makan karena penurunan aliran darah ke saluran pencernaan dan peningkatan produk glukosa oleh hati, perubahan sensori seperti
penurunan kemampuan mendengar, nyeri, pupil dilatasi, ketegangan otot dan kaku.
2 Respon kognitif seperti lapang persepsi sangat menyempit, sulit memecahkan masalah, fokus pada satu hal.
3 Respon tingkah laku dan emosi seperti lapang personal meluas, aktifitas fisik meningkat dengan penurunan mengontrol, contoh meremas tangan,
jalan bolak-balik. Perasaan mual dan kecemasan mudah meningkat dengan stimulus baru seperti suara. Bicara cepat atau menglami blooking,
menyangkal, dan depresi. d.
Tingkat panik, ditandai dengan: 1 Respon fisiologis seperti pucat, dapat terjadi hipotensi, berespon terhadap
nyeri, bising dan stimulus eksternal menurun. Koordinasi motorik buruk, penurunan aliran darah ke otot skeletal.
2 Respon kognitif seperti tidak terkontrol, gangguan berfikir secara logis, tidak mampu memecahkan masalah.
3 Respon tingkah laku dan emosi seperti perasaan marah, takut dan segan. Tingkah laku menjadi tidak biasa seperti menangis dan menggigit. Suara
menjadi lebih tinggi, lebih keras, bicara cepat dan blooking.
5. Rentan Respon Kecemasan
Stuart dan Sundeen 2006, mengatakan bahwa rentan respon individu terhadap cemas berfluktuasi antara respon adaptif dan maladaptif. Rentang respon
yang paling adaptif adalah antisipasi dimana individu siap siaga untuk beradaptasi dengan cemas yang mungkin muncul. Sedangkan rentang yang paling maladaptif
adalah panik dimana individu sudah tidak mampu lagi berespon terhadap cemas yang dihadapi sehingga gangguan fisik dan psikososial.
Bagan 2.1 Rentang Respon kecemasan
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Antisipasi Ringan
Sedang Berat
Panik
Sumber: Stuart dan Sundeen, 2006
6. Faktor Predisposisi
Stuart dan Sundeen 2006 mengemukakan bahwa ada beberapa teori penyebab kecemasan antara lain:
a. Teori Psikoanalitik
Didalam teori psikoanalitik ini kecemasan merupakan konflik yang terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu id dan super ego. Artinya id mewakili
dorongan insting dan impuls primitive seseorang, sedangkan super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikembangkan oleh norma budaya.
b. Teori Interpersonal
Teori interpersonal menggambarkan bahwa kecemasan timbul akibat ketakutan atau ketidakmampuan terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan
interpersonal. Hal ini dapat dikaitkan dengan trauma perkembangan, perpisahan, kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Individu dengan harga diri
rendah mudah mengalami perkembangan kecemasan yang berat. Kecemasan yang berhubungan dengan ketakutan ini dapat terjadi pada
pasangan yang baru menikah, terutama pada suami yang menghadapi istri hamil trimester I yang sedang morning sickness. Pada awal kehamilan istri akan
mengalami keluhan yang dirasakannya, Peran suami sangat diperlukan untuk dukungan psikologis istri, karena ketika hamil istri membutuhkan perhatian lebih
kepada suami Sawitri dan Sudaryanto, 2008. Wanita hamil akan merasakan terjadinya berbagai perubahan, baik fisik
maupun mentalnya. Suami dianjurkan untuk memahami perubahan yang terjadi pada pasangannya. Umumnya, ibu hamil akan merasakan bahwa dirinya tidak
menarik karena perutnya bertambah besar. Untuk mengatasinya, dukungan suami sangat dibutuhkan untuk mengembalikan kepercayaan diri istrinya Hulliana,
2001. c.
Teori Perilaku Teori perilaku menggambarkan bahwa kecemasan merupakan produk
frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
d. Teori Bilogik
Dalam otak terdapat reseptor spesifik terhadap benzodiazepin, dimana reseptor ini dapat mengatur timbulnya kecemasan.
e. Kajian Keluarga
Dalam kajian keluarga ini maksudnya adalah bahwa kecemasan merupakan hal yang wajar dan biasa ditemui pada suatu keluarga, dan tentunya
dengan tingkatan kecemasan yang berbeda-beda.
7. Faktor Presipitasi