Redaksi al-Qur’an tentang Hijrah

C. Redaksi al-Qur’an tentang Hijrah

38 Al-Wâhidî, Asbab …….., h. 289. 39 Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qur ’ ân ……. , Juz III, h. 405.

a. Pujian terhadap Para Muhajirin Di dalam al-Qur’an, Allah swt. memberikan pujian yang sangat besar kepada para Muhajirin dengan uslub yang beragam. Hal ini menandakan bahwa persoalan ini sangat penting dan sangat signifikan dalam ajaran Islam yang mengandung muatan dakwah, ajaran akhlak, serta muatan aqidah kepada Allah swt. juga menjadi pelajaran yang sangat berharga dalam membentuk masyarakat yang berasaskan tauhid.

Sifat-sifat yang dimiliki mereka disebabkan niat besar dan ikhlas karena Allah. Mereka berani keluar dan berjuang di jalan Allah swt., meninggalkan keluarga, tempat tinggal serta sangat membenci segala penindasan dan intimidasi dan tekanan- tekanan yang dilakukan oleh kafir Quraisy. Di antara uslub-uslub pujian tersebut antara lain:

1. Ikhlas Jika diamati kata ikhlas di dalam al-Qur’an mengandung arti kejernihan hati seorang hamba di dalam melakukan suatu perbuatan ibadah kepada Allah swt. Kalimat ikhlas adalah salah satu kata dan sifat yang terpuji yang dimilki oleh kaum Muhajirin ketika meninggalkan tempat yang mereka cintai demi merealisasikan keimanannya kepada Allah swt. sebagaimana firman-Nya:

Artinya; (Juga) bagi para fuqara yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan (Nya) dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar. (Q.S. al-Hasyr [59]: 8)

Ayat ini mengisyaratkan tentang kepergian Muhajirin yang meninggalkan harta, keluarga dan rumah mereka bertujuan mencari ridha Allah swt. Hal tersebut terangkum dalam firman-Nya: (yabtagûna fadhlan min Allah wa ridhwâna). Ahzami mengatakan bahwa ini menunjukkan mereka meninggalkan rumah dan harta didasari oleh keikhlasan kepada Allah swt. dan mengharapkan ridha dari Allah swt.

Ikhlas adalah kejernihan hati dalam merealisasikan perbuatan hanya kepada

Allah swt. dan tidak mengarahkan niat dan tujuan kepada selainnya. Jikalau perbuatan didasari keikhlasan karena Allah, maka akan menciptakan seorang hamba senantiasa memiliki jiwa yang rendah hati dan penuh semangat. Alasannya, sifat dan jiwa tersebut akan membawa kepada kegembiraannya. Lalu Allah akan mengangkat derajatnya di sisi manusia. Barang siapa yang diletakkan oleh Allah di sisi-Nya, maka Allah akan ridha kepadanya.

Jiwa dan nilai ikhlas yang paling utama pada diri seorang hamba adalah yaitu senantiasa komitmen (iltizâm) dalam menjalankan ibadah kepadanya. Hal tersebut seiring dengan firman-Nya:

Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus , dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (Q.S. al-Bayyinah [98]: 5)

Olehnya itu, keiklasan merupakan nilai perekat para Muhajin dalam menghadapi berbagai tindakan yang dapat menghancurkan keyakinannya kepada

Allah swt. serta dengan tulus ikhlas memperjuangkan agama dengan penuh keyakinan. Hal tersebut dimaksudkan agar apa yang mereka harapkan di sisi Allah dapat mewujud. Keikhlasan sesungguhnya lahir dari hati dan keimanan yang benar.

b. Sabar Sabar merupakan bagian yang sangat penting dalam kesuksesan dalam setiap perjuangan. Bagian ini senantiasa melekat pada jiwa seorang muslim yang tangguh

dan merealisasikan cita-cita dan harapannya. Ketika para Muhajirin meninggalkan rumah dan tempat tinggal mereka, melalui jiwa kesabaran mereka mampu mempertahankan aqidahnya dan sanggup menghadapi tantangan dan penyiksaan. Inilah sifat yang sangat terpuji yang melekat pada diri mereka sehingga Allah memujinya atas jiwa kesabarannya dan mereka meraih apa yang mereka inginkan.

Sifat sabar adalah sifat yang dimiliki sahabat Rasulullah yang melakukan hijrah dari Mekkah ke Madinah untuk mengikuti dan merealisasikan petunjuk dari Rasulullah saw. Allah swt. memberikan pujian atas hal itu, yaitu dengan memberikan ganjaran pahala besar di sisi-Nya, sebagaimana dalam firman-Nya:

Artinya: Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui. (Q.S. an-Nahl [16]: 41)

Dan firman Allah:

Artinya: Dan sesungguhnya Tuhanmu (pelindung) bagi orang-orang yang berhijrah sesudah menderita cobaan, kemudian mereka berjihad dan sabar;

sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. an-Nahl [16]: 110)

Raghîb al-Ishfahânî mengemukakan tentang kalimat sabar, yaitu mengekang jiwa dan nafsu sehingga dapat seiring dengan petunjuk akal dan syar’i atau akal dan syara’ mengekang dorongan nafsu. Term sabar merupakan kata yang berlaku umum yang penamaannya berbeda sesuai dengan perbedaan penggunaannya. Apabila menghalangi nafsu dalam melakukan kemaksiatan, maka dinamakan sabar dan

lawannya adalah juz’u dan sebagainya. 40 Nilai keistimewaan sabar, adalah komitmen (iltizâm) terhadap apa yang

diperintahkan oleh Allah swt. sebagaimana dalam firman-Nya:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung. (Q.S. Âli ‘Imrân [3] : 200)

Ibn Katsir menjelaskan bahwa ayat ini memerintahkan untuk bersabar dalam perintah agama yang tujuannya mengharap ridha Allah swt. Pasalnya, tidak ada yang

40 Al-Raghîb, Al-Mufradât fî Gharîb al-Qur ’ ân , h. 373.

mampu menolak dan mendatangkan manfaat kecuali Allah swt. Tiada kebaikan dan keburukan, tiada kelonggaran dan kesulitan melainkan hanya kehendak-Nya. Dengan

demikian, kesabaran merupakan perisai untuk meraih keberuntungan. 41 Kesabaran yang dimiliki oleh sahabat mampu merealisasikan kehendak dan

tuntunan al-Qur’an. Lalu Allah swt. memujinya dengan sifat kesabarannya dan memberikan ganjaran pahala sesuai apa yang mereka harapkan, sebagaimana dalam

firman-Nya:

Artinya: ya (cukup), jika kamu bersabar dan bertakwa dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima

ribu malaikat yang memakai tanda. Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala-bantuan

khabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. Âli-‘Imrân [3]: 125-126)

c. Shiddiq Di antara sifat terpuji yang dimiliki oleh kaum Muhajirin adalah jiwa shiddiq yang menyebabkan pujian yang diarahkan kepadanya oleh Allah swt. Sifat shiddiq adalah sifat yang melekat pada para Muhajirin dalam melakukan hijrahnya sehingga mampu melewati segala hal yang menghambat kepercayaan diri. Hal tersebut

41 Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qur ’ ân …….., Juz I, h. 381.

dikarenakan shiddiq itu lahir dari keimanan dan kepercayaan yang besar terhadap sesuatu. Allah swt. mengabadikannya dengan firman-Nya:

Artinya; (Juga) bagi para fuqara yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan

keridhaan(Nya) dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar. (Q.S. al-Hasyr [59]: 8)

Imam al-Bughuwi menjelaskan bahwa ayat (yanshurûn Allâh wa rasûlah ulâika hum as-shâdiqûn) adalah didasarkan atas keimanan mereka. Imam Qatâdah mengemukakan yaitu orang-orang yang meninggalkan rumah dan harta serta segala kesenangan dunia karena Allah dan Rasulnya serta memiliki kepercayaan penuh

terhadap kebenaran Islam, walaupun mereka ditimpa berbagai bencana dan penderitaan 42 .

Kata as-shidq memiliki muatan tinggi dalam Islam karena termasuk unsur keimanan kepada Allah swt. sehingga Allah memerintahkan untuk senantiasa komitmen dengan unsur tersebut, sebagaimana firman-Nya:

d. Pengorbanan atau Jihad Di antara uslub pujian terhadap sifat yang terpuji yang dimiliki oleh para

Muhajirin adalah memiliki jiwa jihad dan pengorbanan sebagaimana terangkum dalam firman Allah swt.:

42 Al-Baghawî, Tafsîr al-Baghawî, Juz IV, h. 318.

Artinya: Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka adalah lebih tinggi derajatnya di sisi

Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. (Q.S. at- Taubah [9]: 20)

Dan firman Allah swt.

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah

Maha Pengampun lagi Maha Penyayang .(Q.S. al-Baqarah [2]: 218) Al-Raghib mengetengahkan tentang jihad dengan mengatakan bahwa sesungguhnya jihad terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu: berjihad melawan musuh, berjihad melawan setan dan berjihad melawan nafsu. Semuanya ini termaktub dalam firman Allah swt.:

Artinya: Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar- benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu Artinya: Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar- benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu

Pengorbanan merupakan karakteristik dalam masyarakat yang islami. Ia menjadi karakteristik yang senantiasa ada pada agama Islam. Rasulullah menanamkam jiwa berkorban pada sanubari sahabatnya. Ketika diberikan

kemampuan oleh Allah swt. baik berupa kemampuan materi maupun kemampuan kekuatan, mereka dengan senang hati memanfaatkannya.

e. Memberikan Pertolongan kepada Allah dan Rasul-Nya Salah satu pujian yang diberikan oleh Allah kepada Muhajirin adalah

memiliki jiwa yang senantiasa memberikan pertolongan kepada Allah dan Rasul-Nya. Sifat ini selalu menjadi perekat dalam merealisasikan ibadah kepada Allah.

Mereka dengan penuh kesadaran dan keyakinan rela memperjuangkan dan mengorbankan apa yang dimilikinya demi agama Allah. Pertolongan itu terbukti oleh beberapa sahabat yang rela membelanjakan harta dan jiwanya demi agama Allah, seperti yang dilakukan oleh Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali. Selain menolong agama Allah, juga membantu para fakir miskin yang melakukan hijrah di jalan Allah swt. sebagaimana firman-Nya:

Artinya: (Juga) bagi para fuqara yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan Artinya: (Juga) bagi para fuqara yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan

Ayat ini memberikan pujian kepada para Muhajirin yang dengan sukarela berhijrah meninggalkan keluarga dan hartanya demi menolong agama Allah swt. Mereka berjuang meninggalkan segala kesenangan yang ada demi memperjuangkan agama Allah.

b. Janji terhadap Orang yang Berhijrah di Jalan Allah Hijrah bukan sekedar dipahami sebagai perpindahan dari suatu daerah ke daerah yang lain atau dari suatu tempat ketempat yang lain, akan tetapi hijrah adalah bukti keimanan yang benar dan kuat untuk merealisasikan panggilan agama serta menegakkan panji-panji ajaran dan agama Allah swt.

Banyak ayat yang berbicara tentang balasan bagi para Muhajirin yang melaksanakan hijrah dengan syarat berada dalam panji Islam serta bertujuan menyelamatkan agama Allah. Para Muhajirin tersebut berhak mendapatkan pahala dan balasan dari Allah. Baik laki-laki maupun wanita pahalanya sama di hadapan

Allah swt. dan mereka masing-masing mendapatnya tanpa ada perbedaan, 43 sebagaimana yang disebutkan oleh an-Naisaburi dari Ummu Salamah yang berkata

kepada Rasulullah saw, “ Wahai Rasulullah saya tidak mendengar firman Allah bagi wanita untuk berhijrah” , maka turunlah ayat untuk menjawab keraguan dari Ummu

Salamah. 44 Allah swt. berfirman:

43 Al-Baghawî, Tafsîr al-Baghawî, Juz IV, h. 47. 44 Al-Wâhidî, Asbab …….., h. 143.

Artinya: “ Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman), "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena)

sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Kuhapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik." (Q.S. Âli ‘Imrân [3]: 195)

Adapun beberapa uslub al-Qur’an tentang janji Allah terhadap perjuangan kaum Muhajirin yang termuat dalam beberapa bahasan: 1.. Kelapangan Rezki di Dunia Jaminan Allah swt. termaktub di dalam al-Qur’an berupa kelapangan rezki di dunia ketika niat dan keinginannya diperuntukkan hanya kepada Allah swt. Hal tersebut didasari oleh keikhlasan dan ketulusan hati mereka untuk menjalankan perintah Allah swt.

Kelapangan ini digambarkan al-Qur’an dan dibuktikan oleh rentetan sejarah yang meliputi mereka. Al-Qur’an memberikan jaminan terhadap hal itu melalui firman Allah swt:

Artinya Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang.(Q.S. an-Nisâ’ [4]: 100) Dalam ayat yang mulia ini, Allah menjanjikan bahwa orang yang berhijrah

di jalan Allah akan mendapati dua hal: Pertama, “ murâghaman katsîran". Kedua, “ sâ'atan” . Yang dimaksud 'murâghaman' sebagaimana dikatakan oleh Imam Ar-Razi adalah barangsiapa berhijrah di jalan Allah swt. ke negeri lain, niscaya di negerinya yang baru itu akan mendapat kabaikan dan kenikmatan yang menjadi sebab kehinaan dan kekecewaan para musuhnya yang berada di negeri asalnya. Hal tersebut dilatari sebab orang yang memisahkan diri dan pergi ke negeri asing sehingga mendapatkan ketentraman di sana. Lalu berita itu sampai kepada negeri asalnya, niscaya penduduk asli negeri itu akan malu atas buruknya perlakuan yang mereka berikan, sehingga dengan demikian mereka merasa hina. Ibn al-Jawzi mengatakan bahwa dalam ayat “ yajid fî al-ardhi murâghaman katsîran wa sa’ah” berarti merasa bebas terhadap sesuatu yang menghimpitnya, sedangkan Ibn Qutaibah mengatakan bahwa kata murâghaman dan muhâjiran memiliki makna yang sama (murâghaman wa muhâjiran syay’ wâhid). Jadi kata tersebut bermakna keleluasaan pada diri seseorang untuk

melakukan suatu tindakan yang benar. 45

45 Ibn Jawzî, Tafsîr Ibn Jawzî, Juz II, h. 179.

Sedangkan yang dimaksud dengan kata sâ'ah' yaitu keluasan rezki. Inilah yang dikatakan oleh Abdullah bin Abbas ra. dalam menafsirkan ayat ini. Senada dengan itu, pemaknaan ini juga dikatakan oleh ar-Rabi', adh-Dhahhâk, Athâ’ dan mayoritas ulama,

Qatâdah berkata bahwa kata tersebut bermakna keluasan dari kesesatan kepada petunjuk dan dari kemiskinan kepada kekayaan yang melimpah. 46 Sedangkan

Imam Malik memaknainya sebagai keluasan negeri. 47 Mengomentari ketiga pendapat di atas, al-Qurthubi mengatakan bahwa

pendapat Imam Malik lebih sejalan dengan kefasihan ungkapan bahasa Arab. Alasannya, keluasan negeri dan banyaknya bangunan menunjukkan keluasan rezki. Ini juga menunjukkan kelapangan dada yang siap menanggung kesedihan dan pikiran

serta hal-hal lain yang menunjukkan kemudahan. 48 Terlepas dari tiga penafsiran di atas, yang jelas semuanya menunjukkan

bahwa orang yang berhijrah di jalan Allah akan mendapatkan janji dari Allah berupa keluasan rezki, baik dengan ungkapan langsung maupun secara tidak langsung.

Imam Ar-Razi menjelaskan kesimpulan tafsir ayat yang mulia ini dengan berkata: "Walhasil, seakan-akan dikatakan, 'Wahai manusia! Jika kamu membenci hiijrah dan tanah airmu hanya karena takut mendapatkan kesusahan dan ujian dalam perjalananmu, maka sekali-kali janganlah takut karena sesungguhnya Allah swt. akan memberimu berbagai nikmat yang agung dan pahala yang besar dalam hijrahmu. Hal

46 Al-Qurthubî, Jâmi ’ Ahkâm al-Qur ’ ân, (Beirut: Dar al-Kutub al-Arabiyyah, 1967), Juz V, h. 348. Lihat juga: Ibn Katsir, Tafsîr al-Qur ’ ân …….., Juz I, h. 597.

47 Al-Qurtubi, Jami ’ al-Ahkam ……. , Juz V, h. 348. Al-Alûsî, Ruh al-Ma ’ ânî, Juz V, h. 127. 48 Al-Qurtubi, Jami ’ al-Ahkam ……. , Juz V, h. 348.

yang kemudian menyebabkan kehinaan musuh-musuhmu dan menjadi sebab bagi kelapangan hidupmu. 49

b. Menghapus Seluruh Kesalahan dan Mengampuni Dosanya Salah satu nikmat yang diberikan oleh Allah kepada para Muhajirin adalah

penghapusan segala dosa dan kesalahan mereka, Keistimewaan ini berlaku di saat mereka memperjuangkan agama dan menegakkan panji-panji Allah swt. Hal tersebut

telah termaktub dalam al-Qur’an:

Artinya: Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Kuhapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai- sungai di bawahnya sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik. (Q.S. Âli ‘Imrân [3]: 195).

Dan firman Allah swt;

Artinya: Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang Muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki (ni`mat) yang mulia. (Q.S. al Anfâl [8]: 74)

49 Al-Râzî, Tafsîr al-Kabîr, Juz XI, h. 15.

Imam al-Raghib mengatakan bahwa at-takfîr yaitu menutupi segala kesalahan sehingga sampai kepada tingkatan yang tinggi atau menghapus segala kesalahan yang dimilikinya seperti penyakit yang dihilangkan pada diri orang yang

sakit. 50 Pengusiran yang dilakukan orang-orang kafir terhadap kaum mukminin

memberikan hikmah yang luar biasa. Pasalnya, ketika dia meninggalkan segala

kesenangan dunia dan mempertahankan keyakinannya kepada Allah dan dengan hati dan tulus ikhlas pergi meninggalkannya untuk memperjuangkan aqidahnya, Allah tidak menyia-nyiakan perjuangan itu dengan memberikan balasan di sisi-Nya, yaitu penghapusan segala dosa dan kesalahannya.

Janji Allah ini hanya berlaku kepada orang-orang yang termasuk dalam kategori hijrah yang benar, sedangkan orang-orang yang hijrah karena latar belakang urusan dunia maka Allah akan membalasnya sesuai yang mereka niatkan.

Kekhususan ini menandakan tingginya tingkatan dan derajatnya di sisi Allah yang didasari oleh perjuangan dan pengorbanannya serta oleh keinginannya mempertahankan ajaran dari Allah swt.

c. Tinggi dan Besar Derajatnya di Sisi Allah Allah tidak menyia-nyiakan perjuangan para Muhajirin dalam mempertahankan agamanya dengan tulus ikhlas sampai titik darah penghabisan. Hal ini dibuktikan dengan diangkatnya derajat mereka di sisi-Nya. Sebagaimana firman Allah swt:

50 Al-Raghîb al-Isfahânî, al-Mufradât fî Gharîb al-Qur ’ ân , h. 435.

Artinya: Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi

Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. (Q.S. at-Taubah [9]: 20)

Imam ar-Razi mengatakan bahwa tujuan manusia sesungguhnya mengarah kepada beberapa hal, di antaranya agar memiliki derajat yang tinggi. Manusia pada dasarnya terangkum dalam tiga sumber, yaitu: ruh, jasad dan harta. Adapun ruh,

ketika keluar dari kekafiran, maka ia akan mengenal keimanan selanjutnya meraih derajat yang besar di sisi Allah swt., sedangkan harta dan jiwa merupakan milik manusia yang sangat dicintai. Jadi jika harta dan jiwa itu dikorbankan, maka ia juga akan meraih derajat yang tinggi di sisi Allah swt. Artinya, jika keduanya menyatu

maka derajat itu akan bertambah besar di sisi-Nya. 51 Orang-orang yang hijrah di jalan Allah dengan hartanya akan meraih derajat

yang tinggi di sisi-Nya, yaitu derajat kemuliaan dan kesempurnaan. Orang yang mendapatkan kemuliaan di sisi Allah jauh lebih berharga dibanding kemuliaan harta dan jiwa, dimana kemuliaan di sisi Allah lebih besar dan kekal, dari segala sesuatu yang ada di bumi ini.

Keistimewaan ini dirangkum oleh al-Marâghi dalam tafsirnya dengan mengatakan bahwa orang-orang yang benar-benar berhijrah karena Allah, mereka akan mendapatkan jaminan di sisi Allah dengan tiga keistimewaan, di antaranya:

51 Al-Râzi, Tafsîr al-Kabîr, Juz XII, h. 190.

• Mengampuni dosa serta dihapus segala kesalahannya sebagaimana tertera dalam ayat la ukaffiranna ‘anhum sayyiâtihim. Hal ini sesuai dengan permintaan mereka yang menyebutkan “Ampunilah dosa-dosa kami dan hilangkanlah segala kesalahan kami”.

• Memberikan pahala yang besar di sisi-Nya sebagaimana firman Allah swt: Wa la udkhilannahum jannâtin tajrî min tahtiha al-anhâr. Hal ini sesuai dengan

keinginan mereka yang mengatakan “Berikanlah kepada kami apa yang engkau janjikan kepada kami melalui rasulmu”.

• Pahala pemberiannya sesuai dengan kebesaran dan kemuliaan yang ada pada mereka sebagaimana firman Allah, “ min ‘indillah” yang senada dengan permintaan mereka, “Ya Allah, janganlah engkau rendahkan kami pada hari kiamat”. Oleh karena itu, pahala yang didapat oleh para muhajirin adalah balasan

yang sempurna dari Allah swt. 52 Balasan ini seluruhnya diperuntukkan bagi orang-orang yang meninggalkan

harta dan seluruh kesenangan dunia untuk hijrah di jalan Allah swt. dengan mengorbankan seluruhnya ketika kewajiban hijrah diperuntukkan kepada kaum muslimin.