UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dalam pembuluh darah Barrett et al, 2010. Selain sel germinal, di dalam tubulus seminiferus juga terdapat sel sertoli. Sel ini berperan secara
metabolik dan struktural untuk menjaga spermatozoa yang sedang berkembang juga memfagosit sitoplasma spermatid yang telah
dikeluarkan. Ukuran sel sertoli sangat besar dengan selubung sitoplasma yang melimpah dan mengelilingi spermatogonia yang sedang berkembang
Guyton and Hall, 2006. Sel sertoli mensekresikan Androgen Binding Protein ABP, inhibin dan Mullerian Inhibiting Substance MIS. Sel
sertoli mengandung aromatase, yaitu enzim yang berperan dalam perubahan androgen menjadi estrogen Barrett et al, 2010.
2.2.1. Spermatozoa
Proses produksi
spermatozoa di
dalam testis
disebut spermatogenesis. Spermatozoa pada hewan pengerat lebih panjang dari
spesies mamalia lain, termasuk manusia dan hewan domestic pada umuumnya Krinke, 2000. Kepala sperma tikus berbentuk kait, seperti
pada hewan pengerat lainnya gambar Gambar 2.3
Gambar 2.4 Spermatozoa Sumber : Rat Sperm Morphological Assessment, Guideline Document Ed.1 Oktober 2000.
2.2.2. Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah proses terbentuknya spermatozoa sel primordial. spermatogenesis pada tikus terdiri dari 3 fase yaitu mitosis,
meiosis dan spermiogenesis Hess dan Franca, 2008. Pada tikus
Gambar 2.3 Spermatozoa pada perbesaran 400x Sumber : Rat Sperm Morphological Assessment, Guideline Document Ed.1 Oktober 2000.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
perkembangan spermatogonium, spermatosit atau spermatid saling terintegrasi dan terorganisasi dengan baik pada daerah yang sama dalam
tubulus. Siklus epitel seminiferus dengan asosiasi sel yang jelas disebut “stage of the cycle” yang dilambangkan dengan huruf romawi I - XIV dan
spermiogenesis dibagi atas 1-19 tahap Krinke, 2000. Secara umum spermatogonium dibagi menjadi 3 tipe, yaitu tipe A,
Intermediate, dan tipe B. Spermatogonium tipe A dibagi lagi menjadi A0 yang disebut juga stem sel dan tipe A1-A4. Spermatogonium tipe A0
terdapat di membran basal pada tubulus seminiferus dan mempunyai kemampuan untuk membelah menjadi 2 sel anak, yang salah satunya
menjadi A1 spermatogonium. Pada tikus, A1 spermatogonia kemudian mengalami 6 tahap mitosis dan kemudian menjadi preleptotene
spermatosit Krinke, 2000. Spermatosit kemudian bermeiosis, dimana spematosit berkembang
dari leptotene, zygotene dan pakiten untuk menjadi spermatosit sekunder pada komponen ad luminal dari sel sertoli pada tubulus seminiferus.
Selama fase meiosis, setiap spermatosit membelah menjadi 4 spermatid yang bersifat haploid Krinke, 2000.
Spermiogenesis terdiri dari 4 fase yaitu fase golgi, fase cap, fase akrosom dan fase maturasi Hess dan Franca, 2008. Fase golgi tahap 1-
3 terdapat granul akrosom, fase cap tahap 4-7 adanya head cap pada granul akrosom yang membesar yang menutupi 13 bagian nucleus, fase
akrosom 8-14 nukleus dan head cap memanjang, sedangkan pada tahap 13 dan 14 nukleusnya menjadi lebih pendek dan sitoplasma terkondensasi
di sepanjang ekor serta terlihat ekor memanjang, fase maturasi 15-19 terlihat pada tahap 19 spermatozoa dilepaskan ke arah lumen dan ekor
mengarah ke lumen Krinke, 2000.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 2.5 .Siklus Spermatogenesis pada Tikus Tahap siklus sel dalam spermatogenesis tikus dimulai se arah jarum jam dari kiri bawah A,
spermatogonium tipe A; In, spermatogonium tipe intermediate, B, spermatogonium tipe B; R, resting spermatosit primer; L,Leptotene spermatosit; Z, zygotene spermatosit; P I, P VII, P
XII, awal, pertengahan dan akhir spermatosit pakiten. Angka romawi menunjukkan tahap siklus dimana mereka ditemukan; DI, diplotene; II, spermatosit sekunder; 1
– 19, langkah-langkah spermiogenesis. Tabel di tengah memberikan komposisi cellular tahapan siklus epitel seminiferus
I – XIV. M superscript mengindikasikan terjadinya mitosis. Diadaptasi dari Clermont dengan
sedikit modifikasi 1962 Krinke, 2000.
2.2.3. Hormon yang mengontrol Spermatogenesis