33
2.2. Kerangka Pemikiran
Pengertian konversi, alih fungsi atau mutasi lahan secara umum menyangkut trasformasi dalam pengalokasian sumberdaya lahan dari satu penggunaan ke pengunaan
lainnya. Faktor-faktor pemicu konversi lahan pertanianan terdiri dari faktor eksternal rumah tangga petani, faktor internal rumah angga petani, dan faktor kebijakan
pemerintah. Konversi lahan pertanian pun dilakukan dalam skala kecil di desa oleh para pemilik lahan yang terdiri dari petani dan pendatang. Mereka mengonversi lahan
pertaniannya menjadi bentuk non pertanian. Tujuan dari konversi lahan ini adalah untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga dan meningkatkan nilai ekonomi lahan pertanian
sehingga bisa meningkatkan taraf hidup keluarga. Hal ini akan mempengaruhi terjadinya dinamika perekonomian desa yang semula bertumpu pada pertanian sawah lambat laun
bergeser pada non sawah dan bahkan non pertanian. Faktor eksternal rumah tangga petani dalam konversi lahan pertanian adalah
perubahan perilaku petani yang disebabkan oleh media komunikasi televisi dan koran yang berimplikasi pada berkurangnya minat petani untuk memanfaatkan lahannya pada
sektor pertanian. Faktor internal terdiri dari kondisi sosial ekonomi rumah petani pengguna lahan yang mendorong mereka melepaskan pemilikan atau penguasaan
lahannya terhadap lahan sawah sehingga potensial mengubah penggunaannya. Faktor kebijakan berpengaruh besar terhadap konversi lahan pertanian. Faktor kebijakan ini
terdiri dari kebijakan Pemerintah, pengambilan keputusan oleh masyarakat, dan apersiasi pemerintah terhadap aspirasi masyarakat. Kebijakan pemerintah yang disusun dan
dikeluarkan untuk mencegah laju konversi lahan pertanian walupun sampai saat ini belum optimal.
34 Faktor-faktor tersebut akan menjadi stimulus laju konversi lahan pertanian baik
ketika dimanfaatkan untuk pertanian maupun non pertanian. Pertanian di sini adalah pertanian non sawah seperti, peternakan, perikanan, budidaya tanaman hias. Pemanfaatan
non pertanian meliputi rumah, villa, pabrik, perniagaan non pertanian. Implikasi yang terjadi dari konversi lahan ini adalah berubahnya pendapatan sebagai akibat dari
pergeseran mata pencaharian.
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Konversi Lahan
Internal Rumah Tangga
Kebijakan Pemerintah
Eksternal Rumah Tangga
Pertanian Non Pertanian
Pendapatan Rumah Tangga
35
BAB III METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu menganalisis fakta-fakta yang di dapatkan di lapangan mengenai suatu kasus dengan menggunakan teori-teori yang ada,
dapat dikategorikan dalam kualitatif deskriptif. Alasan peneliti menggunakan metode ini adalah untuk memahami dan menjelaskan konversi lahan pertanian yang dilakukan oleh
petani menurut pemahaman dan latar belakang mereka melakukan konversi lahan. Sitorus, 1998 : 28 menyatakan untuk lebih memahami dan mendalami kajian penelitian,
peneliti menggunakan strategi studi kasus yang merupakan strategi penelitian multi metode yang memadukan pengamatan, wawanara, dan analisis dokumen. Studi kasus
yang digunakan adalah studi kasus intristik karena peneliti ingin mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang suatu kasus khusus dengan segala keunikan dan
kebersahajaannya yang sangat menarik. Menentukan Populasi dan sampel menggunakan metode Snow ball bola salju.
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Kelurahan Mekarwangi, Kota Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja purposive dengan
pertimbangan pemilihan lokasi penelitian di Kelurahan Mekarwangi karena dahulu terdapat lahan pertanian yang saat ini tergerus industri perumahan. Fenomena yang
terjadi adalah para petani menjual tanah yang mereka miliki kepada para pendatang dan pengembang perumahan. Petani yang tidak lagi memiliki lahan pertanian berubah profesi