Analisis Data Foto VI

1. Tahap Denotasi

Makna denotasi dalam data foto VI adalah:  Dua pria di depan dalam kendaraan  Bergai macam kendaraan  Lampu penerangan jalan  Gendung Bertingkat  Seorang yang berjalan diantara kendaraan  Kabel  Tower Pemancar

2. Tahap Konotasi

2.1 Trick Effect manipulasi foto

Manipulasi dalam foto tersebut yakni fotografer melakukan pemotongan gambar sehingga gambar terlihat padat kemudian fotografer mengarahkan lampu flash ke udara untuk mendapatkan efek cahaya yang rata .

2.2 Pose

Fotografer menyampaikan sebuah foto tentang bebrapa kendaraan yang terjebak kemacetan kemudian ada dua pengendara atau pengemudi tyang berada di dalam kendaraan yang duduk termenung, sementara ada seorang lelaki yang berjalan diantara kemacetan.

2.3 Objek

Pemilihan objek dalam foto tersebut yakni kendaraan yang terjebak kemacetan seperti kendaraan umum: Bajaj, Taxi, Serta Bus kota dan beberapa kendaraan pribadi lainnya. Lampu penerangan juga ikut dalam pemelihan objek.

2.4 Photogenia Teknik Foto

Angle yang digunakan adalah eye level, yaitu posisi kamera fotografer sejajar dengan objek. Foto ini menggunakan speed 150 dengan menggunakan flash tambahan lampu diafargma f 3.5 ISO 800. Di foto pada malam hari di jalan raya.

2.5 Aestethicism

Unsur keindahan fotografi yang terdapat dalam foto tersebut yakni bagaimana jejeran kendaraan terjebak kemacetan, ekspresi yang keluar dari pengemudi terlihat merenung memikirkan sesuatu, lelah nampak terlihat dari raut wajah para pengemudi tersebut.

2.6. Syntax

Hubungan yang berada dalam foto tersebut yakni dua pengemudi yang berada di dalam kendaraan dan ikuti kendaraan lainya yang terjebak kemacetan seperti kendaraan umum, ada seseorang berjalan ditengah kemacetan sehingga menimbulkan sebuah persepsi terjadi kemacetan yang cukup parah sehingga warga memilih jalan kaki dari pada menggunakan kendaraan. Lampu penerangan jalan yang menyala menandakan situasi tersebut terjadi pada malam hari dan dipersepsikan pada jam pulang kerja di mana kendaraan mulai serentak keluar bersamaan dengan para karyawan. Data dari departemen transportasi di Jakarta , menunjukkan bahwa ada peningkatan pada jumlah kendaraan di Jakarta sekitar 11 persen per tahun sementara peningkatan jalan hanya 1. Dari total jumlah kendaraan di Jakarta sekarang sekitar 4,9 juta, 2,8 juta adalah kendaraan roda dua dan 2,2 juta adalah roda empat. 11

3 Mitos

Pembentukan sebuah makana mitos daam foto tersebut menjadikan kota Jakarta menjadi kota semerawut dengan kondisi lalu lintas macet, kemacetan menjadi salah masalah penyebab di kota kota besar khusunya Jakarta Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar, terutama yang tidak mempunyai transportasi publik yang baik atau memadai ataupun juga tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan kepadatan penduduk, misalnya Jakarta. Kemacetan lalu lintas menjadi permasalahan sehari-hari di Jakarta. 12 Bayangkan karena macet kata Kanti berdasarkan data Dewan Transportasi Kota Jakarta DTKJ tahun 2013, kerugian ekonomi mencapai Rp 128 triliun per tahun atau sama dengan dua kali APBD DKI. Di luar kerugian ekonomi, macet menyebabkan stress tinggi, belum lagi ditambah polusi. Jakarta menjadi kota beraura negatif yang tidak produktif. 13 11 http:dreamindonesia.wordpress.com20120420inilah-10-kota-paling-macet- parah-di-dunia diakses 30 Januari 2014 12 http:id.wikipedia.orgwikiKemacetan diakses pada 30 Januari 2014 13 http:www.tribunnews.commetropolitan20140129macet-kota-jakarta-harus- dihilangkan-dengan-cara-yang-ekstrem diakses 30 januari 2014

G. Analisis Data Foto VII

Bergelantungan di dalam Kereta Jabotabek jurusan Bogor, 1992 1. Tahap Denotasi Makna denotasi dalam data foto VII adalah:  Penumpang Kereta Api  Kipas Angin Blower  Tangan  Tiang gantungan  Lampu  Kaca mata penumpang

2. Tahap Konotasi

2.1 Trick Effect manipulasi foto

Fotografer menggambarkan sebuah tangan yang bergelantungan di tiang- tiang dalam gerbong kereta api dengan kondisi yang padat serta terlihat bagaimana fotografer membuat kondisi dalam gerbong menjadi shaking.

2.2 Pose

Fotografer menyampaikan sebuah kepadatan penumpang yang terjadi di sebuah gerbong kereta api dimana tangan-tangan penumpang bergelantungan memegang tiang dengan kondisi berdiri dan padat.

2.3 Objek

Pemilihan objek dalam foto tersebut yakni tiang peyangga dalam gerbong kereta api tersebut dan tangan tangan penumpang yang bergelntungan serta kipas angin yang rusak kemudian ada sebuah objek yang menarik yakni ada sebuah kaca mata penumpang yang terhimpit serta lampu penerangan gerbong yang menyala .

2.4 Photogenia Teknik Foto

Angle yang digunakan adalah high angle, yaitu posisi kamera fotografer yang lebih tinggi dari objek penumpang KA. Foto ini menggunakan speed 130 ISO 1800 menggunakan diafragma f 8. Di foto di dalam gerbong KA pada malam hari.

2.5 Aestethicism

Dalam foto tersebut fotografer menggambarkan kondisi dalam kereta api yang penuh sesak dan ada salah satu penumpang yang menggunakan kaca mata terhimpit diantara penumpang yang lainnya serta ada sebuah kipas angin sebagai fasilitas yang belum memadai. Kondisi sesak digambarakan erik dengan kepadatan penumpang ditambah ekspresi para penumpang yang lesu serta langit langit gerbong terlihat seperti fatamorgana atau semu yang terlihat shaking.