Zat Pengemulsi atau Emulgator

7 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta makanan berlemak dalam jumlah sedikit Gaman dan Sherrington, 1994. Berikut adalah reaksi kondensasi : O O CH 2 OH H O C R CH 2 O C R O O CHOH + H O C R CH O C R + 3H 2 O O O CH 2 OH H O C R CH 2 O C R Lemak dan minyak yang dapat dikonsumsi edible oil dihasilkan oleh alam yang dapat bersumber dari bahan nabati atau hewani. Adapun perbedaan umum antara lemak nabati dan lemak hewani adalah : 1. Lemak hewani megandung kolesterol sedangkan lemak nabati mengandung fitosterol 2. Kadar asam lemak tidak jenuh dalam lemak hewani lebih kecil dari lemak nabati 3. Lemak hewani memiliki bilangan Reichert-Meissl lebih besar dan bilangan Polenske lebih kecil dibanding dengna minyak nabati. Proses pembentukan lemak dalam tanaman terdiri dari 3 tahap, yaitu 1 sintesa gliserol, 2 sintesa asam lemak dan 3 kondensasi gliserol dan asam lemak sehingga membentuk lemak.

2.2.1 Sifat-Sifat Fisisk Lemak dan Minyak

Lemak dan minyak meskipun serupa dalam struktur kimianya, akan tetapi menunjukkan keragaman yang besar dalam sifat-sifat fisiknya Gaman dan Sherrington, 1994, yaitu : a. Kelarutan Minyak dan lemak tidak larut dalam air. Hal ini disebabkan oleh adanya asam lemak berantai karbon panjang dan tidak adanya gugus- gugus polar 1 molekul gliserol 3 molekul asam lemak 1 molekul lemak Trigliserida 3 molekul air 8 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta b. Pengaruh Panas Jika lemak dipanaskan, akan terjadi perubahan-perubahan nyata pada tiga titik suhu, yaitu : 1. Titik cair Lemak mencair jika dipanaskan. Karena lemak adalah campuran trigliserida yang tidak mempunyai titik cair yang jelas tetapi akan mencair pada suatu rentangan suhu. Umumnya lemak mencair pada susu antara 30 C dan 40 C. 2. Titik Asap Jika lemak atau minyak dipanaskan hingga suhu tertentu, dia akan mulai mengalami dekomposisi dan menghasilkan kabut berwarna biru atau menghasilkan asap dengan bau karakteristik yang menusuk. Kebanyakan lemak dan minyak mulai berasap pada suhu diatas 200 C. Umumnya minyak nabati memiliki titik asap lebih tinggi dari pada lemak hewani. 3. Titik Nyala Jika lemak dipanaskan hingga suhu yang cukup tinggi, dia akan menyala. Suhu ini dikenal sebagai titik nyala. c. Plastisitas Lemak bersifat plastis pada suhu tertentu, lunak dan dapat dioleskan. Plastisitas lemak disebabkan karena lemak merupakan campuran trigliserida yang masing-masing mempunyai titik cair sendiri-sendiri. Ini berarti bahwa pada suatu suhu, sebagian lemak akan mencair dan sebagian lagi dalam bentuk kristal-kristal padat. Lemak yang mengandung kristal-kristal padat lemak yang mengandung kristal- kristal kecil akibat proses pendinginan cepat selama proses pengolahannya akan memberikan sifat lebih plastis. d. Ketengikan Ketengikan adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan rusaknya lemak dan minyak. Terdapat dua reaksi yang berperan pada proses ketengikan.