Analisis Bivariat HASIL PENELITIAN
                                                                                Dari hasil penelitian berdasarkan distribusi jenis kelamin yang paling banyak adalah laki-laki  sebesar 37  responden  86. Hal  ini dikarenakan
anak  laki-laki  lebih  banyak  melakukan  tingkah  laku  antisosial  yang  sulit dikontrol  dibandingkan  anak  perempuan  sehingga  anak  laki-laki  lebih
banyak  melakukan  tindakan  kekerasan  dan  ditujukan  ke  luar  misalnya merusak barang milik orang lain dan berkelahi Santrock, 2003. Ditambah
lagi perilaku agresif pada anak laki-laki relatif tetap sejak masa prasekolah sampai  masa  remaja,  dimana  mereka  meneruskan  perilaku  yang  dialami
sejak  kecil  hingga  sampai  remaja.  Berbeda  dengan  perempuan  yang kurang menunjukkan perilaku tersebut pada usia lebih tua Behrman et al,
2000. 2.  Gambaran verbal abuse orang tua di SMPN 129 Jakarta
Verbal abuse atau lebih dikenal dengan kekerasan verbal merupakan “kekerasan  terhadap  perasaan”.    Memuntahkan  kata-kata  kasar  tanpa
menyentuh  fisik,  kata-kata  yang  memfitnah,  kata-kata  yang  mengancam, menakutkan,  menghina  atau  membesar-besarkan  kesalahan  orang  lain
Sutikno, 2010. Verbal abuse biasanya terjadi ketika ibu sedang sibuk dan anaknya meminta perhatian namun si ibu malah menyuruh anaknya untuk
“diam”  atau  “jangan  menangis”  bahkan  dapat  mengeluarkan  kata-kata “kamu  bodoh”,  “kamu  cerewet”,  “kamu  kurang  ajar”,  “kamu
menyebalkan”,  atau  yang  lainnya.  Kata-kata  seperti  itulah  yang  dapat diingat  oleh  sang  anak  bila  dilakukan  secara  berlangsung  oleh  ibu
Rakhmat, 2007.
Fenomena  tentang  kekerasan  pada  anak  terbukti  pada  penelitian  ini yaitu  didapatkan  hasil  penelitian  yang  menunjukkan  bahwa  dari  43
responden  dalam  penelitian  ini  terdapat  34  responden  79,1    yang mendapatkan  tindak  verbal  abuse  dari  orang  tua.  Angka  ini  masih  tinggi
dan  dapat  terlihat  bahwa  verbal  abuse  merupakan  salah  satu  jenis kekerasan  yang  masih  sering  dialami  oleh  remaja.  Hal  ini  serupa  dengan
penelitian  Arsih  2010  tentang  studi  fenomenologis:  kekerasan  kata-kata verbal  abuse  pada  remaja  dengan  subyek  empat  orang  remaja  SMP
dengan  usia  13 –  15  tahun  di  Semarang,  dari  keempat  responden  pada
penelitian tersebut  mengaku pernah mendapatkan verbal abuse dari orang tua mereka  yang berarti 100  dari seluruh responden.   Kesesuaian  hasil
penelitian ini dengan penelitian Arsih bisa disebabkan karena karakteristik responden dan tempat penelitian relatif sama.
Selain  itu  hasil  dari  penelitian  Munawati  2011  tentang  hubungan verbal abuse dengan perkembangan kognitif pada anak usia prasekolah di
RW  04  Kelurahan  Rangkapan  Jaya  Baru  Depok  Tahun  2011  dengan subyek  98  responden  ibu  yang  mempunyai  anak  usia  prasekolah
didapatkan  hasil  63,3    62  responden  menunjukkan  ada  tindak  verbal abuse.  Hal  ini  semakin  menegaskan  bahwa  ternyata  dari  hasil  penelitian
terdahulu  pun  orang  tua  memang  biasa  melakukan  verbal  abuse  kepada anak mereka baik disadari ataupun tidak disadari oleh mereka.
Berdasarkan  penelitian  Munawati  2011  ada  beberapa  penyebab mengapa  orang  tua  melakukan  verbal  abuse  pada  anaknya  seperti
rendahnya tingkat pendidikan orang tua sehingga menyebabkan kurangnya
pula pengetahuan orang tua tentang  verbal abuse. Rendahnya pendapatan atau  status  ekonomi  orang  tua  sehingga  menurut  Amas  2010  banyak
kebutuhan  anak  menjadi  tidak  terpenuhi  dan  akhirnya  untuk  menolak anak, orang tua sering menggunakan kekerasan seperti intimidasi.
Sebagian besar orang tua lebih sering mengungkapkan kekesalan dan kemarahan  mereka  dengan  membentak,  memarahi,  mengancam  serta
menakuti. Hal ini sesuai dengan hasil dari penelitian ini dimana dari lima bentuk  verbal  abuse  yang  diteliti,  yaitu  tidak  sayang  dan  dingin,
intimidasi,  mengecilkan  atau  mempermalukan  anak,  mencela  anak,  dan tidak mengindahkan atau menolak anak. Dari kelima bentuk  yang diteliti,
ternyata  didapatkan  hasil  bahwa  dari  43  responden  dalam  penelitian  ini memiliki nilai rata-rata sebesar 23,25 untuk bentuk intimidasi atau sebesar
54,07,  angka  ini  merupakan  angka  terbesar  bila  dibandingkan  dengan bentuk  verbal  abuse  yang  lain.  Intimidasi  menurut  Kamus  Besar  Bahasa
Indonesia  adalah  tindakan  menakut-nakuti  terutama  untuk  memaksa orang  atau  pihak  lain  berbuat  sesuatu,  gertakan,  dan  ancaman.  Hal  ini
dapat  dikarenakan  orang  tua  beranggapan  bahwa  gertakan  atau  ancaman merupakan senjata yang ampuh untuk kepatuhan anak, namun ternyata hal
ini dapat berdampak buruk pada anak mereka. Dalam  penelitian  ini  juga  didapatkan  hasil,  dari  34  responden  yang
mendapatkan verbal abuse dari orang tua, ternyata ada 16 responden 47,1 yang telah mendapatkan verbal abuse sejak usia remaja. Hal ini terjadi
karena  pada  tahap  perkembang  remaja  menurut  Rustaman  dan  Asiah 2007  lebih  menitikberatkan  pada  perubahan  psikis.  Hal  itulah  yang
menyebabkan  remaja  terkadang  menjadi  mudah  tersinggung  dan emosional ketika mendapatkan tindak verbal abuse. Selain itu, remaja juga
dituntut  untuk  memenuhi  salah  satu  tugas  perkembangan  remaja  yaitu mencapai  ukuran  kebebasan  atau  kemandirian  dari  orang  tua.  Tugas
perkembangan  itulah  yang  membuat  masa  remaja  sering  terjadi  adanya kesenjangan  dan  konflik  antara  remaja  dengan  orang  tuanya,  sementara
orang tua masih ingin mengawasi dan melindungi anaknya Soetjiningsih, 2007.
Menurut  Hurlock  1999  dampak  verbal  abuse  pada  remaja  akan mempengaruhi  pembentukkan  sikap,  nilai,  dan  minat  baru.  Karena  masa
remaja  merupakan  periode  yang  penting,  dimana  dalam  perkembangan fisik yang cepat dan harus disertai dengan perkembangan mental yang baik
pula.  Sehingga  rasa  ketakutan  yang  ditimbulkan  akibat  verbal  abuse terjadi  pada  remaja,  maka  penyesuaian  perkembangan  mental  akan
terganggu.  Dampak  verbal  abuse  akan  lebih  parah  apabila  hal  tersebut terjadi  pada  anak  di  masa  kecil.  Hal  ini  dapat  terjadi  karena  kekerasan
yang  terjadi  pada  anak  di  masa  kecil  memiliki  dampak  yang  lebih  kuat dalam  menimbulkan  perilaku  agresif,  terlebih  bila  orang  tua  yang
melakukannya.  Anak  yang  menjadi  korban  kekerasan  orang  tuanya  maka secara  otomatis  akan  berperilaku  agresif  juga.  Bahkan  cenderung
mengembangkan  perilaku  kekerasan  yang  dialaminya  sampai  ia  kelak dewasa Anantasari, 2006.
                                            
                