3. Konsep adalah ide ekstrak memungkinkan kita mengelompokkan benda- benda objek ke dalam contoh.
4. Aturan adalah objek yang paling abstrak.
22
Sedangkan objek tidak langsung antara lain kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, mandiri belajar, bekerja dan lain-lain, bersikap positif
terhadap matematika dan sebagainya. Banyak siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari matematika
menyebabkan betapa pentingnya metode pengajaran yang harus diperhatikan oleh seorang guru agar dapat memperoleh hasil yang optimal.
Di bawah ini ada beberapa definisi matematika sebagai berikut: 1 Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara
sistemik. 2 Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi
3 Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan.
4 Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk.
5 Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. 6 Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
23
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak tentang bilangan, kalkulasi, penalaran
logik, fakta-fakta kuantitatif, masalah ruang dan bentuk, aturan-aturan yang ketat dan pola keteraturan serta tentang struktur yang terorganisir.
Karena matematika tersusun secara teratur, maka untuk mempelajari matematika harus secara urut dan hirarkis. Dalam belajar matematika ada
persyaratan tertentu yang harus dipenuhi sebelum suatu konsep tertentu dipelajari.
22
Ruseffendi ET. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito, 1988 h. 165
23
Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika Di Indonesia. Jakarta : Asdi Mahasatya, h.11
Persyaratan itu merupakan prasyarat misalnya : penjumlahan merupakan prasyarat bagi perkalian, differensial merupakan prasyarat bagi integral, dan
sebagainya. Berdasarkan pengertian hasil belajar dan matematika yang telah diuraikan
di atas dapat dibuat kesimpulan bahwa hasil belajar matematika adalah keterampilan siswa dalam belajar matematika baik secara struktur, fakta, aturan,
bilangan dan logika.
C. Kesulitan Belajar Matematika
Mengenai kesulitan belajar, Mulyadi berpendapat : ”Pada umumnya
”kesulitan” merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai tujuan, sehingga memerlukan
usaha lebih giat lagi untuk dapat mengatasi. Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya hambatan-
hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar.
24
Kesulitan belajar mempunyai pengertian yang luas dan kedalamannya, sebagaimana dikemukakan kembali oleh Mulyadi, seperti :
1 Learning Disorder ketergangguan belajar
Adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya orang yang mengalami
gangguan belajar, prestasi belajarnya tidak terganggu, akan tetapi proses belajarnya yang terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang
bertentangan. Dengan demikian hasil belajar yang dicapai akan lebih rendah dari potensi yang dimiliki Rosyidan, 1998.
2 Learning Disabilities Ketidakmampuan Belajar
24
Mulyadi. Diagnosis Kesulitan Belajar. Yogjakarta : Nuha Litera, 2008 hlm. 6
Adalah ketidakmampuan seseorang murid yang mengacu kepada gejala di mana murid tidak mampu belajar menghindari belajar, sehingga hasil
belajarnya di bawah potensi intelektualnya. 3
Learning Disfunction Ketidakfungsian Belajar Menunjukkan gejala di mana proses belajar tidak berfungsi dengan baik
meskipun pada dasarnya tidak ada tanda-tanda subnormalitas mental, gangguan alat indera atau gangguan-gangguan psikologis lainnya.
4 Under Achiever Pencapaian Rendah
Adalah mengacu kepada murid-murid yang memiliki tingkat potensi intelektua di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
5 Slow Learner Lambat Belajar
Adalah murid yang lambat alam proses belajarnya sehingga membutuhkan waktu dibandingkan dengan murid-murid yang lain yang memiliki taraf
potensi intelektualnya yang sama.
25
Sesuai dengan pengertian kesulitan belajar di atas maka kesulitan belajar pada dasarnya suatu gejala yang nampak dalam berbagai jenis manifestasi tingkah
laku baik secara langsung ataupun tidak langsung. Gejala ini akan nampak dalam aspek-aspek kognitif, motoris dan afektif,
baik dalam proses maupun hasil belajar yang dicapai. Ciri-ciri tingkah laku yang merupakan pernyataan manifestasi gejala kesulitan belajar, dikemukakan kembali
oleh H. Mulyadi antara lain : 1 Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai
oleh kelompokknya atau di bawah potensi yang dimiliki. 2 Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.
Mungkin ada murid yang sudah berusaha untuk belajar dengan giat, tetapi nilai yang dicapainya selalu rendah.
25
Ibid, h. 6-7
3 Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar. Selalu tertinggal dari kawan-kawannya dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang
ditentukan. 4 Menunjukkan sikap yang kurang wajar seperti acuh tak acuh, menentang,
berpura-pura, dusta dan sebagainya. 5 Menunjukkan tingkah laku yang kurang wajar seperti : membolos. Datang
terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak tertib dalam kegiatan belajar
mengajar, mengasingkan diri, tidak mau bekerja sama dan sebagainya. 6 Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar seperti : pemurung, mudah
tersinggung, pemarah, kurang gembira, dalam menghadapi nilai rendah tidak menunjukkan perasaan sedih dan menyesal dan sebagainya.
Banyak orang yang memandang matematika sebagai mata pelajaran yang paling sulit. Meskipun demikian, semua orang harus mempelajarinya karena
merupakan sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Seperti halnya bahasa, membaca, dan menulis, kesulitan belajar matematika harus diatasi
sedini mungkin. Kalau tidak siswa akan menghadapi banyak masalah karena hampir semua mata pelajaran memerlukan matematika. Oleh karena itu guru
harus mengetahui karakteristik siswa yang berkesulitan belajar matematika. Diungkapkan kembali oleh Mulyadi mengenai karakteristik siswa yang
berkesulitan belajar matematika, yaitu : ”Kesulitan belajar matematika disebut juga diskalkulia dyscalculis Lerner, 1981. Kesulitan belajar matematika yang
berat oleh Kirk 1962 disebut akalkulia acalculia .” Mulyadi lebih lanjut
mengungkapkan : ”Gangguan matematika adalah suatu ketidakmampuan dalam
melakukan ketrampilan matematika yang diharapkan untuk kapasitas intelektual dan tingkat pendidikan seseorang”.
26
26
H. Mulyadi. 2008. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan terhadap Kesulitan Belajar Khusus. Malang : Nuha Litera, h. 174
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, sebagaimana dikutip oleh Mulyadi bahwa : ”Gangguan matematika adalah salah
satu gangguan belajar. Gangguan matematika dikelompokkan menjadi empat ketrampilan, yaitu : a ketrampilan linguistik yang berhubungan dengan
mengerti istilah matematika dan mengubah masalah tertulis menjadi simbol matematika, b ketrampilan perseptual kemampuan mengenali dan mengerti
simbol dan mengurutkan kelompok angka, c ketrampilan matematika penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian dasar dan urutan operasi
dasar, d ketrampilan atensional menyalin angka dengan benar dan mengamati simbol operasional dengan benar Kaplan, 1997.
27
Beberapa peneliti telah mengklasifikasikan gangguan matematika menjadi beberapa kategori, sebagaimana dikemukakakan kembali oleh Mulyadi, yaitu :
a kesulitan dalam belajar menghitung dengan arti, b kesulitan menguasai sistem kardinal dan ordinal,
c kesulitan melakukan operasi aritmatika, dan d kesulitan dalam membayangkan obyek sebagai kelompok-kelompok Kaplan,
1997
28
Sedangkan menurut Lerner ada beberapa karakteristik anak berkesulitan belajar matematika, sebagaimana dikutip oleh Mulyadi, yaitu :
a adanya gangguan dalam hubungan keruangan, b abnormalitas persepsi visual,
c asosiasi visual-motor d perseverasi,
e kesulitan mengenal dan memahami simbol, f gangguan penghayatan tubuh,
g kesulitan dalam bahasa dan membaca, performa IQ yang lebih rendah daripada skor Verbal IQ Lerner, 1988
29
27
Ibid, h. 174-175
28
Ibid, h. 175