hutang.

Salah satu teori yang mendasari keputusan pendanaan perusahaan

adalah pecking order theory, menurut Myers (1984) dalam Sujoko (2007)

yang mengemukakan adanya kecenderungan perusahaan untuk menentukan pemilihan sumber pendanaan atas dasar hirarki risiko (pecking order theory). Pecking order theory adalah salah satu teori yang mendasarkan pada asimetris informasi. Asimetris informasi akan mempengaruhi struktur modal perusahaan dengan cara membatasi akses pada sumber pendanaan dari luar. Myers dan Majluf (1984) dalam Sujoko (2007) menunjukkan bahwa dengan adanya asimetris informasi, investor biasanya akan menginterpretasikan sebagai berita buruk apabila perusahaan mendanai investasinya dengan menerbitkan ekuitas. Dengan


(38)

demikian, perusahaan akan lebih memilih mendanai investasinya berdasarkan suatu urutan resiko.

Leverage yang semakin tinggi akan menimbulkan financial distress sehingga nilai perusahaan menurun. Balancing theory, Stigliz (1976) dalam Sujoko (2007) menyatakan bahwa ada keseimbangan antara manfaat dan pengorbanan dalam kaitannya dengan hutang.

Dalam penelitian Sujoko (2007) leverage mempunyai pengaruh negarif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini

mendukung teori struktur modal model trade off yang menyatakan bahwa

jumlah hutang yang semakin meningkat akan menurunkan nilai perusahaan.

2.2.11.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahan

Semakin besar perusahaan maka semakin banyak dana yang digunakan untuk menjalankan operasi perusahaan. Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung membutuhkan dana dari sumber eksternal yang besar (Brigham dan Houston, 2009 : 46)

Besar kecilnya suatu perusahaan akan sangat berpengaruh pada pendanaanya. Banyak perusahaan besar akan memperoleh dana dengan menerbitkan obligasi, yang merupakan surat utang jangka panjang yang dibeli oleh investor. Beberapa perusahaan besar akan memilih untuk menerbitkan obligasi dibandingkan memperoleh pinjaman dari lembaga keuangan karena tingkat suku bunganya lebih rendah. Perusahaan kecil yang tidak terkenal tidak akan dapat menerbitkan obligasi. Bahkan jika


(39)

mereka dapat menerbitkan obligasi mereka sendiri, penerbitan obligasi biasanya akan memerlukan banyak dana yang tidak mampu dikeluarkan oleh sebuah perusahaan kecil (Madura, 2001:227)

Menurut Sujoko (2007) ukuran perusahaan yang besar menunjukkan perusahaan mengalami perkembangan sehingga investor akan merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat. Pangsa pasar relatif menunjukkan daya saing perusahaan lebih tinggi dibanding pesaing utamanya. Investor akan merespon positif sehingga nilai perusahaan akan meningkat.

Dalam penelitian Sujoko (2007) ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Temuan ini konsisten dengan temuan penelitian Sudarma (2003) dan Ratnawati (2001). Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa investor mempertimbangkan ukuran perusahaan dijadikan patokan bahwa perusahaan tersebut mempunyai kinerja bagus.

2.2.11.3 Pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan

Menurut Husnan (1998:317), jika kemampuan perusahaan untuk mengahasilkan laba meningkat, harga saham akan meningkat, dan nilai perusahaanpun juga akan meningkat.

Profitabilitas yang tinggi menunjukkan prospek perusahaan yang baik sehingga investor akan merespon positif sinyal tersebut dan nilai perusahaan meningkat. Signally theory, Bhattacarya (1979) dalam Sujoko (2007) mengemukukan bahwa profitabilitas yang tinggi menunjukkan


(40)

prospek perusahaan yang bagus sehingga investor akan merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat. Pembayaran dividen yang semakin meningkat menunjukkan prospek perusahaan semakin bagus sehingga investor akan tertarik untuk membeli saham dan nilai perusahaan akan meningkat.

Hasil penelitian yang dilakukan Sujoko (2007) profitabilitas mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

Temuan penelitian ini mendukung signaling theory, Battacharya (1979)

yang menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai earning yang

semakin meningkat merupakan signal bahwa perusahaan tersebut

mempunyai prospek bagus di masa yang akan datang.

2.3 Kerangka pikir

Leverage (X1)

Nilai Perusahaan (Y)

Firm Size (X2)


(41)

2.4 Hipotesis

Berdasarkan permasalahan diatas dan dari uraian landasan teori maka dapat diambil satu hipotesis sebagai berikut

a) Leverage mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan Farmasi yang ada di BEI.

b) Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap

nilai perusahaan pada perusahaan Farmasi yang ada di BEI.

c) Profitabilitas mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap nilai


(42)

33

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dalam hal ini dimaksudkan untuk menjelaskan dan menerangkan variabel-variabel yang dipergunakan dalam penelitian dan pengukuran variabel-variabel penelitian secara operasional berdasarkan teori yang ada maupun pengalaman-pengalaman empiris.

Definisi operasional dan pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi:

a Variabel terikat ( Dependent Variabel )(Y)

Variable terikat (Dependent Variabel) adalah variable yang tidak

dapat berdiri sendiri dan nilainya tergantung pada hasil pengamatan.Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah Nilai Perusahaan. Nilai perusahan yaitu jumlah saham beredar x harga pasar

saham (Husnan, 1993) 

Skala pengukurannya adalah rasio dan satuan pengukuran yang


(43)

b Variabel bebas ( Independent Variabel )(X)

Variabel bebas (Independent Variable) yaitu variabel yang dapat

berdiri sendiri dan nilainya tidak tergantung pada hasil pengamatan. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini ada tiga, yaitu:

1) Leverage

Leverage (X1) adalah rasio yang mengukur sejauh mana

perusahaan dibiayai oleh hutang atau dibiayai oleh pihak luar (Fakhruddin, Hardianto, 2001 : 61)

Skala pengukurannya adalah rasio dan satuan pengukuran yang digunakan adalah kali (x)

Rumus:

2) Ukuran Perusahaan (X2)

Merupakan ukuran perusahaan yang menunjukkan besar atau kecilnya kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan Suwardjono (2002).

Dalam Sujoko Ukuran perusahaan ini diukur berdasarkan : SIZE = Ln (Total Aktiva)

Skala yang digunakan adalah skala rasio dan satuannya desimal.

3) Profitabilitas (X3)

Merupakan gambaran dari kinerja manajemen dalam mengelola peusahaan. Rasio profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam mengahasilkan keuntungan. Menurut Naim


(44)

(1998) dalam Suharli (2006) perhitungan ROE dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

ROE =

Equity erTax EarningAft

3.2 Teknik Penentuan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi merupakan kelompok subyek atau obyek yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok subyek atau obyek yang lain, dan kelompok tertentu akan dikenai generalisasi dari hasil penelitian (Sumarsono, 2004 : 44)

Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan 9 perusahaan

yang bergerak dibidang industri farmasi yang telah go public di Bursa

Efek Indonesia sampai saat ini. 3.2.2. Sampel

Menurut Sugiyono (2003:96), ‘sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Dalam penelitian ini

menggunakan teknik sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila

semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila populasi relatif kecil, istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.

Adapun kesembilan perusahaan farmasi yang ditentukan sebagai sampel penelitian adalah sebagai berikut :

a) PT Bristol-Myers Squibb


(45)

c) PT Indofarma

d) PT Kalbe Farma

e) PT Kimia Farma

f) PT Merck

g) PT Pyridam Farma

h) PT Schering Plough Indo

i) PT Tempo Scan Pasific

3.3 Teknik Pengumpulan Data.

3.3.1. Jenis Data.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan,diolah dan disajikan oleh pihak lain. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan perusahaan farmasi yang go publik di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005 sampai tahun 2008.

3.3.2. Sumber Data.

Dalam penelitian ini data bersumber dari PT. BURSA EFEK INDONESIA (BEI) berupa laporan keuangan yang terangkum dalam Indonesia Capital Market Directory (ICMD) perusahaan farmasi yang telah dipilih sebagai sampel penelitian

3.3.3. Metode Pengumpulan Data.

Dalam rangka memperoleh data-data yang diperlukan oleh peneliti, maka metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi yaiu pengumpulan data dengan cara menggunakan dan


(46)

mempelajari catatan perusahaan yang berkaitan. Pengumpulan data historis perusahaan yang telah didokumentasikan dan masih berlaku saat ini, kemudian dilakukan rekapitulasi sesuai dengan kebutuhan penelitian ini.

Dokumentasi ini digunakan untuk mengetahui aktivitas perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).

3.4 Teknik Analisa dan Uji Hipotesis

3.4.1. Regresi Linier Berganda

Dalam analisis penelitian ini terdapat empat variabel yang terdiri dari satu variabel terikat dan tiga variabel bebas. Sehingga teknik analisisnya menggunakan aplikasi khusus regresi linier berganda di mana dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi atau perkalian antara dua atau lebih variabel independen (Ghozali 2001).persamaan regresi untuk melihat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan persamaan :

Y = ß0 + ß1X1 + ß2X2 + ß3X3 + ei

Keterangan :

Y = Nilai Perusahaan X1 = Leverage

X2 = Ukuran Perusahaan


(47)

ß0 = Intersep (konstanta), menunjukkan pengaruh (efek) rata-rata

semua variabel yang tidak dimasukkan ke dalam model Y.

ß1, ß2, ß3 = Koefisien regresi

e = residual atau kesalahan pengganggu

3.4.2. Uji Asumsi Klasik

Persamaan regresi tersebut diatas harus bersifat BLUE (Best,Linier,Unbiased,Estimator) artinya pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t tidak boleh bias. Menurut Sumodiningrat (2002: 115) sifat blue dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Best : Pentingnya sifat ini bila diterapkan uji signifikan baku

terhadap α dan ß.

b) Linier : Sifat ini dibutuhkan untuk memudahkan dalam penaksiran.

c) Unbiased : Nilai jumlah sampel sangat besar penaksir parameter

diperoleh dari sampel besar kira-kira lebih mendekati nilai parameter sebenarnya.

d) Estimate : e diharapkan sekecil mungkin.

Menurut Gujarati (1995: 13) untuk menghasilkan keputusan yang BLUE, maka harus dipenuhi oleh regresi linier berganda, yaitu :

a) Nilai tengah (mean value) dan komponen penganggu e yang

ditimbulkan dari variabel eksplanatory harus sama dengan nol.

b)Varian dari komponen penganggu & harus konstan dalam


(48)

c) Tidak terjadi autokorelasi antar komponen penganggu.

d)Variabel eksplanatory harus non stokastik atau kalaupun stokastik

harus menyebar bebas dari komponen penganggunya.

Yang diasumsikan tidak terjadi pengaruh antara variabel bebas atau regresi bersifat BLUE (Best, Linier, Unbiased, Estimator) artinya koefisien regresi pada persamaan tersebut betul-betul linier dan tidak bias atau tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan persamaan, seperti: 3.4.2.1Multikolinearitas

Tepatnya istilah multikolinearitas berkenaan dengan terdapatnya lebih dari satu hubungan linier pasti dan istilah kolinearitas berkenaan dengan terdapatnya satu hubungan linier (Gujarati,1995: 157)

Menurut Widarjono (2003:131), mengemukakan bahwa multikolinearitas berarti adanya hubungan linier antara variabel independen di dalam regresi linier berganda dalam suatu persamaan. Multikolinearitas merupakan korelasi variabel independen dalam regresi berganda.

Deteksi adanya Multikolinearitas :

a. Besarnya VIF (Variance Inflation Factor)

Jika VIF melebihi angka 10, maka variabel tersebut mengindikasikan adanya multikolinearitas.

b. Nilai Eigenvalue mendekati 0 dan Condition Index melebihi angka 15


(49)

3.4.2.2Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain berbeda, maka disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi Heteroskedastisitas. Pengujian Heteroskedastisitas di sini menggunakan korelasi rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas. Uji yang digunakan dalam heteroskedastisitas yaitu dengan signifikan antara residual dengan variabel bebasnya dengan nilai signifikansi > 0,05. (Ghozali, 2001: 69). 3.4.2.3Autokorelasi

Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu.

Prosedur untuk menguji autokorelasi yang sebenarnya dapat dijelaskan lebih baik dengan bantuan gambar dibawah ini, yang menunjukkan batas d adalah 0 dan 4.

Gambar 1. Statistik d Durbin – Watson, (Gujarati, 1995: 216)

Tidak ada autokorelasi positif dan tidak ada

autokorelasi negatif

dL dU 4 - dU 4 - dL 4

0

ada auto

korelasi positif

daerah keragu raguan

ada auto

korelasi negatif

daerah keragu raguan


(50)

Mekanisme tes Durbin-Watson adalah sebagai berikut, dengan mengasumsikan bahwa asumsi yang mendasari tes dipenuhi :

a.Untuk ukuran sampel tertentu dan banyaknya variabel yang menjelaskan

tertentu dapatkan nilai kritis dL dan du.

b. Jika hipotesis Ho adalah bahwa tidak ada serial korelasi positif, maka

jika

d < dL : menolak Ho

d > du : tidak menolak Ho

dL < d < du : pengujian tidak meyakinkan

c.Jika hipotesis nol Ho adalah bahwa tidak ada serial korelasi korelasi

negatif, maka jika

d > 4 – dL : menolak Ho

d < 4 – du : tidak menolak Ho

4 – du < d < 4 – dL : pengujian tidak meyakinkan

d. Jika Ho adalah dua-ujung, yaitu bahwa tidak ada serial autokorelasi

baik positif ataupun negatif, maka jika

d < dL : menolak Ho

d > 4 – dL : menolak Ho

du < d < 4 – du : tidak menolak Ho

dL < d < du

atau pengujian tidak meyakinkan

4 – du < d < 4 – dL

Seperti langkah tadi menunjukkan, kelemahan besar dari tes d adalah

bahwa jika d tadi jatuh dalam daerah yang meragukan atau daerah

ketidaktahuan, orang tidak dapat menyimpulkan apakah autokorelasi ada atau tidak ada. Dalam kasus ini orang bisa mungkin terpaksa melakukan tes lain (beberapa diantaranya diberikan dalam bentuk soal latihan) atau


(51)

mendapatkan data tambahan data atau sampel yang berbeda. Harus juga diperhatikan bahwa banyaknya observasi minimum yang diperlukan sehubungan dengan tabel Durbin Watson adalah 15. Alasannya adalah bahwa suatu sampel yang lebih kecil dari 15 observasi akan menjadi sangat sulit untuk bisa menarik kesimpulan yang pasti (definitif)

mengenai autokorelasi dengan memeriksa residual yang ditaksir. 

3.4.3 Uji Hipotesis

3.4.3.1. Uji Parsial (Uji t)

Uji t adalah uji yang digunakan untuk melihat pengaruh masing-masing variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat (Widarjono,2005:58).

Hipotesis dirumuskan sebagai berikut :

a. Ho = β1 = 0, tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel

Xi terhadap variabel Y.

Hi = β1≠ 0, ada pengaruh yang signifikan β dari variabel Xi

terhadap variabel Y.

b. Menentukan Level of Significant = 10% dengan derajat bebas = (n-k

), dimana n : jumlah data dan k : jumlah variable bebas. c. thitung =

thitung = t hasil perhitungan

Dimana: βi = koefisien regresi


(52)

d. Kriteria pengujian sebagai berikut:

1) Apabila tingkat signifikansi > 0,05 maka Ho ditolak dan Hi

diterima, berarti ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.

2) Apabila tingkat signifikansi < 0,05 maka Ho diterima dan Hi

ditolak, artinya tidak ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.

                                   


(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Pasar Modal

Sejarah pasar modal di Indonesia mengungkapkan bahwa di Indonesia pernah di bentuk suatu perserikatan perdagangan Uang dan Efek yaitu pada tanggal 11 Januari 1952 atau tiga belas tahun setelah dibentuknya perserikatan yang sama di kota Jakarta (1912). Kemudian pada tahun 1927 dibentuk beusa-bursa efek di tiga kota besar di Indonesia yaitu Jakarta, Semarang, dan Surabaya.

Pada masa revolusi kemerdekaan kegiatan perdagangan efek di bursa-bursa efek tersebut praktis terhenti kerena situasi politik saat itu. Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tepatnya Tahun 1951, pemerintah memberlakukan Undang-Undang Darurat No. 13 yang kemudian disahkan sebagai Undang-Undang yaitu Undang-Undang No. 15 Tahun 1952 tentang Bursa Efek.

Pada tanggal 10 Agustus 1990 berdasarkan keputusan Presiden Republik Indonesia No. 52 Tahun 1976, Pasar Modal di Indonesia dari Tahun 1977 sampai Tahun 1987 kurang memberikan hasil seperti yang diharapkan meskipun pemerintah telah memberikan fasilitas kepada perusahaan-perusahaan yang menarik dana dari pasar modal. Tersedat-sedatnya perkembangan pasar modal selama itu disebabkan oleh beberapa hal, antara lain mengenai prosedur emisi saham dan obligasi


(54)

yang terlalu kedat, adanya batasan fluktuasi harga saham dan campur tangan pemerintah pasar perdana.

Untuk mengatasi permasalahan yang menghambat perkembangan pasar modal tersebut diatas, pemerintah mengeluarkan serangkaian deregulasi yang berkaitan dengan perkembangan pasar modal yaitu Paket Kebijaksanaan Desember (Pakdes 1987), Paket Kebijaksanaan Oktober 1988 (Pakto 1988), Paket Kebijaksanaan Desember 1988 (Pakdes 1988).

4.1.2 Sejarah Singkat PT. Bursa Efek Indonesia ( BEI )

Pada tanggal 13 Juli 1922, Bursa Efek Indonesia diswastakan dan mulai menjalankan pasar saham di Indonesia, sebuah awal pertumbuhan baru setelah terhenti sejak didirikan pada awal abad ke-19. Pada Tahun 1912, dengan bantuan Kolonial Belanda, Bursa Efek pertama di Indonesia didirikan Batavia, pusat pemerintah colonial Belanda yang dikenal sebagai Jakarta saat ini.

Bursa Batavia sempat ditutup selama Perang Dunia pertama dan kemudian dibuka lagi pada Tahun 1952. Selain Bursa Batavia, pemerintah colonial juga mengkeuangkan bursa pararel di Surabaya dan Semarang. Namun kegiatan Bursa saham ini dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan oleh tentara Jepang di Batavia.

Pada Tahun 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, bursa saham di buka lagi di Jakarta dengan memperdagangkan saham dan obligasi yang Dunia. Kegiatan


(55)

bursa saham kemudian berhenti lagi ketika pemerintah meluncurkan program nasionalisme pada Tahun 1956.

Sebelum Tahun 1977, bursa saham dibuka kembali dan ditangani oleh Badan Palaksanaan Pasar Modal (BAPEPAM), institusi baru di bawah Departemen Keuangan. Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar sahampun mulai meningkat seiring dengan perkembangan pasar financial dan sektor swasta. Puncak perkembangannya pada Tahun 1990. Pada Tahun 1991, bursa saham diswastanisasi menjadi PT. Bursa Efek Jakarta ini mengakibatkan beralihnya fungsi BAPEPAM menjadi Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM).

Tahun 1955 adalah tahun BursaEfek Indonesia memasuki babak baru. Pada tanggal 22 Mei 1995 Bursa Efek Indonesia meluncurkan Jakarta Automated Trading System (JATS), sebuah sistem perdagangan otomotisasi yang menggantikan sistem perdagangan manual. Sistem baru ini dapat memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi yang lebih

besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan

dibanding sistem perdagangan manual.

Pada Juli 2000, Bursa Efek Indonesia menerapkan perdagangan

tanpa warkat (Scripless Trading) dengan tujuan untuk meningkatkan

likuiditas pasar dan menghindari peristiwa saham hilang dan pemalsuan saham dan juga untuk mempercepat proses penyelesaian transaksi.


(56)

Pada Tahun 2002, Bursa Efek Indonesia mulai menerapkan

perdagangan jarak jauh (Remote Trading) sebagai upaya meningkatkan

akses pasar, efesiensi pasar, kecepatan dan frekuensi perdagangan. 4.1.3 Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia ( BEI )

a. Visi

Bursa Efek Indonesia menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia. Bursa yang kompetitif adalah Bursa yang memiliki kinerja baik sehingga mampu bersaing dengan bursa-bursa lain di tingkat Internasional, serta dapat menciptakan suatu perdagangan yang wajar, teratur, dan efisiensi.

b. Misi

Menjadikan Bursa Efek Indonesia sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional serta menjadi gerbang investasi bagi investor lokal maupun asing. Menjadi Lembaga bursa yang berwibawa, transparan, memiliki integritas yang tinggi serta sebagai institusi yang dinamis dan tanggap terhadap perubahan pasar dan teknologi dengan tetap memperhatikan perlindungan investor.

4.1.4. Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia ( BEI )

Dalam menjalankan kegiatan usaha, Bursa Efek Indonesia tunduk pada peraturan perundang-undangan yang berlaku dibidang pasar modal. Pembinaan dan pengawasan terhadap Bursa Efek Indonesia dilakukan oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM). Kekuasaan tertinggi di PT. Bursa Efek Indonesia sesuai anggaran dasar perusahaan terletak pada


(57)

Rapat Umum Pemegang Saham. Dalam struktur organisasi PT. Bursa Efek Indonesia juga terdapat Dewan Komisaris, yang bertugas dan berfungsi melakukan pengawasan terhadap kelancaran jalannya perseroan.

PT. Bursa Efek Indonesia mempunyai direksi sebanyak empat orang yaitu satu orang Direktur yang membawahi beberapa divisi operasional. Dalam menjalankan tugasnya, Direktur Utama dibantu oleh tiga komite yang terdiri dari Komite Perdagangan dan Penyelesaian Transaksi Efek, Komite Pencatatan dan Komite Disiplin Anggota Bursa.

Struktur Organisasi PT. Bursa Efek Indonesia dapat digambarkan sebagai berikut:


(58)

Gambar 2 : Struktur Organisasi PT. Bursa Efek Indonesia

Sumber : PT. Bursa Efek Indonesia

4.1.5. Sejarah Perusahaan Obyek Penelitian

1. PT. Bristol Myers Squibb Indonesia, Tbk

PT. Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk didirikan dengan nama

PT. Squibb Indonesia Tbk berdasarkan Undang-Undang Penanaman Modal Asing No. 1 tahun 1967 dan Akta Notaris Abdul Latief, S.H. No.24 tanggal 8 Juli 1970. Akta pendirian perusahaan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. J.A. 5/27/12 tanggal 20 Februari 1971 serta diumumkan dalam Lembaran Berita Negara No. 23 tanggal 19 Maret 1971.


(59)

Anggaran Dasar perusahaan telah mengalami beberapa perubahan. Berdasarkan Akta Notaris Singgih Susilo, S.H. No. 67 tanggal 21 Juni 2002, nama perusahaan berubah menjadi PT. Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk. Perusahaan telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C-12723.HT.01.04.Th.2002 tanggal 11 Juli 2002 dan Badan Koordinasi Penanaman Modal No. 271/A6.B2/2002 tanggal 2 Agustus 2002. Sesuai dengan pasal 2 dari anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan adalah memproduksi dan menjual produk farmasi dan kesehatan.

Perusahaan memulai kegiatan komersial pada tahun 1972.

Perusahaan tergabung dalam kelompok usaha (grup) Bristol Myers Squibb Company, Amerika Serikat. Kantor pusat berlokasi di Wisma Tamara Lt. 10, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 24, Jakarta 12920. Pabrik perusahaan berlokasi di Jl. Raya Bogor Km. 38, Cilangkap Depok - 16958

2. PT DARYA-VARIA LABORATORIA

PT Darya-Varia Laboratoria Tbk didirikan dalam rangka Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri No. 6 tahun 1968 berdasarkan akta notaris No. 5 tanggal 5 Februari 1976 dari notaris Abdul Latief, S.H. Akta ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dalam Surat Keputusan No. Y.A.5/288/11 tanggal 28 Mei 1976 dan diumumkan dalam Tambahan No. 712 pada Berita Negara No. 92 tanggal 18 November 1977.


(60)

Anggaran Dasar Perusahaan telah beberapa kali diubah, antara lain mengenai perubahan nama Perusahaan menjadi PT Darya-Varia Laboratoria Tbk dan perubahan Anggaran Dasar Perusahaan dalam rangka Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas dilakukan dengan akta notaris No. 107 tanggal 18 Juni 1997 dari notaris Benny Kristianto, S.H. Perubahan anggaran dasar tersebut telah disetujui oleh Menteri Kehakiman dalam Surat Keputusan No. C2-6441.HT.01.04.TH.97 tanggal 9 Juli 1997 dan diumumkan dalam Tambahan No. 4747 pada Berita Negara No. 81 tanggal 10 Oktober 1997. Perubahan terakhir terhadap Anggaran Dasar Perusahaan sehubungan dengan prosedur pelaksanaan rapat Direksi dan Komisaris dilakukan dengan akta notaris No. 50 tanggal 30 Juli 2002 dari notaris Benny Kristianto, S.H., yang telah disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia dalam Surat Keputusan No. C-16570.H.T.01.04.TH.2002 tanggal 30 Agustus 2002dan diumumkan dalam Tambahan No. 999 pada Berita Negara No. 89 tanggal 5 November 2002.

Perusahaan bergerak dalam bidang manufaktur, perdagangan, dan distribusi produk-produk farmasi, produk-produk kimia yang berhubungan dengan farmasi, dan perawatan kesehatan. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1976. Pabrik dan kantor pusat Perusahaan masing-masing berlokasi di Bogor dan Jakarta.

3. PT INDOFARMA (PERSERO) Tbk

Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Indonesia Farma Tbk, disingkat dengan PT Indofarma (Persero) Tbk dan selanjutnya disebut “perusahaan”


(61)

didirikan berdasarkan akta No. 1 tanggal 2 Januari 1996 dan diubah dengan akta No. 134 tanggal 26 Januari 1996 keduanya dari Notaris Sutjipto, SH. Akta pendirian ini telah disahkan dengan Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. C2-2122.HT.01.01.TH.96 tanggal 13 Februari 1996 dan diumumkan dalam Berita Negara No. 43 tanggal 28 Mei 1996, Tambahan No. 4886.

Anggaran dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta No. 13 tanggal 20 Februari 2001 dari Notaris Imas Fatimah, SH mengenai peningkatan modal dasar. Akta perubahan ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C-1382.HT.01.04.Th 2001 tanggal 23 Februari 2001.

Pada awalnya, perusahaan merupakan sebuah pabrik obat yang didirikan pada tahun 1918 dengan nama Pabrik Obat Manggarai. Pada tahun 1950, Pabrik Obat Manggarai ini diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia dan dikelola oleh Departemen Kesehatan. Pada tahun 1979, nama pabrik obat ini diubah menjadi Pusat Produksi Farmasi Departemen Kesehatan. Kemudian, berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) No. 20 tahun 1981, Pemerintah menetapkan Pusat Produksi Farmasi Departemen Kesehatan menjadi Perusahaan Umum Indonesia Farma (Perum Indofarma). Selanjutnya pada tahun 1996, status badan hukum Perum Indofarma diubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) berdasarkan PP No. 34 tahun 1995.


(62)

Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, maksud dan tujuan pendirian Perusahaan adalah melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan serta program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya di bidang farmasi, diagnostik, alat kesehatan, serta industri produk makanan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut, Perusahaan dapat melaksanakan kegiatan usaha sebagai berikut:

 Memproduksi bahan baku dan bahan penolong farmasi serta bahan kimia

termasuk agrokimia, baik sendiri maupun atas dasar lisensi atau pembuatan atas dasar upah

 Memproduksi obat jadi seperti obat-obatan esensial, obat generic, obat

nama dagang, obat radisional, kosmetik, alat kesehatan, diagnostik, kontrasepsi serta produk makanan baik yang ada hubungannya dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan maupun yang bersifat umum termasuk untuk hewan, baik sendiri maupun atas dasar lisensi atau pembuatan atas dasar upah

 Memproduksi pengemasan maupun bahan pengemas, mesin dan

peralatan serta sarana pendukung lainnya, baik yang terkait dengan industri farmasi maupun industri lainnya

 Pemasaran, perdagangan dan distribusi dari produk di atas, baik hasil

produksi maupun hasil produk pihak ketiga, termasuk barang umum, baik di dalam maupun di luar negeri, serta kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan usaha Perusahaan.


(63)

Kantor dan lokasi pabrik Perusahaan terletak di jalan Indofarma No.1, Cibitung, Bekasi. Perusahaan mulai berproduksi secara komersial tahun 1983. Hasil produksi Perusahaan dipasarkan di dalam dan di luar negeri, termasuk ke Myanmar, Singapura, Irak dan lain-lain.

4. PT. Kalbe Farma, Tbk

PT. Kalbe Farma Tbk. Didirikan di Negara Republik Indonesia, dalam rangka Undang-Undang Penanaman Modal dalam Negeri No. 6 Tahun 1968 yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 12 Tahun 1970 berdasarkan Akta Notaris Raden Imam Soesetyo Prawirokoesoemo No. 3 pada tanggal 10 September 1966. Akta pendirian ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia (Menkeh) Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. J.A.5/72.23 tanggal 12 September 1967 dan diumumkan dalam Tambahan No. 234, Berita Negara Republik Indonesia No. 102 pada tanggal 22 Desember 1967. Anggaran dasar perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta notaris Maria Theresia Suprapti, S.H., No. 27, notaris pengganti Poerbaningsih Adi Warsito, S.H. tanggal 18 Desember 2003, sehubungan dengan perubahan nilai nominal

saham perusahaan dari Rp 100 menjadi Rp 50 per saham (stock split).

Perubahan tersebut telah diterima dan dicatat oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (dahulu Menkeh) dalam Surat Keputusan No. C-29582.HT.01.04.TH.2003 tanggal 19 Desember 2003. Seperti yang dinyatakan dalam anggaran dasarnya, ruang lingkup kegiatan perusahaan meliputi, antara lain usaha dalam bidang industri dan distribusi


(64)

produk farmasi (obat-obatan bagi manusia dan hewan). Saat ini perusahaan terutama bergerak dalam bidang produksi dan pengembangan produksi farmasi.

Perusahaan memulai operasi komersial pada Tahun 1966. Perusahaan berkedudukan di Jakarta, dan baik kantor pusat maupun fasilitas keduanya berlokasi di Kawasan Industri Delata Silicon, Jl. M.h. Thamrin, Blok A3-1, Lippo Cikarang, Bekasi, Jawa Barat.

5. PT. Kimia Farma (Persero), Tbk

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk didirikan di Republik Indonesia berdasarkan akta No.18 tanggal 16 Agustus 1971 yang telah diubah dengan Akta No. 18 tanggal 11 Oktober 1971 keduanya dari Soalaeman Ardjasasmita, notaris di Jakarta. Akta perubahan ini telah mendapat pengesahan dari Menteri KehakimanRepublik Indonesia dengan Surat Keputusan No. J.A.5/184/21 tanggal 14 Oktober 1971, dan didaftarkan pada buku registrasi di kantor Pengadilan Negeri Jakarta di bawah No. 2888 dan No. 2889 tanggal 20 Oktober 1971 serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 508.

Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta No. 45 tanggal 24 Oktober 2001 dari Imas Fatimah, S.H,. notaris di Jakarta, mengenai perubahan modal disetor. Akta perubahan ini telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C-12746HT.01.04.TH.2001 tanggal 8 November 2001.


(65)

Perusahaan mulai beropersi secara komersial sejak tahun 1917, yang pada saat itu bergerak dalam bidang distribusi obat dan bahan baku obat. Pada tahun 1958, pada saat Pemerintah Indonesia menasionalisasikan semua perusahaan Belanda, status perusahaan tersebut diubah menjadi beberapa Perusahaan Negara. Pada Tahun 1969, beberapa Perusahaan Negara tersebut diubah menjadi satu perusahaan yaitu Perusahaan Negara Farmasi dan Alat Kesehatan Bhinneka Kimia Farma disingkat PN Farmasi Kimia Farmasi. Pada tahun 1971, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1971, status Perusahaan Negara tersebut diubah menjadi Persero dengan nama PT. Kimia Farma (Persero).

6. PT. Merck, Tbk

PT Merck Indonesia (Perseroan), berkedudukan di Indonesia dan berlokasi di Jl. T.B. Simatupang No. 8, Pasar Rebo, Jakarta Timur, didirikan dalam rangka penanaman modal asing berdasarkan Undang-Undang No. 1 tahun 1967. Undang-undang No. 11 tahun 1970, dengan akta notaris Eliza Pondaag SH tanggal 14 Oktober 1970 No. 29. Akte ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan No. J.A.5/173/6 tanggal 28 Desember 1970, dan diumumkan dalam Tambahan No. 202 pada Berita Negara No. 34 tanggal 27 April 1971.

Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akte notaris Aulia Taufani SH, pengganti Sutjipto SH tanggal 4 Juni 2002 No. 1 mengenai perubahan nama Perseroan dari PT Merck Indonesia Tbk menjadi PT Merck Tbk. Akte ini telah disetujui oleh


(66)

Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia dengan No. C-11973 HT.01.04,.TH.2002 tanggal 2 Juli 2002. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasarnya, Perseroan bergerak dalam bidang industri farmasi dan perdagangan. Produksi komersial dimulai Tahun 1974.

7. PT. Pyridam Farma, Tbk

PT Pyridam Farma Tbk (“Perusahaan”) didirikan berdasarkan Akta Notaris Tan Thong Kie No. 31 tanggal 27 November 1976. Akta pendirian Perusahaan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. YA 5/118/3 tanggal 17 Maret 1977, serta diumumkan dalam Lembaran Berita Negara No. 102 Tambahan No. 801 tanggal 23 Desember 1977.

Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, tang terakhir dengan Akta Notaris Tse Min Suhardi, SH, notaris pengganti Rachmat Santoso, SH No. 267 tanggal 23 Desember 2000 mengenai peningkatan modal dasar dan modal ditempatkan, perubahan nilai nominal saham dan perubahan nama Perusahaan. Perubahan ini telah disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C-00321.HT.01.04.TH 2001 tanggal 25 April 2001, dan telah diumumkan dalam Lembaran Berita Negara No. 87 Tambahan No 6728 tanggal 30 Oktober 2001.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perubahan, ruang lingkup kegiatan usaha Perusahaan meliputi industri obat-obatan, plastic, alat-alat kesehatan,


(67)

dan industri kimia lainnya, serta melakukan perdagangan, termasuk impor, ekspor dan antar pulau, dan bertindak selaku agen, grosir, distributor dan penyalur dari segala macam barang. Kegiatan usaha perusahaan saat ini meliputi produksi dan pengembangan obat-obatan (farmasi) serta perdagangan alat-alat kesehatan. Perusahaan berdomisili di Jakarta dan pabriknya berlokasi di Desa Cibodas, Puncak, Jawa Barat. Kantor pusat Perusahaan berlokasi di Jalan Kemandoran VIII No. 16, Jakarta. Perusahaan mamulai operasi komersialnya pada Tahun 1977. Pabrik Perusahaan yang berlokasi di Desa Cibodas, Puncak, Jawa Barat, mulai dibangun pada Tahun 1995 dan mulai beroperasi pada bulan April 2001.

8. PT. Schering-Plough Indonesia, Tbk

PT Schering-Plough Indonesia Tbk (Perusahaan) didirikan dalam rangka Undang-Undang Penanaman Modal Asing No. 1 tahun 1967, yang diubah dengan Undang-Undang No. 11 tahun 1970, berdasarkan akta notaris Djojo Muljadi, S.H., No. 17 tanggal 7 Maret 1972. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam surat keputusan Nn. Y.A.5/72/5 tanggal 26 Oktober 1972 dan diumumkan dalam Lembaran Berita Negara No. 2 tanggal 5 Januari 1973.

Anggaran dasar telah mengalami beberapa kali perubahan, yang terakhir diaktakan dalam notaris Singgih Susilo S.H,. No. 206 tanggal 14 Juni 1997 sehubungan, antara lain, perubahan nama Perusahaan dari PT Schering-Plough Indonesia menjadi PT Schering-Plough Indonesia Tbk, perubahan umur perusahaan yang terbatas menjadi tidak terbatas, dan hal-hal


(1)

b. Hubungan secara parsial antara variabel X2 terhadap Y

Dari perhitungan didapat t hitung sebesar 5.627 karena t hitung lebih besar dari t tabel 2,042, maka Ho ditolak pada level of significant 5 %. Sehingga secara parsial variabel Ukuran Perusahaan berpengaruh secara signifikan positif terhadap praktik Nilai Perusahaan. Nilai r2 parsial untuk variabel Ukuran Perusahaan sebesar 0,000 berarti bahwa variabel Ukuran Perusahaan mampu menjelaskan variabel Nilai Perusahaan sebesar 0 %.

c. Hubungan secara parsial antara variabel X3 terhadap Y

Dari perhitungan didapat t hitung sebesar 0,666 karena t hitung lebih kecil dari t tabel (2,042), maka Ho diterima pada level of significant 5 %. Sehingga secara parsial variabel Profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan positif terhadap praktik Nilai Perusahaan. Nilai r2 parsial untuk variabel Profitablitas sebesar 0,511 berarti bahwa variabel Profitabilitas mampu menjelaskan variabel Nilai Perusahaan sebesar 51,1 %.

4.4. Pembahasan

4.4.1 Leverage terhadap Nilai Perusahaan

Dari hasil penelitian perhitungan variabel Leverage memiliki pengaruh negatif tidak signifikan sebesar 0,585 lebih besar dari taraf nyata 0,05. Ini berarti bahwa Leverage mempunyai pengaruh negatif tidak signifikan terhadap Nilai Perusahaan.


(2)

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Sujoko (2007) yang menemukan bahwa variabel Leverage mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

Hal ini berarti bahwa semakin turun Leverage maka tingkat Nilai Perusahaan akan semakin tinggi. Hal ini disebabkan perusahaan Farmasi memiliki kecenderungan menggunakan hutang dengan jumlah yang lebih besar guna meningkatkan investasi ataupun volume penjualan, meskipun sebenarnya dengan tingkat hutang tinggi akan semakin besar risiko keuangan yang akan dihadapi perusahaan sehingga dengan adanya hutang yang besar maka perusahaan menggunakan laba yang dimiliki untuk membayarnya, dengan demikian hal tersebut akan menurunkan keuntungan para investor. Hal ini akan berdampak negatif terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Farmasi yaitu Tingginya leverage mengakibatkan Nilai Perusahaan pada Perusahaan Farmasi turun sehingga Leverage tidak mampu secara nyata memprediksi Nilai Perusahaan di masa yang akan datang pada perusahaan Farmasi yang go publik di Bursa Efek Indonesia.

4.4.2 Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan

Menurut hasil penelitian perhitungan Ukuran Perusahaan memiliki pengaruh positif dan signifikan sebesar 0,000 lebih keci dari taraf nyata 0,05. Ini berarti bahwa Ukuran Perusahaan mempunyai pengaruh positif signifikan .terhadap Nilai Perusahaan.


(3)

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Sujoko (2007) ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Temuan ini konsisten dengan temuan penelitian Sudarma (2003) dan Ratnawati (2001). Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa investor mempertimbangkan ukuran perusahaan dijadikan patokan bahwa perusahaan tersebut mempunyai kinerja bagus.

Hal ini berarti bahwa semakin naik Ukuran Perusahaan maka tingkat Nilai Perusahaan akan semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena sebagian besar Perusahaan Farmasi memiliki nilai aktiva yang tinggi sehingga perusahaan menunjukkan dana yang menganggur begitu besar. Kelebihan dana disebabkan perusahaan memiliki perputaran aktiva yang rendah sehingga menjadikan perusahaan sulit untuk mendapatkan laba dan rendahnya laba yang didapat mengakibatkan nilai perusahaan rendah. Ketidakmampuan perusahaan dalam mengelola aktiva dengan baik menyebabkan investor enggan untuk memutuskan berinvestasi di perusahaan Farmasi.

4.4.3 Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan

Menurut hasil perhitungan variabel Profitabilitas mempunyai pengaruh positif tidak signifikan sebesar 0,511 lebih besar dari taraf nyata 0,05. Ini berarti bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh positif yang tidak signifikan terhadap Nilai Perusahaan.


(4)

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sujoko (2007) profitabilitas mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Temuan penelitian ini mendukung signaling theory, Battacharya (1979) yang menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai earning yang semakin meningkat merupakan signal bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek bagus di masa yang akan datang.

Hal ini berarti bahwa semakin turun Profitabilitas maka tingkat Nilai Perusahaan akan semakin rendah. Hal ini disebabkan perusahaan Farmasi tidak semuanya mendapatkan laba karena ada perusahaan Farmasi yang mengalami kerugian sehingga membuat tingkat Profitabilitas menurun, walau Profitabilitas menurun akan tetapi Nilai Perusahaan Farmasi turun karena beberapa perusahaan Farmasi karena penjualan obat-obatan pada tahun 2005-2008 mengalami penurunan karena modal yang rendah yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan Farmasi.


(5)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dikemukakan di bab terdahulu, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

a. Leverage berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan Farmasi yang ada di BEI.

b. Ukuran Perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan Farmasi yang go publik di BEI.

c. Profitabilitas berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan Farmasi yang go publik di BEI.

5.2. Saran

Adapun saran yang ingin disampaikan peneliti berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan adalah sebagai berikut :

a. Dalam melakukan investasi (penanaman modal) pada suatu perusahaan, investor tidak boleh hanya memperhatikan besarnya Leverage, Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas dalam suatu perusahaan. Tetapi juga harus melihat faktor-faktor fundamental lain yang mempengaruhi Nilai Perusahaan agar dalam berinvestasi investor tidak spekulatif dan hanya ikut-ikutan tanpa mempertimbangkan faktor yang rasional.


(6)

b. Perusahaan hendaknya mempertahankan tingkat rasio hutang yang rendah karena bisa meningkatkan Nilai Perusahaan, dengan tingkat rasio hutang yang rendah maka mengindikasikan perusahaan mempunyai aktiva dan modal yang besar untuk melaksanakan kegiatan operasional perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu mencapai laba yang sebesar-besarnya.

c. Konsep Nilai Perusahaan sebagai konsep yang fundamental bagi pengembangan teori pasar modal sebaiknya lebih banyak dikupas lagi oleh para ahli.

d. Bagi peneliti yang berminat melakukan penelitian hal yang sama dapat menggunakan variabel-variabel lain yang diperkirakan akan berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan.


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Basis Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Likuiditas Terhadap Tingkat Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia

1 35 110

PENGARUH PROFITABILITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN ASURANSI GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 49

ANALISIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PERTUMBUHAN ASSET DAN PROFITABILITAS TERHADAP LEVERAGE PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 70

PENGARUH LEVERAGE DAN LIKUIDITAS TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN OTOMOTIVE YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 78

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, DAN PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN TRANSPORTATION SERVICES DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 110

Pengaruh Profitabilitas, Leverage dan Ukuran Perusahaan Terhadap Return Saham Perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia.

0 1 22

PENGARUH LEVERAGE, LIKUIDITAS, DIVIDEN DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2008-2012.

0 0 14

PENGARUH LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN, DAN PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN FARMASI YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

0 0 16

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, DAN PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN TRANSPORTATION SERVICES DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 20

PENGARUH PROFITABILITAS DAN LEVERAGE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 1 27