Parameter Ekstrak DepKes RI, 2000 Susut pengeringan Kadar air Kadar abu Analgetik narkotik Metode green at.al. Metode dengan rangsang panas Thermal stimulus

dengan cara biasa namun dengan tekanan udara yang sangat rendah dan suhu lebih tinggi daripada pengeringan primer Tambunan, 2000.

2.6 Parameter Ekstrak DepKes RI, 2000

a. Susut pengeringan

Susut pengeringan adalah pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur 105 o C selama 30 menit atau sampai berat konstan, yang dinyatakan sebagai nilai persen . Tujuannya untuk memberikan batasan maksimal rentang tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan. Nilai untuk susut pengeringan jika tidak dinyatakan lain adalah kurang dari 10.

b. Kadar air

Kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada di dalam bahan. Tujuannya untuk memberikan batasan maksimal rentang tentang besarnya kandungan air di dalam bahan. Nilai untuk kadar air sesuai dengan yang tertera dalam monografi.

c. Kadar abu

Untuk penentuan kadar abu, bahan dipanaskan pada temperatur dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap sehingga hanya tersisa unsur mineral dan anorganik. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran tentang kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak. Nilai untuk kadar abu sesuai dengan yang tertera dalam monografi.

2.7 Analgetik

2.7.1 Pengertian nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dan yang berkaitan dengan ancaman kerusakan jaringan. Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala, yang berfungsi melindungi tubuh. Nyeri disebabkan oleh rangsangan mekanis, kimiawi atau fisis kalor, listrik, dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan Tjay Rahardja, 2002. Kualitas nyeri berdasarkan tempat terjadinya dibagi atas nyeri somatik dan nyeri visceral. Nyeri somatik dibagi atas dua kualitas yaitu nyeri permukaan dan nyeri dalam Mustchler, 1991. Nyeri dalam bila rasa nyeri berasal dari kulit, otot, persendian, dan tulang. Nyeri dalam bersifat menekan dan membakar yang sukar dilokalisasi sertag kebanyakan menyebar ke daerah sekitar. Sedangkan nyeri permukaan bertempat pada kulit, misalnya tertusuk dengan jarum pada kulit. Nyeri permukaan mempunyai karakter yang ringan, dapat dilokalisasi Mustchler, 1991. Nyeri viseral atau nyeri perut adalah nyeri yang disebabkan oleh rangsangan pada saraf nyeri di daerah visera terutama dalam rongga dada dan perut Mustchler, 1991.

2.7.2 Mekanisme nyeri Guyton, 1995

Mekanisme terdiri atas 4 proses utama, yaitu: 1. Transduksi adalah proses dimana stimulus nyeri merupakan aktivitas elektrik reseptor terkait. 2. Transmisi, dalam proses ini terlibat tiga komponen saraf yaitu saraf sensorik perifer yang meneruskan impuls ke medulla spinalis, kemudian jaringan saraf yang meneruskan impuls yang menuju ke atas ascendens, dari medulla spinalis ke batang otak dan hipothalamus. Yang terakhir hubungan timbal balik antara hipothalamus dan cortex. 3. Modulasi yaitu aktivitas saraf untuk mengontrol transmisi nyeri. Suatu analgetik tubuh secara selektif menghambat transmisi nyeri di medulla spinalis. Analgetik ini diaktifkan oleh stress atau obat analgetika seperti morfin. 4. Persepsi, Proses impuls nyeri yang ditransmisikan hingga menimbulkan perasaan subyektif dari nyeri sama sekali belum jelas. bahkan struktur otak yang menimbulkan persepsi tersebut juga tidak jelas. Sangat disayangkan karena nyeri secara mendasar merupakan pengalaman subyektif sehingga tidak terhindarkan keterbatasan untuk memahaminya.

2.7.3 Golongan obat analgetik

Analgetik adalah senyawa yang dalam dosis terapetik meringankan rasa nyeri Mutschler, 2007. Berdasarkan kerja farmakologinya, analgetik dibagi 2 kelompok besar, yaitu analgetik narkotik dan analgetik non-narkotik.

a. Analgetik narkotik

Zat ini mempunyai daya penghalau nyeri yang kuat sekali dengan titik kerja yang terletak di sistem saraf sentral, analgetik ini umumnya menurunkan kesadaran sifat meredakan dan menidurkan dan menimbulkan perasaan nyaman euforia, serta mengakibatkan ketergantungan fisik dan psikis ketagihan, adiksi bila pengobatan dihentikan Tjay Rahardja, 2002.

b. Analgetik non-narkotik

Analgetik non-narkotik bersifat tidak adiktif dan kurang kuat dibandingkan dengan analgetik narkotik. Obat-obat ini juga dinamakan analgetik perifer, tidak menurunkan kesadaran dan tidak mengakibatkan ketagihan secara kimiawi Tjay Rahardja, 2002.

2.7.4 Asam Mefenamat

Asam mefenamat digunakan sebagai obat analgetik. Asam mefenamat bekerja dengan cara menghambat sintesa prostaglandin dalam jaringan tubuh dengan menghambat enzim siklooxygenase. Efek samping dapat terjadi gangguan saluran cerna, antara lain iritasi lambung, kolik usus, mual, muntah dan diare, rasa mengantuk, pusing sakit kepala, penglihatan kabur, vertigo Wilmana, 1995. Asam mefenamat memiliki waktu paruh T ½ sekitar 2 jam dan waktu puncak 2-4 jam. Ikatan protein asam mefenamat 90 dan eliminasi ginjal sekitar 52 Sukandar, 2008.

2.7.5 Asam asetat

Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C 2 H 4 O 2 . Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH 3 -COOH, CH 3 COOH, atau CH 3 CO 2 H. Asam asetat murni disebut asam asetat glasial adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16,7°C.

2.7.6 Beberapa pengujian untuk menentukan efek analgetik Turner, R.A,

1965 1. Analgetik narkotik a. Metode tgail-clip Dilakukan oleh Bianchi dan Franchesch ini menggunakan rangsang tekan melalui suatu artery clip pada pangkal ekor mencit.

b. Metode green at.al.

Ransang analgetik pada metode ini adalah tekanan yang diberikan kepada ekor tikus menggunakan suatu tabung yang diisi oleh suatu cairan. Tabung tersebut dihubungkan dengan sebuah manometer untuk mengukur tekanan dalam mm Hg.

c. Metode dengan rangsang panas Thermal stimulus

Metode ini dilakukan dengan cara menempatkan hewan percobaan di atas suatu permukaan panas.

2. Analgetik non narkotik

a. Peritoneal test writhing test