Sistem Pernapasan TINJAUAN PUSTAKA

mukosa. Faring terbagi menjadi tiga bagian secara anatomi dari superior ke inferior: nasofaring, orofaring, dan laringofaring hipofaring. 9, 11, 13 Nasofaring berbatasan langsung dengan rongga nasal posterior dan palatum molle yang membatasinya dengan rongga mulut. Pada nasofaring terdapat tonsila faringea pada dinding posteriornya dan muara tuba eustachius pada sisi lainnya. Orofaring berbatasan langsung dengan rongga mulut. Orofaring ini merupakan perluasan dari palatum molle dan basis lidah setingkat os hyoideus. Sementara itu, laringofaring terletak antara os hyoideus dan pintu masuk ke arah laring dan esofagus. Dinding nasofaring tersusun atas sel-sel epitel silindris bersilia berlapis semu yang berbeda dengan dinding orofaring dan laringofaring yang tersusun atas sel-sel epitel pipih berlapis. 4, 9 Laring merupakan saluran aliran udara antara laringofaring dan trakea yang terletak setinggi C4 sampai C6. Posterior dari laring adalah esofagus. Laring dibentuk dari tiga kartilago besar yang tidak berpasangan: kartilago tiroid, kartilago krikoid, dan epiglotis. Pada kartilago tiroid, terdapat suatu bentuk penonjolan yang disebut prominentia laringea. Inferior dari kartilago tiroid adalah kartilago krikoid. Kedua kartilago tersebut berfungsi melindungi glotis dan sebagai pintu masuk menuju trakea. 1, 11, 12 Epiglotis adalah suatu organ yang terbentuk dari kartilgo elastin yang dilapisi epithelium. Fungsinya adalah mencegah masuknya makanan dan minuman ke dalam saluran pernapasan saat menelan. Bagian inferior epiglotis bergabung dengan kartilago tiroid dan kartilago hyoid sedangkan bagian superiornya menggantung bebas. Oleh karena itu, bagian superior epiglotis dapat bergerak. Ketika menelan, faring akan naik memperlebar epiglotis. Begitupun dengan laring juga naik membuat epiglotis turun dan menutup glotis sehingga makanan atau minuman tidak masuk. Ketika makanan atau minuman dapat melewati laring, akan timbul refleks batuk. 11, 12 Gambar 2.2 Saluran Pernapasan Bawah 12 Trakea adalah saluran pernapasan setelah laring. Letaknya anterior dari esofagus dan setinggi sekitar C6 sampai T5. Trakea menempel pada ligamen yang menempel di kartilago krikoid. Saat memasuki mediastinum, trakea terbagi menjadi bronkus dekstra dan sinistra. Dinding trakea tersusun atas epitel silindris bersilia berlapis semu seperti nasofaring. Selain itu, terdapat bentuk C yang khas pada dinding trakea yang terbentuk dari kartilago hialin. 11, 12 Pada setinggi vertebrae T5, terdapat karina yang merupakan percabangan bronkus dekstra dan bronkus sinistra yang masing-masing menuju ke paru dekstra dan paru sinistra. Bronkus terbagi menjadi tiga jenis sesuai dengan percabangannya: bronkus primer, bronkus sekunder, dan bronkus tersier. Bronkus primer adalah bronkus yang belum memasuki paru. Bronkus sekunder merupakan percabangan bronkus primer yang jumlahnya sesuai dengan lobus paru sehingga terdapat tiga bronki sekunder dekstra dan dua bronki sekunder sinistra. Bronki sekunder akan bercabang menjadi bronki tersier yang selanjutnya akan bercabang menjadi bronkiolus. Inilah yang disebut pohon bronkus. 1, 12 Paru terdiri dari alveoli dan berada di dalam rongga pleura. Paru kanan memiliki tiga lobus sementara paru kiri hanya dua lobus. Alveoli sendiri merupakan kantung udara yang berhubungan dengan bronkiolus terminalis. Keduanya membentuk zona respiratorik. Oksigen dan karbondioksida di alveoli Lokasi karina Bronkus primer kiri Bronkus sekunder kiri Bronkus tersier kiri Bronkiolus kiri Bronkiolus terminal kiri Diafragma Pleura viseral Pleura parietal Bronkus primer kanan Bronkus sekunder kanan Bronkus tersier kanan Bronkiolus kanan Bronkiolus terminal kanan Laring Trakhea Percabangan pohon bronkial: Trakhea Bronki primer Bronki sekunder Bronki tersier Bronkiolus Bronkiolus terminalis Rongga pleura