Menurut Prawirohardjo 2009, mual nausea dan muntah emesis gravidarum adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester
I. Morning sickness ini menyebabkan penurunan nafsu makan sehingga terdapat perubahan keseimbangan elektrolit dengan kaliaum, kalium dan natrium yang
menyebabkan perubahan metabolisme tubuh menurun Rose Neil, 2007. Penelitian yang dilakukan oleh Elsa, W 2012 mengenai “hubungan paritas
ibu hamil trimester I dengan kejadian emesis gravidarum di Puskesmas Teras” menunjukkan bahwa ibu hamil primigravida yang mengalami emesisi gravidarum
sebanyak 64, menurut teori didapatkan bahwa pada sebagian besar primigravida belum mampu beradaptasi dengan hormon estrogen dan koreonik gonadotropin
sehingga lebih sering terjadi emesis gravidarum. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa usia kandungan istri ini
untuk melihat responden apakah peka terhadap usia kandungan istrinya. Setelah diperoleh hasil, bahwa sebagian besar usia kandungan ibu hamil primigravida
terbanyak pada usia 12 minggu 3 bulan yaitu sebesar 87,9, hal ini diperkuat oleh teori dari Bobak 2004 bahwa kehamilan pada trimester I ditandai dengan reaksi
tubuh berupa mual diwaktu pagi, ketegangan payudara, perubahan fisik, seksual, diet, pergerakan, peningkatan ukuran perut dan payudara. Pada keadaan emosi terjadi
secara berfluktuasi, periode ini termasuk resiko terjadi gangguan psikologis misalnya reaksi terhadap kehamilannya, pengalaman kehamilan sebelumnya yang tidak
menyenangkan, kehamilan yang motivasinya tidak jelas, kurangnya dukungan suami dan perubahan gaya hidup dan biasanya timbul pada kehamilan minggu I dan minggu
II Bobak, 2004.
4. Gambaran Tingkat Kecemasan Suami menghadapi Morning Sickness ibu hamil Primigravida Trimester I
Dari hasil penelitian terhadap 66 responden dapat dilihat tingkat kecemasan suami menghadapi morning sickness ibu hamil primigravida trimester I di wilayah
Kecamatan Ciputat Timur lebih banyak mengalami kecemasan ringan yaitu sebanyak 40 responden 60,6, cemas sedang 22 responden 33,3, cemas berat 4 responden
6,1, dan panik tidak ada. Menurut Stuart dan Sundeen 2006, tingkat kecemasan ditandai dengan
respon fisiologis masih ringan, seperti ketegangan otot ringan, respon kognitif seperti lapang pandang meluas, kesadaran yang pasif pada lingkungan, dan jika dilihat dari
respon tingkah laku dan emosi seperti suara melemah, otot-otot wajah relaksasi mampu melakukan kemampuan keterampilan permainan secara otomatis, ada
perasaan aman dan nyaman. Tingkat kecemasan suami saat menghadapi morning sickness ibu hamil
primigravida trimester I sangat bervariasi, hal ini dapat dilihat dalam tabel 5.5. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 66 responden dan didapatkan tingkat
kecemasan yang berbeda-beda, dari cemas ringan sampai dnegan cemas berat. Sebagian besar responden mengalami kecemasan ringan yaitu sebanyak 60,6.
Bervariasinya tingkat kecemasan suami saat menghadapi morning sickness ibu hamil primigravida trimester I ini menguatkan pendapat Kapaln Sadock, 1995 dalam
Nurjanah Indarwati 2013 yang menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu penyerta yang normal dari pertumbuhan, dari perubahan, dan dari pengalaman sesuatu
yang baru dan belum dicoba. Penelitian ini dikembangkan oleh Stuart dan Sundeen 2006 yaitu teori
interpersonal dimana dalam teori ini menggambarkan bahwa kecemasan timbul akibat
ketakutan atau ketidakmampuan terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Hal ini dikaitkan dengan trauma perkembangan, perpisahan,
kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Kecemasan yang berhubungan dengan ketakutan ini dapat terjadi pada pasangan yang baru menikah, terutama yang
menghadapi istri hamil trimester I disertai morning sickness. Pada awal kehamilan istri akan mengalami keluhan yang dirasakannya, peran suami sangat diperlukan
untuk dukungan psikologis istri Sawitri Sudaryanto, 2008. Berdasarkan hasil dari tingkat kecemasan suami dalam peneltian ini dapat
dilihat dari hasil kecemasan yang menunjukkan cemas ringan, hal ini menunjukkan suami sangat berperan untuk mengurangi kecemasan ibu hamil dalam kehamilannya,
terutama pada pasangan primigravida, ibu hamil perlu diingatkan dan diberi kesempatan untuk beristirahat dengan cukup, sehingga suami harus siap apabila suami
harus melakuakn kegiatan yang biasa dilakukan oleh istri. Perubahan emosi selama hamil bukan hanya terjadi pada ibu hamil saja, tetapi suami pun dapat mengalami
perasaan yang tidak jauh berbeda dengan yang dirasakan oleh ibu hamil. Untuk mengatasi hal-hal ini sebaiknya suami maupun ibu hamil harus saling berbagi
perasaan ketika mulai dihantui oleh perasaan cemas. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tursilowati dan
Sulistyorini 2007 mengenai “pengaruh peran serta suami terhadap tingkat kecemasan ibu hamil dalam menghadapi proses persalinan di desa Jepat Lor
Kecamatan Tayu” menyatakan bahwa peran serta suami pada ibu hamil sebesar 46,15, dengan adanya keterlibatan peran suami sejak awal kehamilan sampai
dengan persalinan akan mengurangi rasa takut ibu hamil dan dapat mempermudah dalam proses persalinan, keberhasilan ibu dalam masa kehamilan dengan disertai
gejala morning sickness pada trimester I dapat dilihat dari seberapa besar perhatian