UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.4 Grafik Persentase Motilitas setelah 20 detik pemberian ekstrak etanol 70 biji manggis
Dari hasil pengamatan dapat dilihat konsentrasi efektif minimum MEC ekstrak etanol 70 biji manggis untuk membunuh 100
sperma adalah 100 mgmL.
4.2 PEMBAHASAN
Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai antifertilitas adalah Garcinia mangostana L. Bagian yang digunakan adalah biji manggis.
Buah manggis diperoleh dari Lubuk Alung, Padang. Biji manggis yang digunakan berasal dari buah manggis yang telah matang, dengan kulit
buah berwarna ungu kemerahan. Determinasi tanaman dilakukan di „Herbarium Bogoriense”, bidang botani Pusat Penelitian Biologi – LIPI
Bogor, menunjukkan bahwa tanaman yang digunakan adalah benar Garcinia mangostana L. dari famili Clusiaceae.
Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi. Maserasi dipilih karena menggunakan peralatan yang sederhana dan mudah dalam proses
pengerjaannya. Metode maserasi juga dapat digunakan untuk menarik senyawa
– senyawa yang tidak tahan terhadap pemanasan. Pelarut yang digunakan adalah etanol. Etanol digunakan untuk maserasi karena
sifatnya yang polar.
100; 0 2
4 6
8 10
12 14
16 18
20
20 40
60 80
100 120
m o
til itas
set e
lah 20
d e
tik p e
m b
e ri
an
e kstr
ak
dosis mgmL
Grafik Motilitas setelah 20 detik
motilitas
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konsentrasi pelarut yang digunakan adalah 70 karena sampel yang diuji merupakan simplisia kering, sehingga kandungan air pada
etanol 70 dapat mempermudah proses penarikan senyawa pada saat ekstraksi. Filtrat hasil maserasi yang didapat kemudian dipekatkan
menggunakan vacuum rotary evaporator untuk menguapkan pelarut sehingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak yang diperoleh belum kental,
sehingga pemekatan ekstrak dilanjutkan menggunakan freeze dryer hingga diperoleh ekstrak kental.
Sebanyak 186,56 gram serbuk biji manggis Garcinia mangostana L. dimaserasi, didapatkan ekstrak kental sebanyak 19,92 gram. Sehingga
dihasilkan rendemen ekstrak 10,68. Pemeriksaan parameter spesifik dan non spesifik ekstrak juga dilakukan. Pada parameter non spesifik
dilakukan uji susut pengeringan dan kadar abu. Tujuan pemeriksaan susut pengeringan adalah untuk mengetahui jumlah senyawa yang hilang selama
proses pengeringan Depkes RI, 2000. Sedangkan pemeriksaan kadar abu bertujuan untuk mengetahui kandungan mineral yang berasal dari proses
awal sampai terbentuknya ekstrak Depkes RI, 2000. Hasil pemeriksaan kadar abu yaitu 13,75 dan susut pengeringan 8,36.
Tikus yang digunakan sebagai bahan uji adalah tikus putih jantan strain Sprauge Dawley berumur 2,5-3 bulan. Pemilihan strain Sprauge
Dawley dikarenakan strain ini memiliki tingkat kesuburan yang tinggi ditandai dengan jumlah sperma dalam epididimis lebih banyak
dibandingkan dengan strain lain Wilkinson et al., 2000. Hewan coba dikelompokkan menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol, dosis rendah
5mgkgBB, dosis sedang 50mgkgBB dan dosis tinggi 100mgkgBB serta satu kelompok untuk pengujian aktivitas spermisidal secara in vitro.
Setiap kelompok terdiri dari 5 ekor tikus. Hal ini disesuaikan dengan Research Guidelines for Evaluating The Safety and Efficacy of Herbal
Medicines WHO, 2000 yaitu jika hewan pengerat yang digunakan maka masing-masing kelompok perlakuan harus terdiri dari setidaknya lima ekor
hewan percobaan. Berat badan hewan coba diukur setiap empat hari sekali untuk menghitung volume ekstrak yang akan diberikan.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Perlakuan yang diberikan kepada hewan coba dibagi menjadi dua, pertama terdiri dari empat kelompok yaitu kelompok kontrol, dosis
rendah, sedang dan tinggi diberikan ekstrak sesuai dosis setiap kelompok per oral menggunakan sonde oral, sedangkan kelompok kontrol diberikan
suspensi Natrium CMC 0,5. Penyondean dilakukan setiap hari selama 48 hari. Kedua, kelompok tikus untuk uji aktivitas spermisidal secara in
vitro. Pengamatan yang diamati yaitu konsentrasi spermatozoa,
konsentrasi testosteron dan aktivitas spermisidal ekstrak etanol 70 biji manggis Garcinia mangostana L.. Pengamatan pertama yaitu
konsentrasi spermatozoa. Spermatozoa diperoleh dari kauda epididimis. Kauda epididimis merupakan tempat pematangan spermatozoa sebelum
siap diejakulasikan. Sehingga diperkirakan bahwa spermatozoa yang telah matang paling banyak dibagian kauda epididimis.
Berdasarkan hasil perhitungan spermatozoa menunjukkan adanya penurunan konsentrasi secara bermakna p≤0,05 setelah pemberian ketiga
dosis ekstrak etanol 70 biji manggis per oral selama 48 hari. Pada penelitian Azrifitria 2012 pemberian ekstrak etanol 70 biji manggis
selama 20 hari dapat menurunkan konsentrasi spermatozoa seiring bertambahnya dosis, namun penurunan yang terjadi tidak berbeda
bermakna. Dengan demikian terbukti bahwa induksi ekstrak biji manggis dalam waktu yang lebih lama yaitu 48 hari sesuai dengan siklus
spermatogenesis memberikan efek penurunan konsentrasi sperma secara bermakna. Semakin besar dosis ekstrak yang diberikan, semakin besar
pula pengaruhnya terhadap penurunan konsentrasi spermatozoa. Konsentrasi spermatozoa yang terendah terjadi pada kelompok tikus yang
diberikan dosis 100 mgKgBB. Menurut Mc Lachlan 2000 penurunan jumlah sel spermatozoa
diduga melalui beberapa mekanisme seperti adanya gangguan dalam proses meiosis; gangguan proses spermiogenesis awal karena lepasnya
spermatid ke lumen tubulus; dan karena terjadi apoptosis spermatid. Pada penelitian Azrifitria 2012 dilakukan pengamatan perbandingan jumlah
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
spermatosit pakiten per sel sertoli. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa jumlah spermatosit pakiten dan jumlah sel Sertoli mengalami penurunan
pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kontrol. Penurunan jumlah sel pakiten per sertoli ini terjadi seiring dengan peningkatan dosis
yang diberikan pada tikus jantan strain Sprague-Dawley meskipun penurunan yang terjadi tidak berbeda bermakna. Terjadinya penurunan
jumlah sel Sertoli mengindikasikan kegagalan fungsi sel Sertoli untuk melindungi sel-sel germinal terhadap apoptosis. Penurunan jumlah
spermatosit menyebabkan jumlah spermatid juga menurun karena spermatosit yang mengalami meiosis kedua menjadi spermatid menurun.
Sedangkan spermatid merupakan cikal bakal spermatozoa. Pengurangan spermatid akan berefek langsung pada spermatozoa yang dihasilkan.
Penurunan konsentrasi spermatozoa juga dapat berkaitan dengan konsentrasi hormon testosteron. Dalam proses spermatogenesis ada
beberapa hormon yang memegang peranan penting, yaitu testosteron, Luteinizing hormone LH, Folicle stimulating hormone FSH, estrogen
dan Growth hormone Guyton and Hall, 2006. FSH dan LH disekresikan oleh kelenjar pituitary anterior. FSH menstimulasi sel-sel sertoli; tanpa
stimulasi ini, perubahan spermatid menjadi sperma spermiogenesis tidak akan terjadi. Sedangkan LH merangsang sel Leydig untuk mensekresikan
testosteron. Testosteron penting untuk pertumbuhan dan pembelahan sel germinal pada testis, yang merupakan tahap pertama dalam pembentukan
sperma. Penurunan konsentrasi testosteron menyebabkan terganggunya proses
spermatogenesis. Terganggunya
proses spermatogenesis
selanjutnya berpengaruh pada konsentrasi spermatozoa di epididimis. Parameter selanjutnya adalah pengukuran konsentrasi testosteron.
Testosteron yang diukur adalah dalam serum darah tikus pada hari ke-0 sebelum pemberian ekstrak dan pada hari ke-49 saat pembedahan.
Pengambilan darah dilakukan pada vena lateral ekor. Vena lateral ekor dipilih karena prosedurnya yang mudah dan pemulihan luka yang cepat.
Darah yang didapatkan kemudian disimpan dalam kulkas selama 24 jam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
hingga terbentuk serum. Serum dipisahkan dan disimpan dalam freezer suhu -20
o
C sampai nanti waktu pengukuran. Hasil pengukuran konsentrasi testosteron menunjukkan penurunan
konsentrasi pada kontrol dan dosis rendah serta peningkatan konsentrasi pada kelompok dosis sedang dan tinggi, namun perbedaannya tidak
bermakna. Peningkatan konsentrasi testosteron pada dosis sedang melebihi rentang konsentrasi normal testosteron yaitu 0,66
–5,4 ngmL. Dengan meningkatnya
testosteron dalam
darah menyebabkan
terjadinya mekanisme umpan balik negatif terhadap hipotalamus dan hipofisis.
Testosteron akan menghambat hipotalamus untuk menghasilkan GnRH dan menghambat hipofisis anterior untuk menghasilkan LH, penurunan
LH menyebabkan menurunnya produksi testosteron dan penurunan testosteron menyebabkan atropi epididimis sehingga konsentrasi sperma
pun menurun. Pada beberapa penelitian seperti, pemberian ekstrak air biji pinang pada tikus menyebabkan meningkatnya konsentrasi testosteron
Akmal, 2010. Konsentrasi testosteron juga dipengaruhi asupan makanan seperti protein dan lemak Alemany dkk, 2008; Fontana dkk, 2006.
Asupan protein dan lemak membantu peningkatan sirkulasi hormon testosteron, disamping protein sendiri merupakan prekursor dari hormon.
Kekurangan protein dan lemak dalam waktu yang lama atau dalam jumlah yang besar akan menurunkan produksi hormon testosteron.
Parameter selanjutnya adalah pengujian aktivitas spermisidal secara in vitro, yaitu kemampuan ekstrak membunuh 100 sperma dalam
waktu 20 detik. Pengujian ini dilakukan menggunakan metode Sander and Cramer. Konsentrasi efektif minimum MEC ekstrak yang dapat
membunuh 100 sperma dalam 20 detik adalah 100 mgmL. Ada beberapa mekanisme yang menyebabkan efek spermisidal. Banyak ekstrak
dari tanaman yang mempunyai efek spermisidal dengan kerja menstimulasi gangguan pada membran plasma salah satunya saponin pada
ekstrak Cestrum parqui Souad, 2006. Dalam jurnal lainnya dilaporkan bahwa senyawa tanin dari kulit buah delima juga mempunyai efek
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
spermisidal Zhou, 2012. Senyawa tanin membunuh sperma dengan cara aglutinasi sehingga merusak substruktur dari sperma Zhou, 2012.
Dari hasil skrining fitokimia menunjukan bahwa ekstrak etanol biji manggis positif mengandung flavonoid, tanin, terpenoid dan steroid.
Sedangkan dalam penelitian Ajayi tahun 2011 selain metabolit sekunder di atas, ekstrak biji manggis juga mengandung saponin dan alkaloid. Hasil
penapisan fitokimia yang negatif dimungkinkan karena perbedaan tempat tumbuh sehingga mempengaruhi kandungan senyawa dalam biji manggis
atau dikarenakan metode pengujian yang kurang sensitive sehingga menghasilkan hasil negatif. Untuk mengetahui senyawa dalam golongan
metabolit sekunder di atas yang berperan sebagai agen antifertilitas diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai jenis flavonoid, tanin dan
steroid yang terkandung dalam biji manggis. Namun dalam beberapa penelitian senyawa
– senyawa tersebut telah dilaporkan dapat mengganggu proses spermatogenesis dengan mekanisme yang berbeda-beda.
Kandungan tanin pada kulit luar buah delima menghasilkan efek antifertilitas pada kelinci yang diberikan melalui vaginal suppositoria
dapat mengurangi stabilitas membran sperma dan menyebabkan aglutinasi protein sperma serta deaktivasi enzim metabolik Zhou, 2012. Flavonoid
akan menghambat enzim aromatase, yaitu enzim yang mengkatalis konversi androgen menjadi estrogen yang akan meningkatkan produksi
hormon testosteron Winarno, 1997. Pemberian isoflavon kedelai kepada tikus putih jantan juga dilaporkan mempengaruhi konsentrasi testosteron.
Terjadinya penurunan kadar hormon testosteron disebabkan oleh isoflavon yang bersifat seperti estrogen dan juga bersifat antiandrogenik. Isoflavon
mengawali kerjanya dengan cara meniru kerja estrogen, sehingga mampu berikatan dengan reseptor estrogen yang terdapat pada hipofisis anterior
Sri Wahyuni, 2012. Pada penelitian lain diketahui bahwa biji delima mengandung salah
satu jenis steroid yaitu estrone Prakash and Prakash, 2011; Alvira, 2012. Estron adalah hormon estrogenik yang merupakan salah satu dari beberapa
natural estrogen, yang juga meliputi estriol dan estradiol NCBI, 2004;
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Alvira, 2012. Estrogen di dalam tubuh berasal dari testosteron yang dihasilkan oleh sel-sel sertoli ketika distimulasi oleh FSH, yang berperan
pada spermiogenesis yaitu proses pembentukan sel spermatid menjadi spermatozoa Guyton and Hall, 2006. Jumlah estrogen yang meningkat
dapat mengakibatkan reaksi umpan balik. Estrogen menurunkan sekresi FSH pada sejumlah keadaan tertentu yang akan menhambat LH, sehingga
mempengaruhi proses spermatogenesis Barrett et.al., 2010. Dari penjabaran di atas dapat diketahui bahwa kandungan ekstrak
etanol 70 biji manggis mempengaruhi proses spermatogenesis. Terganggunya
proses spermatogenesis
menyebabkan penurunan
konsentrasi spermatozoa. Secara in vitro kandungan ekstrak 70 biji manggis juga mempunyai efek spermisidal terhadap sperma tikus putih
jantan galur Sprauge-Dawley. Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa ekstrak etanol 70 biji manggis berpotensi sebagai agen kontrasepsi pada
pria karena dapat menekan produksi sperma. Hal tersebut sesuai dengan pengembangan kontrasepsi pria yang terutama diarahkan pada:
pengembangan agen antispermatogenik untuk menekan produksi sperma, pencegahan proses pematangan sperma, pencegahan transportasi sperma
melalui vas deferens serta pencegahan pengendapan sperma Sharma et al, 2001.
44
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
5.1.1 Pemberian ekstrak etanol 70 biji manggis Garcinia mangostana mempengaruhi konsentrasi testosteron serum pada tikus jantan
galur Sprague-Dawley secara in vivo meskipun dengan perbedaan tidak bermakna.
5.1.2 Ekstrak etanol 70 dari biji manggis Garcinia mangostana mempunyai aktivitas spermisidal terhadap sperma tikus jantan
galur Sprague-Dawley secara in vitro, dengan konsentrasi efektif minimum 100 mgmL.
5.1.3 Pemberian ekstrak etanol 70 biji manggis Garcinia mangostana dapat menurunkan konsentrasi spermatozoa dengan perbedaan
bermakna p≤0,05 pada tikus jantan galur Sprague-Dawley secara in vivo.
5.2 SARAN
Penelitian ini perlu dikembangkan lebih lanjut mengenai potensi ekstrak etanol 70 biji manggis Garcinia mangostana L. sebagai agen
antifertilitas, dengan penambahan parameter yaitu motilitas dan morfologi sperma serta uji mating untuk melihat efektivitas kerja ekstrak etanol 70
biji manggis sebagai agen antifertilitas.