125
2008 56,86
70,70 2.951,38 3,078.35 2009
56,86 70,70 2.951,38
Kelas I 56.86
70.70 -
127.56 4.14
Kelas II -
- 96.03
96.03 3.12
Kelas III -
- 566.47
566.47 18.40
Kelas IIIA -
- 762.58
762.58 24.77
Kelas IV -
- 1,010.66 1,010.66
32.82 Kelas V
- -
- -
- Tidak diperinci
- -
515.64 515.64
16.75
56.86 70.70 2,951.38 3,078.94
Sumber: Dinas Bina Marga Kota Medan 2009
Tabel 7 menunjukkan perlunya perawatan jalan setiap tahun untuk menunjang kelancaran arus lalu lintas sesuai dengan fungsi jalan dan daya dukung
untuk menerima muatan sumbu terbesar dan dimensi kendaraan bermotor. Tentunya Sebagai kota Metropolitan jenis permukaan jalan juga harus didukung
oleh kualitas yang mendukung fungsi jalan dimaksud, dimana kondisi baik permukan jalan di Kota Medan mencapai 71,87 , dari 86,93 yang diaspal.
Tabel 7: Prasarana Jalan Kota Medan Berdasar Kondisi Tahun 2004 – 2009
Kondisi Jalan\Status Negara Propinsi Kota
Jumlah Rasio
2004 56,86
70,70 2.951,38 3.078,94
2005 56,86
70,70 2.951,38 3.078,94
2006 56,86
70,70 2.951,38 3.078,94
2007 56,86
70,70 2.951,38 3.078,94
2008 56,86
70,70 2.951,38 3.078,94
2009 56,86
70,70 2.951,38 3.078,94
Baik 56,86
70,70 2.085,31 2.212,87 71,87
Sedang -
- 397,50
389,80 12,66
Rusak -
- 113,80
113,80 3,61
Rusak berat -
- 1,30
1,30 0,04
Tidak diperinci -
- 353,47
353,47 11,48
56.86 70.70
2,951.38 3,078.94 Sumber: Dinas Bina Marga Kota Medan 2009
Universitas Sumatera Utara
126
Tabel 8: Prasarana Jalan Kota Medan Berdasar Jenis Permukaan Tahun 2004 – 2009
Jenis Permukaan\Status Negara Propinsi
Kota Jumlah Rasio
2004 56,86
70,70 2.951,38 3.078,94 2005
56,86 70,70 2.951,38 3.078,94
2006 56,86
70,70 2.951,38 3.078,94 2007
56,86 70,70 2.951,38 3.078,94
2008 56,86
70,70 2.951,38 3.078,94 2009
56,86 70,70 2.951,38 3.078,94
Aspal 56.86
70.70 2,548.89 3.078,94 86.93
Kerikil -
- -
- -
Tanah -
- 8.95
8.95 0.29
Tidak diperinci -
- 393.54
393.54 12.78
56.86 70.70 2,951.38 3,078.94
Sumber: Dinas Bina Marga Kota Medan 2009
Akan tetapi jika kita lihat pada penambahan panjang jalan di Kota Medan, maka sepanjang tahun 2004 sampai tahun 2009 tidak ada penambahan panjang
jalan. Tentunya hal ini sangat riskan, mengingat pertumbuhan angkutan pribadi terutama sepeda motor relatif tinggi.
3. Pola dan Fungsi Jaringan Jalan
Secara umum jaringan jalan di Kota Medan merupakan jaringan jalan perkotaan yang membentuk kombinasi pola jaringan grid dan pola jaringan radial.
Karakteristik dasar jaringan grid adalah adanya lintasan rute yang secara paralel mengikuti ruas jalan yang ada. Pola ini umumnya terbentuk di pusat kota dimana
terjadi campuran aktifitas pemerintahan, komersial dan perumahan penduduk. Sementara pola jaringan radial terbentuk sebagai akibat pertumbuhan kota yang
cenderung bersifat evolutif dan mengembang dari pusat kota ke pinggiran kota secara radial.
Beberapa ruas jalan yang berperan sebagai jalan utama di koridor dalam kota adalah Jalan Thamrin, Jalan Pandu, Jalan Sutomo, Jalan Pemuda, Jalan
Universitas Sumatera Utara
127
Ahmad Yani, Jalan Balai Kota, Jalan Haryono MT, Jalan Cirebon, Jalan Raden Saleh, Jalan Guru Patimpus, Jalan Perintis Kemerdekaan dan Jalan HM Yamin.
Untuk koridor luar ruas jalan berperan untuk menghubungkan pusat kota dengan
daerah pinggiran dan ke daerah sekitar kota Medan. Untuk kawasan bagian Utara - pusat kota dihubungkan oleh ruas Jl. Yos Sudarso - Jl. Putri Hijau. Untuk
kawasan bagian Timur - pusat kota dihubungkan oleh ruas Jl. Letda Sujono – Jl. Prof. HM. Yamin – Jl. Perintis Kemerdekaan. Untuk kawasan bagian Selatan -
pusat kota dihubungkan oleh ruas Jl. Sisingamangaraja - Jl. Cirebon – Jl. Irian
Barat – Jl. Perintis Kemerdekaan, ruas Jl. Brigjend. Katamso – Jl. Pemuda – Jl. Ahmad Yani dan ruas Jl. Jl. Letjend. Jamin Ginting- Jl. Letjend. S. Parman. Untuk
kawasan bagian Barat - pusat kota dihubungakan oleh ruas Jl. Jend. Gatot Subroto. Untuk kawasan bagian Utara - Timur dihubungkan oleh ruas Jl. Yos
Sudarso - Jl. Pertahanan – Jl. Cemara – Jl. Kol. Bejo – Jl. Pancing – Jl. Letda
Sujono. Untuk kawasan bagian Barat – Utara dihubungkan oleh ruas Jl. Jend.
Gatot Subroto– Jl. Asrama– Jl. Kapt. Sumarsono– Jl. Helvetia Bypass– Jl. Pertempuran - Jl. Yos Sudarso. Ruas jalan Jl. Kapt. Suamrsono merupakan jalan
lingkar luar Utara. Untuk kawasan bagian Selatan - Barat dihubungkan oleh ruas
Jl. Letjend. Jamin Ginting – Jl. Setia Budi – Jl. Sunggal - Jl. Jend. Gatot Subroto atau ruas jalan Jl. Brigjend. Katamso - Jl. Karya Jasa – Jl. Pintu Air - Jl. Bunga
Sedap Malam – Jl. Mawar Merah - Jl. Setia Budi – Jl. Sunggal - Jl. Jend. Gatot Subroto atau ruas Jl. Sisingamangara – Jl. Asrama II – Jl. Suka Elok - Jl.
Sukosopan – Jl. Karya Jasa – Jl. Pintu Air – Jl. Bunga Sedap Malam – Jl. Mawar Merah – Jl. Setia Budi – Jl. Sunggal - Jl. Jend. Gatot Subroto. Disamping itu,
terdapat jaringan jalan lingkar luar Selatan yaitu Jl. Jl. Tritura, Jl. Karya Jasa dan
Universitas Sumatera Utara
128
Jl. Ngumban Surbakti. Terdapat jalan Tol Belmera yang menghubungkan kawasan bagian Utara Belawan - Selatan Tanjung Morawa melalui kawasan Timur Kota
Medan.
4. Jalan Arteri
Untuk jalan arteri primer, berdasarkan data yang di dapat maupun dari hasil survei lapangan, Kota Medan memilik beberapa ruas jalan yaitu:
− Jalan arteri primer yang menghubungkan Kota Medan dengan pelabuhan
Belawan adalah Jalan Yos Sudarso. −
Jalan arteri primer yang menghubungkan Kota Medan dengan Kota Binjai di bagian barat adalah Jalan Gatot Subroto.
− Jalan arteri primer yang menghubungkan Kota Medan dengan wilayah timur
ke Tembung adalah Jalan Letda Sujono. −
Jalan arteri primer yang menuju arah selatan ke Deli Tua adalah Jalan Brigjen Katamso.
− Jalan arteri primer yang menuju arah selatan ke Brastagi adalah Jalan Letjen
Jamin Ginting.
5. Jumlah Sarana Angkutan Umum dan Pribadi
Pada tahun 2009 jumlah sarana transportasi jalan raya di Kota Medan berjumlah 2.708.511 kendaraan. Dari tahun 2004 sampai tahun 2009
menunjukkan kenaikan 23,82 per tahun. Pertumbuhan yang sangat signifikan nampak pada sepeda motor dengan rata-rata pertumbuhan 31, 23 per tahun.
Tabel 9: Jumlah sarana angkutan umum dan pribadi tahun 2004-2009 Tahun Mobil Penumpang
Mobil Gerobak
Bus Sepeda Motor
Jumlah
2004 149,302
104,776 12,108
756,569 1,022,755
8.04 5.34 2.47
15.07
Universitas Sumatera Utara
129
2005 164,314
112,001 12,406
883,406 1,172,127
14.02 6.89 2.46
16.76 15
2006 175,198
116,184 12,619
985,745 1,289,746
6.62 3.73 1.71
11.58 10
2007 189,157
120,328 12,751
1,103,707 1,425,943
7.96 3.56
1.04 11.96
11 2008
209.527 140.986
22.130 2.104.026
2.476.669 11.80
17.20 73.60 90.60
73.70 2009
222.891 144.865
22.123 2.318.632
2.708.511 6.40
2.80 -7
10.20 9.40
Sumber: Dinas Perhubungan Kota Medan: 2010
Disamping itu pada tabel 10 dapat dilihat data statistik kendaraan tidak bermotor. Dapat dilihat bahwa penggunaan becak sebagai sarana angkutan cukup signifikan,
serta pertumbuhan pemilikan sepeda yang memiliki kecenderungan meningkat.
Tabel 10: Jumlah Kendaraan Tidak Bermotor tahun 2004-2009 No.
Jenis kendaraan
2005 2006
2007 2008
2009
1 Sepeda 29.466
30.423 31.521
31.861 32.021
2 Becak 24.888
25.426 23.211
22.011 20.811
3 Andongdokar -
- -
- -
4 lain-lain 8.091
8.983 9.054
9.054 9.054
Jumlah 59.021
64.832 63.786
62.926 61.886
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Medan: 2010
Sementara pada tabel 11 disajikan jumlah kendaraan angkutan penumpang umum tidak dalam trayek. Dari data tersebut dapat dilihat dominasi becak
bermotor sebagai alternatif angkutan umum tidak dalam trayek. Pada tahun 2005 jumlah becak bermotor mencapai 90.58, pada tahun 2006 turun menjadi 82.82
dan pada tahun 2007 sebesar 83.05, pada tahun 2008 sebesar 84,95 serta pada tahun 2009 sebesar 85,00 .
Data tersebut juga memperlihatkan kecenderungan menurunnya jumlah taksi dengan argometer, sementara untuk taksi tanpa argo meter memiliki
Universitas Sumatera Utara
130
kecenderungan yang meningkat. Keadaan ini sangat kontradiktif dengan tujuan Kota Medan sebagai kota jasa dan industri.
Angkutan beca menunjukkan jumlah yang sangat signifikan dari angkutan lainnya , untuk itu sesuai dengan SK Walikota Medan Nomor 551.21482.K2004,
tanggal 23 April 2004, ditetapkan ada beberapa ruas jalan yang menjadi larangan operasional beca bermotor yaitu Jl. Raden Saleh, Jl. Pattimura, Jl. S. Parman, Jl.
Kejaksaan, Jl. Pengadilan, Jl. Zainul Arifin, Jl. Diponegoro, Jl. Palang Merah, Jl. Imam Bonjol, Jl. Cut Nyak Dien dan Jl. Sudirman.
Tabel 11. Jumlah Kendaraan Bermotor tahun 2004-2009 No
Jenis kendaraan 2005
2006 2007
2008 2009
1 Taksi dengan
argometer 3.624
2.425 2.125
2.125 2.125
2 Kendaraan sewa ---
--- ---
--- ---
3 Bus pariwisata ---
--- ---
--- ---
4 Kendaraan roda 3 529
482 654
5 Lain-lain
a. Taksi tanpa argo 2.004
2.425 2.631
2.631 2.631
b. ojek ---
--- ---
--- ---
c. becak bermotor 24.359
25.700 26.500 26.850 26.960
Jumlah 26.892
31.032 31.910 31.606 31.716
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Medan 2010 6. Parkir On Street
Pergerakan sarana transportasi sebagaimana diiuraikan di atas berawal dan berakhir pada parkir kendaraan. Permasalahan di kota-kota besar tujuan
pergerakan kepada pusat-pusat kegiatan tata guna lahan tidak selalu menyediakan tempat parkir yang memadai, akhirnya badan jalan menjadi sasaran tempat parkir
on-street parking. Dengan terbentuknya Bidang Parkir sebagai bagian dari Struktur
Organisasi Dinas Perhubungan Kota Medan sesuai dengan Perda Kota Medan
Universitas Sumatera Utara
131
Nomor 3 Tahun 2009 sebagai amanah dari UU No. 32 Tahun 2004, pertama sekali yang dilakukan terhadap penataan parkir adalah dengan merubah tata letak parkir
pada badan jalan pada pusat kota yang dituangkan melalu Surat Keputusan Kepala Dinas Perhubungan Kota Medan Nomor: 97420084, Tanggal 17 Juli 2009
Tentang Penetapan Sistem Parkir di Badan Jalan pada Wilayah Inti Kota Medan. Adapun jumlah lokasi parker tepi jalan yang ada dikota medan berdasarkan data
dinas perhubungan tahun 2010 adalah sejumlah 222 lokasi.
7. Terminal Angkutan Umum
Terminal adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan memuat dan menurunkan orang danatau barang serta mengatur kedatangan dan
pemberangkatan kendaraan umum, yang merupakan salah satu wujud simpul jaringan transportasi Kepmenhub 352003. Keberadaan terminal merupakan
salah satu prasarana utama dalam pelayanan angkutan umum. Keberadaan terminal berperan dalam menentukan tingkat kinerja dari pelayanan angkutan
umum dalam suatu wilayah. Sampai dengan Tahun 2009, Kota Medan mempunyai 5 lima buah terminal angkutan umum seperti yang dipaparkan pada
tabel 12 dan tabel 13
Tabel 12: Terminal Angkutan Umum Kota Medan No Nama Terminal Tipe Luas m
2
Kapasitas unit Bus AKDP+AKAP MPU
1 Amplas A
40.961 129
550 2 Pinang Baris
A 19.940
60 120
3 Sambu C
2.600 -
200 4 Veteran
C 3.500
20 60
5 Belawan C
1.080 24
30
Sumber : Dinas Perhubungan, UPT Terminal dan Pengamatan Lapangan
Universitas Sumatera Utara
132
Tabel 13: Kelas Pelayanan Terminal Angkutan Umum Kota Medan No Terminal
Keterangan
1 Amplas Melayani angkutan umum Antar Kota Antar Propinsi AKAP, angkutan
Antar Kota Dalam Propinsi AKDP dari wilayah TimurSelatan ke Kota Medan, angkutan kota dan angkutan pedesaan
2 Pinang Baris
Melayani angkutan umum untuk angkutan Antar Kota Dalam Propinsi AKDP dari wilayah BaratSelatan ke Kota Medan angkutan kota dan
angkutan pedesaan
3 Sambu Melayani kendaraan umum mobil penumpang dalam Kota Medan
menuju inti kota 4 Veteran
Melayani kendaraan umum mobil bus dalam Kota Medan yang menuju inti kota
5 Belawan Melayani kendaraan umum mobil penumpangbus dalam Kota Medan yang menuju inti kota Belawan - Medan
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Medan 2008 8. Sarana Angkutan Umum
Angkutan umum yang beroperasi pada trayek tetap di Kota Medan terdiri atas mobil penumpang umum angkutan kota, bus kecil, bus sedang dan bus
besar. Untuk angkutan umum yang tidak bertrayek dilayani oleh taksi, becak dan becak bermesin.
Data Perusahaan angkutan Kota di Kota Medan beserta trayek serta jumlah armadanya dapat dilihat pada tabel 14 dan tabel 15. Dengan melihat jumlah
realisasi armada angkutan kota, mayoritas terdiri dari mobil pengangkutan umum dengan kapasitas 8-12 penumpang dan hanya 8 angkutan kota dengan
menggunakan armada ukuran bus sedang yaitu Perusahaan CV. Desa Maju PO. POVRI.
Universitas Sumatera Utara
133
Tabel 14. Trayek Angkutan Kota Medan Jenis Bus No
Nama Perusahaan
No. Trayek
Asal - Tujuan Trayek Armada
Plafon Realisas
1 CV. Desa
Maju 45
Letda Sujono Batas Kota - Jln. Gaperta . PP 30
16
2 PT. Mars 13
P. Mandala Batas Kota - Tj. Gusta Sukadono. PP
40 27
65 Tembung Batas Kota - Gambar Deli
Belawan. PP 100
100 70
P. Mandala Batas Kota - T. P Baris. PP 60
60 71
Tj. Gusta - Tembung Batas Kota. PP 45
- 127
B. Katamso Batas Kota - Pasar V Batas Kota. PP
40 -
128 Jln. Letda Sujono Batas Kota-
BelawanGabion. PP 50
27 129
Jln. B. Katamso Bts Kota - Belawan Gabion. PP
60 48
130 Tj. Selamat Bts Kota - Belawan Gabion. PP 50
50 131 Jln. Jamin Ginting Bts Kota – Gabion. PP
90 80
133 Tj. Selamat Bts Kota – P. Pasar Bts Kota.
PP 50
3 CV. Mitra
Transport 141
Pancur Batu Bts Kota - P. Mandala Bts Kota. PP
70 46
142 Pancur Batu Bts Kota - Gabion Belawan. PP 30
- 143
Tembung Psr X Bts Kota - Tj. Anom Bts Kota. PP
30 -
144 Desa Martoba Desa Kelambir V Bts Kota.
PP 30
- 145
Tj. Anom Bts Kota - Tembung Psr XBts Kota. PP
30 -
146 Rsu. Adam Malik - Hamparan Perak Bts
Kota. PP 30
-
4 PT. Nasional
Medan Transport
K 04 P. Simalingkar - Sp. Bw Bts Kota. PP. 65
38 25
Tj. Selamat Bts Kota - Veteran P Psr . PP 40
27 M2731
T. Morawa Bts Kota - Tj. Selamat Bts Kota. PP
100 100
M 28 P Iii Simalingkar - Jl. R. Saleh - Veteran P
Psr. PP 55
37 M 29 Sp. Selayang - Letda Sujono Bts Kota. PP
65 45
5 PT. Povri 04
Perum Indah Eka Rasmi - Ikip BaruBts Kota. PP
30 -
05 Deli Tua Bts Kota - Veteran P. Psr . PP
32 17
15 Titi Kuning Bts Kota - TembungBts Kota.
PP 66
66 23
P. Simlingkar B - Kapt.M.Jamil LbsBts Kota. PP
35 22
25 T. Amplas - Jl. Sm. Raja - Tembung Bts
30 -
Universitas Sumatera Utara
134
Kota. PP 6 CV. Hikma
26 Desa Terjun Bts Kota - T. Amplas. PP
80 55
62 T. Amplas - Desa Terjun Bts Kota. PP
35 -
63 T. Belawan - P. Batu Bts Kota. PP
50 -
7 CV. Kobun 03
Sp. Tuntungan Bts Kota - Jl. Veteran P. Psr. PP
22 15
07 Tembung Bts Kota - Veteran P. Psr. PP
22 -
62 Tuntungan Bts Kota . T. Amplas. PP
10 -
63 Kedai Durian Bts Kota - T. P Baris. PP
30 -
8 PT. Rahayu
Medan Ceria 41
Tembung Bts Kota - Rsu. Adam Malik. PP 170
142 42
RSU.A.Malik - Komp.IKIPM.EstateBts Kota. PP
130 82
43 P. Simalingkar Bts Kota - P. Mandala Bts
Kota. PP 155
146 54
Desa SimalingkarBts Kota- Komp.IKIPM.Estate PP
130 121
58 Tj. Anom Bts Kota - Tembung Bts Kota. PP
80 -
9 CV. Laju
Deli Sejahtera
01 Desa MartobaBts Kota - T. Belawan. PP
50 23
02 Tembung Pasar X Batas Kota - T. P Baris.
PP 50
- 04
P. Batu Bts Kota - Tembung Psr X Bts Kota. PP
25 -
10 CV. Medan
Bus 11
T. Morawa Bts Kota - Belawan – Gabion. PP 75
- 36
Jl. Karya Wisat - Tembung Bts Kota. PP 60
36 45
T. P Baris - Tembung Bts Kota . PP 60
19 47
T. P Baris - P. Mandala Bts Kota . PP 50
- 56
Tj. Morawa Ts Kota - Belawan – Gabion. PP 75
- 135 T. Morawa Bts Kota - P. Martubung. PP
135 135
TOTAL 48
Trayek 2.847
1.580
Sumber: Dinas Perhubungan Kota Medan 2009
Tabel 15: Trayek Angkutan Kota Medan Jenis MPU No.
Nama Perusahaan
No. Trayek
Asal - Tujuan Trayek Armada
Plafon Realisas
1 P.T.U.
Morina 75 Batas Kota Ikip Unimed - Gambar Deli - PP
50 33
80 Perumnas Martubung – Tj. Selamat Bts Kota
– PP 60
50 139
Letda Sujono Batas Kota - Terminal Belawan – PP
30 -
140 Terminal Pinang Baris - Letda Sujono Bts
Kota – PP 85
- 143 Simalingkar B - Tembung Batas Kota – PP
50 -
2 PT. Rahayu
Medan Ceria 103 Ikip Medan Estate - Pancur Batu – PP
200 186
105 Terminal Amplas - Komplek Uka Terjun – PP 95
72 106 Terminal Amplas – Perumnas Mandala – PP
42 41
107 Pancur Batu - Perumnas Mandala – PP 75
-
Universitas Sumatera Utara
135
No. Nama
Perusahaan No.
Trayek Asal - Tujuan Trayek
Armada Plafon Realisas
120 T. Pinang Baris – Tembung Bts Kota – PP 150
133
3 CV. Wampu
Mini 108 P. Simalingkar - Klambir V Batas Kota – PP
110 97
109 T. Morawa Batas Kota – Tj.Selamat Bts
Kota – PP 50
3 110
Kolam Renang Morina - Klumpang Bts Kota – PP
155 127
123 Medan Permai Bts Kota - Perum
G.Martubung – PP 163
114 136 T. Pinang Baris - Sei Rotan Batas Kota – PP
50 5
137 T. Morawa Bts Kota – Tj Anom Batas Kota
– PP 50
- 168 Jln. B. Katamso Bts Kota - Belawan – PP
80 18
4 FA. Mekar
Jaya 116 Pasar V Batas Kota - Terjun Batas Kota – PP
25 -
5 KPUM 03
Ikip Pasar V - Desa Martoba Batas Kota – PP
190 173
04 Patumbak – UMA – PP 81
81 05
B. Katamso Bts Kota - Tj. Gusta Batas Kota – PP
40 27
07 T. Amplas - Letda Sujono Batas Kota – PP 120
119 08
B. Katamso Bts Kota - Pancing Bw Bts Kota – PP
130 130
10 P. Simalingkar - Pancing Batas Kota – PP 110
87 13 Tuntungan Bts Kota - Rs. Mina UMA – PP
40 29
14 Tembung - Tj. Selamat Batas Kota – PP 80
71 17 Jln. Karya Jasa B. Kota - Belawan – PP
60 60
18 Tj. Selamat Bts Kota - P. Mandala PP 50
27 23 T. Pinang Baris - B. Katamso Bts Kota – PP
110 95
27 Metrologi - Marendal Batas Kota – PP 50
- 28 Letda Sujono Bts Kota – Gabion – PP
90 62
33 Tuntungan Batas Kota - R Potong – PP 20
- 35
Jln. Tb Sihombing Bts Kota - T.Pinang Baris – PP
20 -
37 Johor Pasar V Bts Kota - T.Belawan – PP 15
- 38
Rs. Adam Malik - Desa Martoba Bts Kota – PP
40 -
39 T. P.Baris - Pertiwi SMU XI Bts Kota – PP 20
13 40 Kelambir Lima Bts Kota - P. Mandala – PP
100 97
45 Desa Simalingkar B – Letda Sujono Bts Kota
– PP 75
34 46 Tj. Selamat - Letda Sujono Bts Kota – PP
115 107
47 T. Pinang Baris - Letda Sujono Bts Kota – PP 60
33 50 T. Pinang Baris - Jermal XI Bts Kota- PP
15 -
51 T. Pinang Baris - Desa Jambu Bts Kota – PP 60
- 54 Pasar VII Tj. M. Hilir - Tuntungan Bts Kota –
70 50
Universitas Sumatera Utara
136
No. Nama
Perusahaan No.
Trayek Asal - Tujuan Trayek
Armada Plafon Realisas
PP 55 T. Amplas - Letda Sujono Bts Kota – PP
40 -
56 Tj. Selamat - Lau Dendang Bts Kota – PP 30
- 57 Tj. Selamat Bts Kota - P. Mandala – PP
80 63
59 P. Mandala - B. Katamso Bts Kota – PP 70
65 60 P. Simalingkar Martoba Bts Kota – PP
70 56
65 Kelambuir V Bts Kota - T. Pinang Baris – PP 120
114 68 Kelambir V Bts Kota - Petiwi SMU XI - PP
50 35
72 Simpang Bw Bts Kota – T. Pinang Baris – PP 20
- 81 P. Simalingkar - Tembung Bts Kota – PP
40 -
84 SMU XI Pertiwi - Tj. Selamat Bts Kota – PP 40
- 86 T. Pinang Baris Sentis Bts Kota - PP
40 -
87 Denai Ujung Bts Kota - Belawan – PP 40
- 90 Belawan - Delitua – PP
35 -
91 Sentis Bw Batas Kota - T. Amplas – PP 35
- 92
Pasar V Johor - Jln.Tb SihombingBts Kota – PP
40 -
6 PU. Gajah
Mada TR 96 Martubung - Tuntungan Bts Kota – PP
80 7
TR 97 Pasar Petisah - Tj. Selamat Ujung Bts Kota –
PP 5
- TR 98 T. Pinang Baris - Namo Gajah Bts Kota – PP
10 -
T O T A L 61 Trayek
4.126 2.514
Sumber: Dinas Perhubungan Kota Medan 2009 Untuk pelayanan angkutan kota dalam propinsi dapat dilihat pada Tabel dibawah.
Tabel 16: Angkutan Kota Dalam Propinsi AKDP Jenis BusBus Sedang No.
Nama Perusahaan
No. Trayek
Asal - Tujuan Trayek
1 FA. Kembaren
1 Medan – Delitua – Durian Tinggung - PP
2 Medan - Delitua - Penen – PP
2 Damri
1 Medan - Binjai – PP
2 Medan – Lubuk Pakam – PP
3 CV. Pasogit
Sibayak 1
T. P Baris – Jl. Raya Binjai – Berdikari – PP 2
T. Amplas – Tritura – Karya Jasa – Berdikari - PP 3
T. Amplas – Simp.Tuntungan – Suka Makmur - PP 4
CV. Usaha Baru
1 Klumpang – H.Perak – L.Deli – Belawan - PP
5 CV. Batang
Gadis 1
Medan – Tembung – PP 2
Medan – Batang Kuis – PP 6
CV. Nitra 1
Namorambe – T. P. Baris – PP 2
Tj.Morawa – T.Amplas – Deli Tua – PP 3
Tj.Morawa – T.Amplas – T.P.Baris – PP
Universitas Sumatera Utara
137
No. Nama
Perusahaan No.
Trayek Asal - Tujuan Trayek
4 Delitua – Jamin Ginting – T.P.Baris – PP
7 KPU. Rajawali
1 Medan – Tj.Morawa – Dalu X - PP
2 Medan – Pancur Batu - PP
3 Medan – L.Pakam – T.Juhar - PP
4 Medan – Patumbak – Penen - PP
5 Medan – Patumbak – T.Juhar - PP
8 Dirgantara
1 Medan – L.Pakam – D.Masihol – Negeri Dolok - PP
2 L.Pakam – Simp.Pos – T.P.Baris – Binjai – PP
9 CV. Murni
Medan - P.Berandan – P.Susu 10 CV. Sempurn
Medan - P.Berandan – P.Susu 11 CV. Sinar Mas
Medan - P.Berandan – P.Susu 12 PO. P. Semesta
Medan – Sawit Sebrang – K. Sawit – B. Lawang 13
CV. Serasi Borneo
Medan – Kabanjahe 14
CV. Sinabung Jaya
Medan – Kabanjahe 15 CV. Sutra
Medan – Kabanjahe
Sumber: Dinas Perhubungan Kota Medan 2009 Tabel 17: Angkutan Kota Dalam Propinsi AKDP Jenis MPU
No Nama
Perusahaan No.
Traye k
Asal - Tujuan Trayek
1 FA. Kembaren 1
Medan - Batang Kuis - PP 2
Medan - Percut - PP 3
Medan - Tembung - B.Setia-Percut - PP
2 CV. Hikma 1
Medan - Percut - PP 2
Medan - Delitua - PP 3
Medan - H.Perak - Titi Payung - PP 4
Namorambe - Titi Kuning - T.Amplas - PP 5
Belawan - H.Perak - Binjai - PP 3 CV. Mekar Jaya
1 Binjai - N.Surbakti - T.Amplas - Lbk.Pakam –
PP 2
Binjai - T.P.Baris - N.Surbakti - T.Amplas – PP
4 KPUM 1
Penem- D.Tua- T.P.Baris - S.Mencirim - G.Rimbun – PP
2 P.Batu- AH.Nasution- T.Amplas – K.Pemda
Pakam – PP 3
L.Pakam - SM.Raja - T.Amplas - T.Willem - Percut – PP
5 Medan - Tj.Selamat - G.Rimbun - PP
6 Tj.Morawa – T.Amplas – T.P.Baris – PP
7 T.P.Baris - Pancur Batu - B.Baru - PP
8 T.Amplas - Tembung - Batang Kuis - PP
Universitas Sumatera Utara
138
No Nama
Perusahaan No.
Traye k
Asal - Tujuan Trayek
5 CV. Laris 1
Medan - Binjai - PP 6 CV. Timur
1 Medan - Binjai - Tambunan - PP
2 Medan - Binjai - Sejagat - PP
7 CV. Intan sari 1
Medan - Lubuk Pakam - PP 8 CV. Netis
1 Galang - L.Pakam - T.Amplas - PP
2 N.Timbul - Tj.Morawa - T.Amplas - PP
9 CV. Tunas Baru 1
Mencirim - Paya Beli - T.P.Baris - PP 2
G.Rimbun - Diski - Binjai - PP 3
T.P.Baris - Titi Payung - Sp.Kantor - T.Belawan – PP
4 T.P.Baris - Binjai - T.Hilir - H.Perak -
T.Belawan – PP 5
Percut - Pulo Brayan - T.Belawan - PP
10 CV. Nitra 1
Deli Tua - Patumbak - T.Amplas - PP 2
Tj.Morawa - T.Amplas - PP 3
Tj.Morawa Kiri - T.Amplas - Tuntungan - PP 4
Telung Kenas - Patumbak - T.Amplas - PP 5
Deli Tua - Jl.AH.Nasution - T.Amplas - PP 6
Namorambe - G.Johar - AH.Nasution - T.Amplas – PP
7 Namorambe - Deli Tua - AH.Nasution -
T.Amplas – PP 8
Batang Kuis - Tj.Morawa - T.Amplas - PP 9
Batang Kuis - Tembung - T.Willem - PP 11 CV. Shandra Prima
1 T.Amplas - Tj.Morawa - Bandar Labuhan – PP
2 Medan - Percut - PP
12 KPU. Rajawali 1
T.Juhar - Patumbak - T.Amplas - PP 2
T.Amplas - Alfalah - Karya Jasa - Pancur Batu PP
13 CV. Timur Taxi Medan – P.Berandan – P. Susu
14 KPUB Medan – P.Berandan – P. Susu
15 CV. Laris Medan – P.Berandan – P. Susu
16 CV. BTN Medan – Subulussalam – Kuta Cane
17 CV. Dairi Transport Medan – Salak Sosa
18 CV. Delantras Medan – Kuta Cane
19 CV. Karina Borneo Medan – Kuta Cane
20 CV Parna Jaya Medan – Kuta Cane
21 CV. Karisma Medan – Kuta Cane
22 CV. DR HIMPAK Medan – Kuta Cane
23 PO. Pinem Medan – Kuta Cane
24 CV. Sinar Sepadan Medan – Sondi Raya
25 PO. Sanggul Mas Medan – Kuta Cane
26 PO. SAMPRI Medan – Sidikalang – Pangunguran - Barus
Universitas Sumatera Utara
139
Sumber: Dinas Perhubungan Kota Medan 2009
Adapun untuk pelayanan angkutan antar kota antar propinsi dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 18. Antar Kota Antar Propinsi AKAP Jenis Bus No
Nama Perusahaan
No. Traye
k Asal - Tujuan Trayek
1 FA. PMTOH Medan – Aceh
2 CV. Nasabe Medan – Kuala Simpnag – Langsa
3 CV. Ampala Medan – Kuala Simpnag – Langsa
4 CV. Rahmat Medan – Kuala Simpnag – Langsa
5 CV. Nusantara Medan – Kuala Simpnag – Langsa
6 CV. Laris Medan – Kuala Simpnag – Langsa
7 PT. ATS Medan – Aceh
8 CV. Bintang Simpati Medan – Aceh
9 CV. Pelangi Medan – Aceh
10 CV. Kurnia Group Medan – Aceh
11 PT. ALS Medan – berbagai kota P. Sumatera dan P.
Jawa
Sumber: Dinas Perhubungan Kota Medan 2009
Untuk mengatasi kemacetan arus lalu lintas menetapkan suatu pembatasan terhadap mengenai lintas Bus Antar Kota Antar Propinsi AKAP dan Bus Antar
Kota Dalam Propinsi AKDP melalui SK Walikota Medan 551.21060K2006 tanggal08.02.2008 menetapkan pengaturan rute AKAP dan AKDP dari arah
Binjai, Berastagi dan Lubuk Pakam menuju Terminal Terpadu Pinang Barus dan Terminal Terpadu Amplas PP yaitu:
a. Untuk kendaraan umum AKAP dan AKDP dari arah Berastagi menuju Binjai
melalui Terminal Pinang baris PP adalah: Jl. Jamin Ginting – Simpang Selayang – Jl. Selayang – Jl. Setia Budi – Jl. Ngumban Surbakti – Jl. Industri
Pasar III – Jl. Gagak Hitam – Jl. Amal – Jl. Pinang Baris – Terminal Terpadu Pinang Baris – Jl. Pinang Baris – Jl. Gatot Subroto menuju Binjai PP:
b. Untuk AKAP dan AKDP dari arah Beastagi menuju Lubuk Pakam melalui
Universitas Sumatera Utara
140
Terminal Terpadu Amplas PP adalah: Jl. Jamin Ginting – Jl. AH. Nasution – Jl. SM. Raja – Jl. Panglima Denai – Terminal Terpadu Amplas – Jl. Panglima
Denai – Jl. SM. Raja menuju Lubuk Pakam PP; c.
Untuik kendaraan umum AKAP dan AKDP yang datang dari arah Lubuk Pakam melalui Terminal Terpadu Amplas menuju Jamin GintingPancur Batu
adalah: Jl. SM. Raja arah Lubuk Pakam – Jl. Panglima Denai – Terminal Terpadu Amplas – Jl. Panglima Denai – Jl. SM. Raja – Jl. AH. Nasuiton – Jl.
Jamin Ginting – Pancur Batu PP; d.
Untuk kendaraaan umum AKAP dan AKDP dari arah Lubuk Pakam melalui Terminal Terpadu Amplas menuju Binjai melalui Terminal Terpadu Pinang
Baris adalah: Jl. SM. Raja arah Lubuk Pakam – Jl. Panglima Denai – Terminal Terpadu Amplas – Jl. Panglima Denai – Jl. SM. Raja – Jl. AH.
Nasution – Jl. Jamin Ginting – Jl. Ngumban Surbakti – Jl. Industri Pasar III Lingkar luar – Jl. Gagak Hitam – Jl. Amal – Jl. PInang Baris – Terminal
Terpadu Pinang Baris – Jl. Pinang Baris – Jl. Gatot Subroto menuju Binjai PP;
e. Kendaraan AKDP yang darang dari arah Tembung menuju kota melalui Jl.
Letda Sujono sampai ke Terminal Williem Iskandar; f.
Rute AKAP dan AKDP yang darang dari arah Terminal Williem Iskandar PP melalui: Jl. Menteng VII Jl. KH. Rivai A. Manaf Lubis – Jl. Panglima Denai
– Jl. Mandala By Pas Jen. Ahmad Taher – Jl. Letda Sujono – Terminal Willem Iskandar PP.
Bukan hanya disitu, melalui SK Walikota Medan Nomor 551.21059K2009l, tanggal 08 Pebruari 2008 ditetapkan kawasan lokasi pool AKAP dan AKDP di
Universitas Sumatera Utara
141
Kota Medan yaitu: a.
Sepanjang Jl. SM Raja mulai dari Simpang Tritura ke arah Selatan; b.
Sepanjang Jl. Tritura Jl. AH. Nasution dsisi jalan arah Selatan; c.
Sepanjang jalan Brigjen Katamso mulai dari simapng Jl. Tritura menuju arah luar kota;
d. Jl. Jamin Ginting, Jl. Simpang Selayang mulai dari simpang Jl. Ngumban
Surbakti kea rah luar kota; e.
Jl. Industri Pasar III Riang Road – Jl. Gagak Hitam sampai dengan simpang Jl. Gatot Subroto ke arah luar kota;
f. Jl. Menteng VII sisi arah Timur;
g. Jl. Letda Sujono mulai simpang Jembatan Tol ke arah Timur;
9. Fasilitas Sosial
Untuk menunjang kehidupan manusia dibutuhkan berbagai fasilitas sosial yang menyebabkan orang membutuhkan pergerakan transportasi dari satu tempat
ke tempat lain dan fasilitas sosial itu sendiri akan menghasilkan dampak terhadap transportasi itu sendiri seperti gangguan samping atau kemacetan arus lalu lintas.
Perkembangan pendidikan di Kota Medan memuat data SD, SLTP, SMU dan setingkatnya, baik yang dikelola Dinas Pendidikan maupun di luarnya yang
menyebar di seluruh Kota Medan. Sedangkan Perguruan TinggiAkademi mencakup universitas negeri yang dikelola pemerintah maupun pihak swasta yang
alokasi ruangnya menyebar dalam wilayah Kota Medan. Berdasarkan data statistik tahun 2007 fasilitas pendidikan untuk TK sebanyak 311 unit, Sekolah
Dasar SD sebanyak 854 unit SD, SLTP sebanyak 416 unit SLTP, SMU memiliki
Universitas Sumatera Utara
142
365 unit SMUSMK. Untuk jenjang Perguruan Tinggi negeri dan swasta memiliki 139 unit.
Pembangunan dibidang keagamaan di Kota Medan selalu mendapatkan perhatian baik dari pemerintah maupun swasta. Jumlah fasilitas peribadatan di
Kota Medan dipengaruhi oleh jumlah penganut masing-masing agama. Berdasarkan Tabel 33 dapat diketahui jumlah fasilitas peribadatan
terbanyak adalah mesjid yaitu sebanyak 826 unit, ini disebabkan oleh jumlah penduduk mayoritas di Kota Medan adalah Islam. Selain mesjid juga tersedia
mushalla sebanyak 675 unit. Sedangkan fasilitas peribadatan terbanyak kedua yaitu gereja sebanyak 525 unit, hal ini dipengaruhi oleh jumlah penduduk
beragama kristen yang merupakan penduduk terbanyak kedua setelah penduduk
beragama Islam. Untuk fasilitas peribadatan terkecil adalah kuil sebanyak 39 unit.
Sarana kesehatan diperlukan untuk menunjang kesehatan masyarakat dalam wilayah Kota Medan. Pemanfaatan ruang sarana kesehatan untuk fasilitas
rumah sakit bagi kebutuhan penduduk kelas menengah ke atas terletak di pusat kota dan jumlahnya sudah mencukupi. Rumah sakit ini umumnya berada di dekat
jalur utama dan bergabung dengan fungsi-fungsi pemanfaatan ruang yang lain seperti pusat perbelanjaan, pendidikan, perumahan mewah, hotel dan lain-lain.
Sedangkan untuk menengah ke bawah umumnya menyebar di kawasan-kawasan
permukiman setingkat kelurahan agar pelayanannya lebih dekat dengan penduduk.
Berdasarkan data statisik 2008, diketahui ketersediaan fasilitas kesehatan di Kota Medan sangat memadai, hal ini disebabkan oleh fungsi Kota Medan itu
sendiri sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Utara. Jumlah fasilitas Kesehatan yang terdapat di Kota Medan hingga saat ini adalah sebanyak 1.002 unit yang terdiri
Universitas Sumatera Utara
143
atas Puskesmas sebanyak 39 unit, Pustu sebanyak 40 unit, BPU sejumlah 421 unit, Rumah Bersalin sejumlah 431 unit dan Rumah Sakit sejumlah 71 unit. Kecamatan
Medan Denai memiliki fasilitas kesehatan terbanyak yaitu 79 unit. Sedangkan Kecamatan Medan Maimun memiliki fasilitas kesehatan terkecil yaitu sejumlah
15 unit. Kemudian kebutuhan masyarakat juga menggambarkan meningkatnya
jumlah dari pasar-pasar tradisional dan pasar tumpah yang menggunakan prasarana dan badan jalan adapaun jumlah tersebut sebanyak 22 lokasi.
Semua fasilitas sosial yang diuraikan di atas adalah menunjukkan bagaimana kebutuhan transportasi dan dampaknya terhadap lalu lintas. Disinilah dibutuhkan
bagaimana untuk melakukan kebutuhan akan perlunya penanganan terhadap sarana dan prasarana lalu lintas atau manajemen dan rekayasa lalu lintas.
9. Prasarana Lalu Lintas
Kondisi Rambu dan marka di Kota Medan perlu mendapat perhatian yang lebih baik lagi, guna dapat memberikan informasi yang tepat berupa petunjuk, isyarat
dan larangan bagi pengguna kendaraan dan pengguna jalan. Manajemen lalu lintas yang berfungsi sebagai pengaturan lalu lintas pengguna kendaraan di jalan
menggunakan rambu-rambu, marka dan zerbra cross. Tabel berikut merupakan inventarisasi jumlah rambu, marka dan zerbra
cross yang masih berfungsi baik ataupun rusak.
Tabel 18: Inventarisasi Jumlah Rambu No.
Status Terpasang
Kondisi Baik
Rusak
1 Jalan Nasional
1023 1023
- 2
Jalan Propinsi 892
892 -
3 Jalan
KabupatenKota 1869
1869 -
Universitas Sumatera Utara
144
No. Status
Terpasang Kondisi
Baik Rusak
Jumlah 3784
3784 -
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Medan 2010
Tabel 19: Rambu yang Terpasang Menurut Jenisnya No.
Status Peringatan Larangan Perintah Petunjuk
Jumlah Total
1 Jalan Nasional
121 532
181 190
1023 2
Jalan Propinsi 105
464 157
166 892
3 Jalan
KabupatenKota 220
972 330
347 1869
Jumlah 446
1967 668
703 3784
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Medan 2010
Sedangkan panjang jalan yang membutuhkan marka, sudah dilengkapi marka dan kondisinya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 20: Inventarisasi marka
No. Status
Sudah dilengkapi
km Kondisi
Baik Sedang
Pudar
1 Jalan Nasional
6624 78,23
21,77 -
2 Jalan Propinsi
5888 82,06
17,94 -
3 Jalan
KabupatenKota 13015
85,50 14,50
- Jumlah
25545 81,93
19,02 -
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Medan 2010
Persimpangan adalah tempat bertemunya kendaraan dari satu lajur ke lajur lainnya, yang memotong arus lalu lintas dari lengan simpang sampai dengan ke
lengan simpang tujuan. Oleh karena itu, persimpangan merupakan faktor terpenting dalam menentukan kapasitas dan tundaan dari seluruh jaringan jalan.
Pengelolaan dan pengendalian arus lalu lintas dengan melakukan optimasi penggunaan prasarana yang ada. Bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
transportasi, baik pada saat ini maupun dimasa mendatang mengefisienkan
Universitas Sumatera Utara
145
pergerakan orang atau kendaraan. Pada saat orang melakukan perjalanan untuk maksud yang sama pada tempat dan waktu yang sama pula maka akan timbul
permasalahan seperti kecelakaan, tundaan dan antrian,penurunan kualitas lingkungan dan transportasi biaya tinggi. Kapasitas persimpangan yang
dikendalikan dengan alat pemberi isyarat lalu lintas APILL adalah jumlah maksimum kendaraan yang dapat melalui persimpangan. Bila volume kendaraan
pada pendekat lintasan sedemikin besar maka akan menimbulkan panjang antrian yang cukup berarti.
Persimpangan merupakan pertemuan arus lalu lintas yang berpotensi menimbulkan kemacetan lalu lintas. Hal tersebut akan memberikan dampak
terhadap biaya operasional pengguna jalan seperti biaya tundaan, dan biaya bahan bakar. Sehingga diperlukan manajemen lalu lintas yang baik yang dapat mengatur
antrian kendaraan di daerah simpangan. Beberapa survai dapat dilakukan untuk membantu manejemen lalu lintas di persimpangan. Survai tersebut adalah survai
volume lalu lintas di persimpangan, survai antrian, survai geometrik simpang, survai kecepatan, dan survai okupansi kendaraan kemudian ditentukan skenario
untuk mengatur setting manejemen lalu lintas di persimpangan.
Tabel 21: Jumlah APILL yang dibutuhkan, terpasang dan kondisinya No.
Jenis Lokasi Terpasang
buah Kondisi
Baik Tidak
berfungsi
1 Simpang 4lebih
71 71
2 Simpang 3
27 27
3 Penyeberangan jalan
7 7
4 Ruas jalan lampu kuning
warning light 11
11 5
Jumlah 116
116
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Medan 2010
Universitas Sumatera Utara
146
Kondisi Trotoar di Kota Medan sebagian besar tidak dapat melayani pejalan kaki, hal ini dikarenaan penggunan trotoar dijadikan area jual-beli bagi pedagang kaki
lima. Infrastruktur trotoar yang ada memiliki kondisi yang tidak cukup baik, perkerasan yang digunakan sudah tampak rusak.
Zebra cross merupakan fasilitas yang disediakan untuk pejalan kaki yang akan menyeberang dan ditempatkan di kaki persimpangan atau pada ruas jalan
yang lokasinya berdekatan dengan fasilitas prasarana umum seperti perkantoran, sekolah, pasar dan sebagainya. Hal ini dikarenakan pejalan kaki merupakan
pemakai jalan terlemah diantara pemakai jalan lainnya. Pada kenyataannya sering terlihat bahwa zebra crossing khususnya yang ditempatkan di ruas jalan kurang
mendapat perhatian, baik oleh penyeberang jalan maupun pengemudi kendaraan. Hal ini sangat berkaitan dengan perilaku kedua pemakai jalan tersebut.
Penyeberang jalan banyak yang tidak mengindahkan atau menggunakan zebra cossing yang telah disediakan, demikian pula pengemudi kendaraan banyak yang
tidak memberi kesempatan kepada penyeberang jalan.
10. Pelayanan Transportasi
Data kejadian kecelakaan lalu lintas memperlihatkan trend yang meningkat. Peningkatan yang paling kentara adalah antara tahun 2004 sampai
dengan tahun 2009, yaitu Tahun 2006 sebanyak 1.048 kejadian yang berarti terjadi peningkatan sebesar 69,57 dan tahun 2009 sebesar 19,88 . Untuk lebih
lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 22: Kecelakaan Lalu Lintas di Kota Medan Tahun 2004-2009 Tahun
Kejadian Meninggal
Luka Berat
2004 304
151 253
Universitas Sumatera Utara
147
2005 618
202 577
2006 1,048
252 904
2007 862
280 1031
2008 880
272 978
2009 1.055
227 846
Sumber: Satlantas Poltabes MS 2010
Lebih jauh, berdasarkan data yang dipaparkan moda sepeda motor memberikan kontribusi terbanyak dalam kejadian kecelakaan lalu lintas yang tiap
tahunnya mengalami peningkatan yaitu 31,29 tahun 2005 meningkat menjadi 45,44 pada tahun 2006 dan 43,77 pada tahun 2007, 60,44 pada tahun 2008
dan 60,21 pada tahun 2009 Tabel 19.
Tabel 23: Jumlah kejadian kecelakaan lalu lintas berdasar jenis kendaraan
5.2. Gambaran Implementasi Kebijakan Berdasarkan Variabel
Kebijakan publik yang telah ditetapkan dan disetujui seharusnya dilaksanakan secara maksimal untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
Pelaksanaan kebijakan publik ini disebut dengan implementasi yang memiliki tahapan yang bersifat praktis dan tentunya dibedakan dengan tahapan formulasi
yang bersifat teoritis. Implementasi kebijakan merupakan proses administratif
No Jenis kendaraan
yang terlibat 2005
2006 2007
2008 2009
1 Mobil Penumpang Umum
83 154
162 139
175 Tidak Umum
134 241
254 210
332 2 Mobil BebanBarang
Umum 29
111 120
185 159
Tidak Umum 68
77 85
54 68
3 Mobil Bus Umum
10 28
35 20
27 Tidak Umum
9 4
5 2
4 4 Sepeda Motor
157 529
534 978
1205 5
Kenderaaan Tidak Bermotor
18 20
25 30
31 Total
508 1164
1220 1618
2001
Sumber: Satlantas Poltabes MS 2010
Universitas Sumatera Utara
148
yang dilaksanakan oleh birokrasi pemerintah atau pelaksana teknis sesuai dengan ketetapan yang ada di dalam kebijakan itu sendiri dengan mendayagunakan setiap
sumber daya dan sumber dana yang ada. Implementasi kebijakan lalu lintas yang diatur pada Peraturan Pemerintah
PP Nomor 32 Tahun 2011 di Dinas Perhubungan kota Medan merupakan kebijakan yang memiliki pola top downer karena pada hakekatnya peraturan
daerah ini merupakan kebijakan yang berpola pada pelaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah untuk rakyat atau publik dan partisipasi yang ada berbentuk
mobilisasi. Mengingat bahwa peraturan ini bersifat nasional yang harus diikuti oleh semua kalangan termasuk pemerintah daerah. Model yang yang dipilih
penulis sendiri adalah kombinasi dari beberapa model dimana penulis memilih variabel yang menurut penulis sesuai dengan karakter kebijakan. Berdasarkan
penjelasan tersebut Impelementasi kebijakan lalu lintas yang diatur pada Peraturan Pemerintah PP Nomor 32 Tahun 2011 ini dapat dilihat melalui
variabel-variabel yang sengaja di pilih oleh penulis di bawah ini:
A. Kejelasan isi Kebijakan Standard dan Sasaran
Standar dan sasaran kebijakan merupakan sesuatu yang harus diterapkan dalam setiap proses implementasi sebuah kebijakan. Standar dan sasaran
kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisasikan. Ketika standar dan sasaran kebijakan terlalu ideal maka akan sulit direalisasikan. Standar dan
sasaran kebijakan tersebut juga harus dipahami dengan baik oleh para pelaksana kebijakan implementers. Hal ini didasarkan pada pandangan bahwa indikator
pencapaian didasarkan pada sejauh mana dasar dan tujuan kebijakan direalisasikan. Ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan berguna didalam
Universitas Sumatera Utara
149
menguraikan tujuan-tujuan keputusan kebijakan secara menyeluruh. Disamping itu ukuran dan tujuan merupakan bukti sendiri bagi kebijakan tersebut.
Adapun standard dan sasaran kebijakan itu di buat berdasarkan teori ataupun statemen yang jelas, sehingga kemungkinan yang terjadi bisa dipredikasi
dengan perhitungan yang jelas. Artinya pertimbangan dalam menentukan apa yang tertuang didalam kebijakan harus di dasarkan pada pertimbangan yang
rasional dan kondisi yang nyata. Dalam melakukan studi implementasi tujuan dan sasaran suatu program
yang akan dilaksanakan harus diidentifikasi dan diukur karena implementasi tidak dapat berhasil atau mengalami kegaggalan bila tujuan-tujuan itu tidak
dipertimbangkan. Dalam menentukan ukuran dasar dari sasaran-sasaran, kita dapat menggunakan pernyataan-pernyataan dari pembuat keputusan sebagaimana
direfleksikan dalam banyak dokumen seperti regulasi-regulasi dan garis-garis pedoman program yang menyatakan criteria untuk evaluasi pencapain kebijakan.
Sesuai dengan apa yang dinyatakan diatas bahwa kejelasan dan isi kebijanundang-undang harus didasarkan ukuran dasar, standar, dan sasaran yang
jelas dan tepat, demikian juga pada Peraturan Pemerintah PP Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Manajemen Dan Rekayasa, Analisis Dampak, Serta Manajemen
Kebutuhan Lalu Lintas. Kita akan melihat bagaimana kejelasan isi dari kebijakan ini pada penjelasan berikutnya.
Hadirnya kebijakan ini didasarkan bahwa analisis pandangan bahwa Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung
pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar
Universitas Sumatera Utara
150
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Hal ini didasarkan bahwa Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagai bagian dari sistem transportasi nasional harus
dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran berlalu lintas dan Angkutan Jalan dalam rangka
mendukung pembangunan ekonomi dan pengembangan wilayah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peranan yang strategis dalam
mendukung pembangunan dan integrasi nasional. Untuk mengoptimalkan penggunaan jaringan jalan dan gerakan lalu lintas dalam rangka menjamin
keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan perlu diatur mengenai manajemen dan rekayasa, analisis dampak, serta
manajemen kebutuhan lalu lintas. Manajemen dan rekayasa lalu lintas dilakukan melalui penetapan kebijakan penggunaan jaringan jalan, penetapan kebijakan
gerakan lalu lintas pada jaringan jalan tertentu, serta optimalisasi operasional rekayasa lalu lintas.
Selanjutnya Pertimbangan lain yang menyatakan perlunya kebijakan ini dasarkan pada pandangan bahwa perkembangan lingkungan strategis nasional dan
internasional menuntut penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, otonomi daerah,
serta akuntabilitas penyelenggaraan negara. Adapun penyelenggaraan berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi artinya setiap apa yang dikerjakan
didalam peraturan pemerintah ini harus didasarkan pada tuntutan kemajuan teknologi. sementara berdasarakan otonomi artinya bagaiaman peraturan ini
dikerjakan lahir harus disesuaikan dengan semangat otonomi daerah dimana sesuai yang tertuang dalam UUD pasal 18 yang diperjelas dalam Undang-Undang
Universitas Sumatera Utara
151
Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Sementara akuntabilitas negara didasarkan pada sistem penyelenggaraan negara yang baik good
governancesesuai dengan yang tertuang didalam Undang-Undang UU Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari
Korupsi, Kolusi, Dan Nepotisme. Dalam hal ini penulis hanya fokus mengkaji penyelenggaraan kebijakan lalu lintas dan angkutan jalan berdasarakan otonomi
daerah. Mengingat penelitian ini dilakukan di kota medan yang didasarkan pada
latar belakang penelitian ini juga pada fokus masalah pada bab sebelumnya yaitu untuk melihat bagaimana pemerintah daaerah kota Medan sesuai kewenangan
yang dimilikinya dalam melaksanakan kebijakan ini. Oleh karenanya penulis mencoba melakukan wawancara dengan beberapa pihak dinas pemerintah kota
medan yang yang memiliki jobdes yang berhubungan dalam menangani masalah lalu lintas dan angkutan jalan diantaranya Dinas Perhubungan, Dinas Bina Marga
dan dinas Tata Ruang Kota Medan. Adapun alasan khusus untuk dari pemerintah kota Medan kota medan
yang menyatakan pentingnya kebijakan ini dilaksanakan didasarkan penjelasan berikut
“Urusan perhubungan merupakan salah satu sektor yang sangat strategis dalam mendorong pembangunan di Kota Medan. Dalam fungsinya sebagai
promoting sector dan servicing sector, transportasi telah memegang peranan yang besar sebagai urat nadi perekonomian. Pembangunan sektor
ini dimaksudkan untuk menggerakkan berbagai potensi daerah, pembangunan sarana dan prasarana transportasi yang lebih baik dan
menjangkau berbagai wilayah terutama mengintegrasikan kawasan pusat kota dengan kawasan lingkar luar pinggiran Kota Medan. Hal penting
lainnya adalah untuk mengantisipasi kecenderungan peningkatan masalah transportasi di Kota Medan seiring perkembangan kegiatan kota dan
pemilikan kendaraan yang sangat tinggi dibanding peningkatan kapasitas
Universitas Sumatera Utara
152
ruas jalan” Penjelasan pada bagian Pedahuluan rencana strategis Dinas Perhubungan Kota Medan 2011-2015
Gambar. Kondisi kepadatan lalu lintas di beberapa jalan kota Medan Menyangkut penjelasan tersebut bisa kita lihat bahwa pada dasarnya statemen
lahirnya kebijakan secara nasional hampir sama. Adapun perbedaannnya bersifat lebih menambahkan apa yang di tetapkan dalam penjelasan kebijakan secara
nasional yaitu untuk mengantisipasi masalah transportasi seiring perkembangan kegiatan dan kepemilikan kendaraan dibanding kapasaitas jalan. Berdasarkan data
Universitas Sumatera Utara
153
yang diperoleh peneliti ditemukan bahwa pertumbuhan ruas jalan jalan kota medan sejak 2004-2009 tidak ada baik di jalan kota, provinsi, serta jalan nasional
sementara itu kecenderungan kepemilikan kendaraan semakin tahun semakin meningkat.
Mengacu pada kondisi diatas pengaturan sarana dan prasarana tarnsportasi merupakam tantangan untuk dipecahkan dikota medan. Masalah-masalah baru
akan timbul dari sistem tarsnportasi mengingat penyediaan sarana dan prasarana trnasportasi dipengaruhi oleh berbagai faktor yang selalu berubah-ubah. Hal ini
tentu saja mebutuhkan perencanaan dan penanganan yang seksama terutama dalam mengatisipasi kecenderungan meningkatnya permintaan akan jasa
transposrtasi dimasa yang akan datang. Masalah meningkatnya waktu tempuh perjalanan, tingginya kecelakaan lalu lintas, masalah polusi lingkungan, getaran
maupum polusi udara, tingginya konsumsi bahan bakar akibat parahnya keacetan ibu kota adalah persolan yang harus diselesaikan. Salah satu cara yang ditempuh
dalam menangani persoalan ini adalah dalam dengan implementasi peraturan pemerintah ini.
Selanjutnya perlunya dilaksanakan kebijakan ini di kota medan didasarkan pada alasan berikut
”Pertumbuhan ekonomi yang tinggi menyebabkan Kota Medan ini menjadi penting keberadaannya dalam mendukung tidak saja
perekonomian lokal kota, namun juga Propinsi Sumatera Utara bahkan perekonomian nasional. Medan telah tumbuh sebagai kota Metropolitan.
Pertumbuhan kota Medan dan perluasan pusat-pusat kegiatan di wilayah sekitarnya, menjadikan wilayah penyangga disekitar kota
Medan ikut berkembang, seperti Kota Binjai dan Kabupaten Deliserdang. Dengan kondisi demikian kota Medan dan sekitarnya
pada saat ini tumbuh membentuk kawasan aglomerasi MEBlDANG.” penjelasan berdasarkan dokumentasi RPJMD Pada bagian matriks
pembangunan Kota Medan 2011-2015
Universitas Sumatera Utara
154
Kota medan sebagai pusat kegiatan adalah sebagai berikut 1.
Pusat pemerintahan provinsi sumatera utara 2.
Pusat perdagangan jasa regional 3.
Pusat distribusi kolektor barang dan jasa regional 4.
Pusat pelayanan jasa tarnsportasi darat, laut dan udara regional 5.
Pusat pendidikan tinggi sumatera utara 6.
Pusat industri Semua hal diatas merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam manajemen
pembangunan kota medan, dan aspek yang penting adalah keberadaan transportasi dimana salah satu cara yang ditempuh adalah melalui peraturan pemerintah ini.
Mengingat pada penjelasan penjelasan sebelumnya dikatakan bahwa dalam pelaksanaan kebijakan ini didasarkan pada prinsip otonomi daerah dimana
implementasi kebijakan ini harus didasarkan pada kebutuhan disetiap daerah. Oleh karenanya dalam pelaksanaannya diharapkan adanya inisiatif pemerintah
daerah untuk menterjemahkan Peraturan tersebut kedalam bentuk yang lebih spesifik dan lebih detailnya. Dengan arti daerah yang bersangkutanlah yang
membuat petunjuk pelakasanaan dan petunjuk teknis dari PP Nomor 32 tahun 2011 ini.
Dalam pelaksanaan peraturan pemerintah ini seperti yang dikatakan oleh kepala bidang perencanaan pembangunan Dinas Perhubungan dikatakan bahwa
”didalam kebijakan ini terdapat beberapa bagian unit yang perlu dijelaskan secara spesifik kedalam bentuk yang lebih spesifik agar nantinya bisa
dimengerti oleh pelaksana kebijakan ini. Adapun pihak yang bertugas dalam memperjelas kebijakan ini adalah pemerintah daerah yang
bersangkutan. Bentuk penjelasan yang diharapkan tentunya sesuai dengan kebutuhan daerah yang bersangkutan tentunya itu akan menjadi petunjuk
pelaksanaan dan petunjuk teknis dari kebijakan ini. Adapun unit yang perlu dijelasakan secara spesifik tersebut yang paling urgent adalah tiga
Universitas Sumatera Utara
155
bagian yang dinyatakan didalam judal peraturan pemerintah tersebut yaitu Manajeman dan rekayasa lalu lintas, analisis dampak, manajeman
kebutuhan lalu lintas” Sumber: Wawancara dengan Kabid perencanaa Dinas Perhubungan, A Hasibuan, jumat 12 Juli 2013
Seperti yang dijelaskan oleh nara sumber diatas ketiga unit tersebut dapat kita lihat dalam penjelasan berikut.
Pertama Strategi pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas yaitu sejumlah upaya dalam hal mengndalikan pergerakan yang dilakukan pada ruas
jalan, persimpangan dan jaringan jalan dilakukan dengan penetapan prioritas angkutan massal melalui penyediaan lajur atau jalur atau jalan khusus, pemberian
prioritas keselamatan dan kenyamanan pejalan kaki, pemisahan atau pemilihan pergerakan arus lalu lintas berdasarkan peruntukan lahan, mobilitas, dan
aksesibilitas, pemaduan berbagai moda angkutan, pengendalian lalu lintas pada persimpangan dan ruas jalan serta perlindungan terhadap lingkungan.
Ruang lingkup kegiatan manajemen dan rekayasa lalu lintas meliputi kegiatan perencanaan, pengaturan, perekayasaan, pemberdayaan, dan
pengawasan. Kegiatan perencanaan, pengaturan, perekayasaan, pemberdayaan, dan pengawasan dilakukan oleh menteri yangbertanggung jawab di bidang sarana
dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan untuk jalan nasional, menteri yang bertanggung jawab di bidang jalan untuk jalan nasional, Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia untuk jalan nasional, provinsi, kabupatenkota dan desa, gubernur untuk jalan provinsi, bupati untuk jalan kabupaten dan jalan desa,
dan walikota untuk jalan kota.
Universitas Sumatera Utara
156
Gambar. Status Jalan Menunjukkan Menunjukkan siapa yang
berwewenang pada jalanTersebut Pada unit ini secara jelas kita melihat bagaimana kewenangan daerah
dalam rangka menjalankan fungsinya sesuai dengan yang ditentukan dalam Undang-undang UU No 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Dalam
pengerjaan ini tentunya dibutuhkan kordinasi yang tepat agar tercipta suatu program yang bersifat saling mendukung untuk mencapai tujuan kebijakan secara
maksimal. Usaha manajemen dan rekayasa yang dikerjakan di semua jalan harus bersifat saling melengkapi.
Berdasarkan isi peraturan ini telah dijelasakan bahwa sejumlah jalan yang ada di kota Medan itu artinya tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawap dari
pemerintah Kota Medan sehingga pengerjaan manajemen dan rekayasa dibagi sesuai dengan status yang dimiliki oleh jalan tersebut.
Kedua Analisis dampak lalu lintas adalah serangkaian usaha dalam bentuk analisis terhadap aktivitas yang berhubungan dengan aktivitas lalu lintas di
jalanan. Hal ini wajib dilakukan dalam setiap rencana pembangunan pusat
Universitas Sumatera Utara
157
kegiatan, permukiman, dan infrastruktur yang akan menimbulkan gangguan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan.
Analisis dampak lalu lintas paling sedikit memuat: a.
analisis bangkitan dan tarikan lalu lintas dan angkutan jalan; b.
simulasi kinerja lalu lintas tanpa dan dengan adanya pengembanga c.
rekomendasi dan rencana implementasi penanganan dampak; d.
tanggung jawab pemerintah dan pengembang atau pembangun dalampenanganan dampak; dan
e. rencana pemantauan dan evaluasi.
Menurut kepala bidang perencanaan Dinas Perhubungan statemen dasar dari perlunya analisis dampak lalu lintas sebagai upaya untuk memaksimalkan apa
yang dikerjakan di dalam manajemen dan rekayasa lalu lintas. Adapun dasar perlunya dilakukan analisis dampak lalu lintas hal ini didasarkan bahwa
kepemilikan status kepemilikan jalan yang ada di seluruh kota Medan ini adalah adalah milik pemerintah yang dimana diperuntukkan untuk masyarakat secara
umum, tanpa ada perbedaan hak didalam penggunaannya. Oleh karenanya ketika para pengembang melakukan pembangunan harus ada pertimbangan dengan
kepentingan masyarakat secara umum terkhusus jika sudah jika berdampak pada penggunaan jalan maka hal yang harus dipertimbangkan dampak bagi
kenyamanan dan kelancaran dalam berlalalu lintas. Berdasarkan penjelasan tersebut bisa kita lihat analisis dampak lalu lintas adalah Sesuatu yang sangat
penting di kerjakan mengingat bahwa tujuan kebijakan ini adalah untuk menciptakan kenyamanan dalam berlalu lintas.
Universitas Sumatera Utara
158
Sebagai konsekuensi dengan adanya kebijakan ini tentunya akan berpengaruh pada bagaimana ijin mendirikan bangunan. Berdasarkan wawancara
dengan nara sumber penulis beliau mengatakan bahwa “analisis dampak lalu lintas adalah keharusan bagi para pengembang,
karena dengan kegiatan yang dilakukan pengembang banyak masyarakat yang tergangggu dalam hal berlalu lintas. dengan fungsi yang dimiliki oleh
Dinas Perhubungan kota Medan sebagai rekomendasi dalam hal analisis dampak lalu lintas maka surat rekomendasi itu menjadi salah satu syarat
bagi pengembang untuk menjalankan pembangunannnya” Sumber: Wawancara dengan salah satu pegawai DISHUB Medan bidang lalu
lintas, Nikmal F. lubis , Senin 23 Juli 2011
Dengan penjelasan bisa kita simpulkan bahwa untuk ijin membangun bagi para pengembang adalah menjadi suatu keharusan dalam melakukan analisis dampak
lalu lintas.
Gambar. Kegiatan pembangunan yang di wajibkan untuk melakukan analisis dampak lalu Lintas
Didalam kebijakan ini juga di tentukan bahwa dalam hal analisis dampak lalu lintas maka rekomendasi persetujuan dokumen analisis dikerjakan sesuai
dengan kewenangan status jalan. Namun yang terjadi sebenarnya dalam rekomendasi analisis dampak lalu lintas untuk daerah kota Medan semuanya
dikerjakan oleh Dinas Perhubungan Kota Medan baik yang menyangkut jalan
Universitas Sumatera Utara
159
nasional maupun jalan provinsi. Hal ini ini didasarkan karena kementrian perhubungan dan pemerintah pada tingkat provinsi tidak ada mengerjakan analisis
dampak lalu lintas. analisis dampak lalu lintas ada di tugas pokok dan fungsi dari Dinas Perhubungan kota Medan.
Ketiga manajemen kebutuhan lalu lintas serangkaian usaha dalam bentuk pengaturan terhadap jalan dan semua yang berhubungan dengan jalan yang
dilaksanakan dengan sasaran meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan ruang lalu lintas dan mengendalikan pergerakan lalu lintas. Peningkatkan efisiensi
dan efektivitas penggunaan ruang lalu lintas dilakukan dengan membandingkan antara manfaat dan dampak terhadap penggunaan ruang lalu lintas, misalnya
penghematan penggunaan bahan bakar, kualitas dan daya dukung lingkungan, serta daya dukung lalu lintas dan angkutan.
Manajemen kebutuhan lalu lintas dilakukan secara simultan dan terintegrasi melalui beberapa strategi antara lain dengan memberikan pilihan dan
menyiapkan fasilitas penggunaan kendaraan umum sebagai pengganti kendaraan perseorangan, mendorong serta memfasilitasi penggunaan angkutan umum dan
kendaraan yang ramah lingkungan, serta mendorong dan memfasilitasi perencanaan terpadu antara tata ruang dan transportasi.
Adapun pelaksanaan dari manajemen kebutuhan lalu lintas dilaksanakan dengan cara pembatasan lalu lintas kendaraan perseorangan pada koridor atau
kawasan tertentu pada waktu tertentu meliputi pembatasan lalu lintas kendaraan barang, pembatasan lalu lintas sepeda motor, pembatasan ruang parkir pada
kawasan tertentu dengan batasan ruang parkir maksimal, danatau pembatasan lalu lintas kendaraan tidak bermotor umum. Pembatasan lalu lintas kendaraan
Universitas Sumatera Utara
160
perseorangan dan kendaraan barang dapat dikenai retribusi pengendalian lalu lintas. Retribusi pengendalian lalu lintas dilakukan dengan kriteria tertentu dengan
tetap memperhatikan kualitas lingkungan. Jika dilihat bagaiamana pengerjaan peraturan pemerintah ini akan
dipengaruhi oleh bagaimana pemerintah daerah dalam rangka memandang rencana desain tata ruang kota itu sendiri kedepannya. Dalam hal bisa kita lihat
untuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Medan 2011-2015. Rencana Pembangunan jangka Menengah Daerah Kota Medan tahun 2011-2015
pada BAB IV mengenai Strategi dan Arah kebijakan pada bagian strategi struktur ruang. Dalam BAB ini telah ditetapkan Strategi pengembangan transportasi
dalam bentuk 4 kelompok, yaitu pengembangan pola jaringan jalan, hirarki jalan, aksesibilitas ke pusat pelayanan, dan prasarana transportasi.
1. Pola Jaringan Jalan
Pola jaringan jalan direncanakan untuk mengefisienkan dan memudahkan pergerakan antar bagian wilayah kota dan antara lingkungan
pemukiman dengan pusat-pusat pelayanannya. Strategi pengembangannya adalah a.
Keterpaduan jaringan jalan primer inter regional dan sekunder lokal dikembangkan melalui jaringan jalan lingkar ring road yang terdiri dari
Jalan Lingkar Dalam Inner Ring Road, Jalan Lingkar Luar Outer Ring Road dan Jalan Lingkar Kawasan Utara.
b. Menetapkan pola rencana jaringan jalan yang paling efisien dan mendukung
pergerakan internal maupun eksternal. Memperhatikan kondisi fisik alami dan pola jaringan jalan eksisting, maka pola grid sangat sesuai untuk
diterapkan pada Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
161
c. Mengembangkan jaringan jalan lingkar juga dimaksudkan sebagai
penggabungan pola grid dan radial yang polanya sudah mulai nampak saat ini walaupun belum sempurna.
d. Mengembangkan jaringan jalan baru diupayakan semaksimal mungkin
memanfaatkan jalan yang sudah ada dan mengintegrasikannya ke jaringan jalan lama.
e. Jaringan jalan kereta api yang sudah ada dihidupkan kembali dan
dipertahankan keberadaannya dengan menerapkan kawasan sempadan berupa bebas bangunan dengan jarak tertentu dari as rel, sekaligus untuk menjaga
keamanan terhadap wilayah sekitarnya. f.
Khusus untuk jaringan rel kereta api di Pusat Kota di buat tidak sebidang dengan jalan yang ada;
g. Mengembangkan jaringan jalan baru untuk mengurangi beban pada pusat
kota. h.
Membangun jaringan pejalan kaki dipusat kota. i.
Membangun jalur evakuasi bencana di kawasan yang berpotensi sebagai kawasan rawan bencana.
2. Hirarki Jalan
Pengembangan sistem transportasi harus ditunjang dengan penentuan yang jelas mengenai fungsi dan hirarki setiap ruas jalan. Berkaitan dengan hal
tersebut, strategi pengembangan yang ditempuh antara lain: a.
Penetapan dimensi jalan menurut fungsi dan hirarki jalan yang berpedoman pada UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan dan
Universitas Sumatera Utara
162
Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 1992 tentang Prasarana Jalan dan Angkutan.
b. Melakukan penataan fungsi dan hirarki jaringan jalan secara terpadu baik
jaringan jalan yang sudah ada maupun jaringan jalan yang direncanakan. Penataan fungsi jalan ini perlu dikaitkan dengan kondisi saat ini, rencana
pengembangan jaringan jalan dan pola tata ruang di masa mendatang. c.
Pengembangan jaringan jalan akan meningkatkan pelayanan bagi bagian wilayah Kota Medan serta akan memacu perkembangan di sekitarnya.
Untuk itu, serta sekaligus meningkatkan efisiensi pergerakan perlu dilakukan pemisahan arus antara arus menerus regional dengan arus lokal.
d. Pelayanan lalu lintas pergerakan regional dikembangkan melalui
peningkatan jaringan jalan primer. Untuk pergerakan lokal dilayani melalui pengembangan jaringan jalan sekunder. Hirarki jalan dikembangkan melalui
penataan jaringan arteri, kolektor, lokal. 3.
Aksesibilitas ke Pusat Pelayanan Realisasi pusat-pusat pelayanan sebagai tujuan normatif bagi optimalisasi
pelayanan masyarakat perlu ditunjang dengan berbagai strategi pengembangan, diantaranya adalah:
a. Untuk mendukung berfungsinya pusat-pusat pelayanan permukiman perlu
adanya peningkatan daya hubung antar bagian wilayah kota yang membentuk suatu pola yang terpadu.
b. Meningkatkan kemudahan pergerakan antar kawasan, terutama dari
perumahan ke tempat kerja, sekolah dan fasilitas umum lainnya.
Universitas Sumatera Utara
163
c. Pembangunan jalan baru maupun peningkatan jalan lama tetap
memprioritaskan arahan pusat pelayanan dan pengembangan dengan pertimbangan volume lalu lintas dan pola jaringan jalan eksisting.
4. Prasarana dan Sarana Transportasi
Hal yang tidak kalah pentingnya dalam penataan dan pengembangan sistem transportasi adalah prasarana dan sarana transportasi sebagai pendukung
keberhasilan sistem keseluruhan. Untuk itu strategi pengembangan yang akan ditempuh meliputi:
a. Meningkatkan prasarana transportasi dengan memperbaiki dan melengkapi
prasarana utama dan pendukung. b.
Efisiensi pergerakan dilakukan dengan membatasi wilayah operasi tiap moda angkutan umum sesuai dengan karakteristiknya. Pada gilirannya hal ini
akan mengoptimasi potensi masing-masing moda dan memberi kemudahan bagi masyarakat dengan kemudahan alternatif dalam memilih moda angkutan.
c. Penyempurnaan terminal penumpang regional yang melayani bus dan
angkutan kota. d.
Mengintegrasikan terminal dan stasiun kereta api angkutan massal dengan pusat perdagangan, jasa dan pusat-pusat permukiman.
e. Mempertahankan stasiun kereta api yang ada sebagai terminal penumpang dan
mengembangkan stasiun baru untuk bongkar muat barang yang lokasinya terintegrasi dengan terminal bus, terminal peti kemas dry port, terminal
barang dan kawasan pergudangan di bagian Utara kota Kecamatan Medan Labuhan dan Belawan.
Universitas Sumatera Utara
164
f. Pengembangan sistem sarana transportasi massal untuk mendukung Kota
Medan sebagai Kota Metropolitan, yang meliputi bus line, busway, monorail, LRT atau heavy rail.
g. Pengembangan pelabuhan Belawan sebagai pelabuhan hub internasional.
h. Pengembangan pelabuhan penumpang TOD yang terintegrasi dengan stasiun
kereta api dan pergudangan, pelabuhan laut peti kemas internasional, kawasan industri, pergudangan dan ekspedisi, Export Processing Zone EPZ dan pusat
permukiman. i.
Pengembangan kawasan eks Bandara Polonia sebagai Central Business Distrik CBD.
j. Penyediaan lahan parkir dengan mengkaitkan melalui permohonan Ijin
Mendirikan Bangunan IMB. Untuk setiap jenis penggunaan bangunan dikenakan persyaratan luas parkir tertentu, terutama untuk kawasan pusat
kota. k.
Pengembangan sistem parkir di luar jalan off street parking dan pengaturan serta pembatasan parkir tepi jalan on street parking.
Namun berdasarkan wawancara dengan kepala bidang perencanaan pembangunan Dinas Perhubungan diketahui bahwa dalam rangka pelaksanaan
kebijakan ini setiap daerah diharapkan sudah menuntaskan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis JUKLAK dan JUKNIS dari kebijakan ini paling lambat dua
tahun setelah kebijakan ini keluar. Tetapi untuk kota Medan sendiri sampai saat ini belum ada satupun kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah kota
Medan sehubungan dengan peraturan pemerintah ini. Adapun alasannya tidak terselesaikannya juklak dan juknis dari kebijakan ini disebabkan beberapa alasan.
Universitas Sumatera Utara
165
Pertama dalam rangka pengerjaan kebijakan ini tergantung kebutuhan keadaan dari daerah yang bersangkutan. Ketika kebijakan ini dikerjakan sulit
untuk membuat standar yang akan di susun dalam bentuk susunan kata-kata baik berupa peraturan daerah atau dokumentasi lainnnya seperti cetak biru. Keadaan
yang berubah-ubah akan mempersulit pengerjaaan dari kebijakan ini apabila sudah dibuat kedalam susunan kata-kata berupa peraturan daerah. Karena standar
hari ini kemungkinan tidak cocok dengan standar dihari yang akan datang. Seperti yang dijelasakan oleh nara sumber peneliti
“dalam pengerjaan kebijakan ini ketika kami butuhkan langsung saja kami terjemahkan terhadap keadaan dilapangan. Pihak Dinas Perhubungan kota
Medan akan mengerjakan kebijakan dengan berbagai cara yang dianggap tepat pada saat tersebut dengan pertimbangan bisa mencapai sasaran yang
telah ditentukan didalam peraturan pemerintah tersebut. Seperti contoh ketika ada kegiatan pertuman APEC di Kota Medan maka dalam rangka
rekayasa dan manajemen lalu lintas pihak Dinas Perhubungan langsung saja mengatur pola lalu lintas dimana kegiatan tersebut berlangsung sesuai
dengan perhitungan yang efektif oleh Dinas Perhubungan” Sumber: Wawancara dengan Kabid perencanaa Dinas Perhubungan, S Hasibuan,
jumat 12 Juli 2013 Hal ini sesuai dengan pernyataan dari pendapat ahli Van Meter dan Van
Horn
34
34
Budi winarno. 2004. Teori dan Proses Kebijakan public.Media Presindo: Yogjakarta Hal 110
dimana beliau mengatakan bahwa alasan kesulitan dari implementor untuk mengidentifikasi dan mengukur pencapaian suatu program karena akibat dari
kekaburan-kekaburan dan kontradiksi dalam pernyataan-pernyataan dan ukuran dasar dan tujuan. Kadangkala menurut ahli ini kejadian ini sengaja diciptakan oleh
pembuat keputusan agar dapat menjamin tanggapan positif dari orang-orang yang diserahi tanggung jawab implementasi pada tingkat-tingkat organisasi yang lain
atau system penyampaian kebijakan. Demikian juga dengan peraturan pemerintah ini menurut prediksi penulis sendiri bahwa lahirnya kebijakan ini diputuskan oleh
Universitas Sumatera Utara
166
pemerintah pusat tidak lain hal yang diharapkan adalah adanya respon yang positif dari pemerintah daerah dalam hal ini khusus pemerintah Kota Medan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dari kebijakan yang lebih tinggi yaitu Undang-undang UU Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan
jalan. Karena jika kita melihat isi dari peraturan ini standar yang ditetapkan tidak ada patokan yang jelas. Namun kita hanya melihat bagaimana dengan lahirnya
kebijakan hanya untuk menjamin bahwa kebijakan lalu lintas dan angkutan jalan sesuai prosedur dalam system penyampaian kebijakan. Seperti yang kita ketahui
bahwa di Indonesia sendiri Undang-Undang harus disampaikan dengan penjelasan yang lebih spesifik yaitu Peraturan Pemerintah.
Kedua dalam rangka implementasi kebijakan ini menyangkut banyak hal dan bersifat luas dan kompleks sehingga penangung jawab dari kebijakan ini
melibatkan lembaga pemerintah lebih dari satu dengan nota bane secara struktur tingkatan setiap lembaga pemerintah yang terlibat mempunyai kedudukan yang
sama. Dalam hal ini seperti yang di temukan oleh peneliti dalam rangka mengerjakan kebijakan ini harus melibatkan beberapa dinas yang berbeda kota
Medan diantaranya Dinas Perhubungan, dinas binamarga, Dinas Perencanaan Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan. Dengan keterlibatan banyak dinas ini
tentunya pertanggungjawaban dari pelaksanaan kebijakan ini tidak bisa diserahkan kepada satu dinas saja melainkan ke semua dinas yang terlibat. Jika
dihubungkan lagi dengan nilai yang di miliki oleh setiap oleh pelaksana kebijakan berbeda tentunya akan mempersulit kesatuan pemahaman setiap pelaksana
kebijakan. Seperti diawal telah kita jelaskan suatu kebijakan akan berhasil apabila
Universitas Sumatera Utara
167
setiap agen pelaksana memiliki pemahaman dan kesepakatan yang sama akan standard dan tujuan yang akan dicapai dari kebijakan
Ketiga adanya anggapan bahwa kebijakan ini seharusnya tidak perlu dibuat kedalam peraturan pemerintah dengan alasan hanya menambah pekerjaan
pemerintah daerah. Karena sebelumpun pemerintah pusat membuat kebijakan ini pemerintah daerah dengan wewenang yang telah ditentukan dalam UU pemerintah
daerah sudah membuat kebijakan mengenai lalu lintas sesuai dengan kebutuhan daerah. Namun dengan lahirnya peraturan pemerintah ini memaksa daerah untuk
mengatur ulang kebijakan yang sudah ada sehingga menimbulkan tambahan beban pekerjaan pemerintah daerah.
Selain beberapa kendala diatas yang mempersulit pemerintah kota Medan dalam rangka membuat JUKLAK dan JUKNIS penulis juga menemukan suatu
pandangan baru yang mendukung bahwa peraturan daerah ini adalah sesuatu yag sangat sulit untuk dimplementasikan secara maksimal khusus di kota Medan. Hal
ini didasarkan pandangan dibahwah ini. Pertama Jika melihat sistem pembangunan Indonesia yang tertuang pada
Undang-Undang nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dijelaskan bahwa kebijakan yang dibuat daerah pada dasarnya harus
mengacu pada kebijakan yang dibuat oleh pusat. Oleh karenanya tanpa terkecuali dalam rangka implementasi peraturan ini pun pemerintah kota Medan harus
mengacu pada pada kebijakan yang di buat oleh pusat. Adapun salah satu pertimbangan pemerintah daerah dalam rangka pengimplementasian kebijakan ini
di kota Medan juga didasarkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Indonesia tahun 2010-2014 yang dimuat dalam Peraturan Presiden
Universitas Sumatera Utara
168
Nomor 5 tahun 2010. Didalam kebijakan ini tepatnya pada pada Bab IV kebijakan pembangunan nasional 2010-2014 dikatakan bahwa salah satu agenda prioritas
pembangunan nasional tepatnya pada prioritas ke 6 yaitu pada bidang infrastruktur untuk Perbaikan sistem dan jaringan transportasi di 4 kota besar
Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan sesuai dengan Cetak Biru Transportasi Perkotaan, termasuk penyelesaian pembangunan angkutan kereta listrik di Jakarta
MRT dan Monorail selambat-lambatnya 2014. Berdasarkan penjelasan tersebut bisa kita lihat bahwa dalam rangka
implementasi kebijakan Peraturan Pemerintah PP Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Manajemen Dan Rekayasa, Analisis Dampak, Serta Manajemen
Kebutuhan Lalu Lintas harus didasarkan pada cetak biru transportasi perkotaan yang telah ditetapkan. Pengerjaan dari kebijakan ini harus sesuai dengan standard,
sasaran, dan tujuan yang telah ditetapkan oleh cetak biru transpotasi perkotaan. Hal ini berarti Dinas Perhubungan selaku pelaksana kebijakan ini harus memiliki
pandangan yang sama dengan kementrian perhubungan. Karena kementrian perhubunganlah yang memutuskan cetak biru. Sementara dalam proses pembuatan
cetak biru itu sendiri sampel dari penelitiannya hanya di pulau jawa yang tentunya memiliki karakteristik yang beda dengan sumatera.
Kedua mengingat bahwa urusan Lalu Lintas dan angkutan jalan juga diurusi oleh pemerintah pusat hal ini dibuktikan dengan adanya kementrian
perhubungan dan kementrian Pembangunan Umum pemerintah daerah tidak bisa berbuat banyak kecuali mengikuti apa yang diperintahkan oleh pusat. Dengan
berbagai kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah pusat Pemerintah Kota Medan hanya mengikuti intruksi yang dibuat oleh pusat yang diwakili oleh mentri
Universitas Sumatera Utara
169
perhubungan. Pembagian kewenangan antara pusat dan daerah yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah PP Nomor 38 tahun 2007 dimana dikatakan bahwa
urusan perhubungan mejadi urusan pemerintah daerah tidak bisa Dinas Perhubungan daerah dalam hal ini Dinas Perhubungan Kota Medan secara utuh
berperan aktif. Karena bagaimana pun dengan adanya tingkat pemerintah mulai dari pusat, provinsi sampai kabupatenKota itu artinya alur perencanaan
pembangunan juga harus mengacu pada urutan tingkatan tersebut. Dalam hal ini inisiatif pemerintah daerah kota Medan dalam melaksanakan kebijakan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 tahun 2011 ini sangat minim karena harus mengacu pada rencana yang ditentukan dalam kebijakan yang dibuat oleh pemerintah Provinsi
Sumatera Utara dan kebijakan yang dibuat oleh Kementrian Perhubungan. Berdasarkan wawancara dengan pegawai dinas perhubungan dikatakan
bahwa “Otonomi daerah yang di muat dalam Undang-undang Nomor 32 Tentang
Pemerintahan daerah sifatnya sangat gantung. Karena apa yang djelaskan didalam UU tersebut mengatakan bahwa semua bidang diserahkan kepada
daerah kecuali apa yang menjadi urusan pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi,moneter dan fiskal nasional, serta agama.
Namun faktanya pemerintah kita masih membentuk kementrian diluar dari kewenangan yang dimiliki oleh pusat tersebut contohnya saja kementrian
perhubungan dengan berbagai direktorat yang dibawahnya. Dan kementrian ini memiliki kewenangan yang harus dituruti oleh oleh
lembaga daerah seperti dinas yang memiliki tugas pokok dan fungsi yang sama seperti dinas pehubungan dengan kementrian perhubungan.
Keberadaan dinas daerah dengan tugas pokok dan fungsi yang dimilikinya seolah-olah berperan dalam otonomi daerah hanya berperan sebagai tugas
perbantuan saja.” Sumber: Wawancara dengan salah satu pegawai Dinas Perhubungan,
Herpin napitupulu, kamis18 Juli 2013 Berdasarkan wawancara diatas jika kita melihat implementasi dari
peraturan lalu lintas ini dalam hal ini Dinas Perhubungan tidak bida berbuat banyak dan maksimal. Inisiatif daerah yang ditekankan dalam UU pemerintahan
Universitas Sumatera Utara
170
daerah tidak bisa direalisasikan. Sementara itu yang paling mengerti kebutuhan daerah tentunya pemerintah daerah yang bersangkutan. Tetapi dalam hal ini
implementasi Implementasi kebijakan Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2011 tentang Manajemen Dan Rekayasa, Analisis Dampak, Serta Manajemen
Kebutuhan Lalu Lintas pemerintah kota Medan hanya berperan dalam hal tuga perbantuan saja. Karena Pemerintah kota Medan dalam hal ini Dinas Perhubungan
hanya mengerjakan apa yang telah direncanakan oleh pemerintah pusat melalui kebijakan yang dibuat oleh Menteri Perhubungan.
Sebenarnya dalam Peraturan ini dikatakan bahwa pembagian kewenangan jalan sesuai dengan statusnya, apabila jalan nasional di urusi oleh kementrian
Yang berhubungan dengan jalan dan lalu lintas, jalan provinsi tanggung jawab gubernur, dan jalan kabupatenkota dan desa tanggung jawab dari walikotabupati
namun faktanya bahwa lalu lintas itu harus dibuat dalam satu kesatuan yang utuh didalam suatu daerah. Bisa kita lihat bahwa keadaan lalu lintas yang dijalan
nasional akan berpengaruh terhadap jalan provinsi dan jalan kota pada daerah tertentu dalam hal ini daerah kota Medan. Apabila kebijakannya dipisah-pisahkan
akan sangat tidak efektif.
B. Sumber Daya
Sumber daya merupakan faktor yang penting dalam implementasi kebijakan. Tanpa sumber daya cukup implementasi tidak akan bisa tercapai.
Perhitungan sumber daya menjadi bagian yang penting dalam implemetasi.Sumber daya itu sendiri bisa berupa sumber daya materil dan non
materil. Sumber daya materil berupa dana dan peralatan yang akan dipakai. Sementara sumber daya non materil meliputi: staf atau personil yang memadai
Universitas Sumatera Utara
171
serta keahlian-keahlian yang baik untuk melaksanakan tugas-tugas mereka, wewenang dan fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk menterjemahkan usul-usul
di atas kertas guna melaksanakan pelayanan-pelayanan publik, serta informasi mengenai program atau kebijakan yang akan diimplementasikan.
Bukan hanya isi sebuah kebijakan dikomunikasikan secara jelas, sumber daya juga harus tetap dipersiapkan karena mempengaruhi pelaksanaan kebijakan
itu sendiri. sumber-sumber dalam implementasi kebijakan memegang peranan penting, karena implementasi kebijakan tidak akan efektif bilamana sumber-
sumber pendukungnya tidak tersedia. Yang termasuk sumber-sumber dimaksud adalah :
2. staf yang relatif cukup jumlahnya dan mempunyai keahlian dan keterampilan
untuk melaksanakan kebijakan 3.
jumlah anggran yang dialokasikan 4.
informasi yang memadai atau relevan untuk keperluan implementasi 5.
dukungan dari lingkungan untuk mensukseskan implementasi kebijakan 6.
wewenang yang dimiliki implementor untuk melaksanakan kebijakan. Oleh karenanya perlu dilihat bagaimana keberadaan sumber daya yang di
alokasikan dalam rangka implementasi Peraturan pemerintah Nomor 32 tahun 2011 tentang manajemen dan rekayasa lalu lintas, analisis dampak dan
manajemen kebutuhan lalu lintas. Adapun kebijakan ini seperti yang dijelaskan pada bagian sebelumnya
adalah kebijakan yang dibuat oleh pusat yang dikerjakan oleh seluruh tingkatan pemerintah termasuk tingkatan pemerintah daerah Kabupatenkota sesuia dengan
kewenangan yang ada. Oleh karenanya perlu kita lihat bagaimana gambaran
Universitas Sumatera Utara
172
pengalokasian sumber daya untuk melaksanakan kebijakan ini. berikut ini kita akan melihat keberadaan sumber daya dalam rangka implementasi peraturan
pemerintah Nomor 32 tahun 2011 tentang manajemen dan rekayasa lalu lintas, analisis dampak dan manajemen kebutuhan lalu lintas.
Adapun gambaran implementasi kebijakan ini bisa kita lihat melalui apa yang dikerjakan oleh pemerintah kota melalui penjelasan Visi Misi pemerintah
Kota medan yang tertuang dalam RPJMD Kota Medan 2011-2015. Secara khusus gambaran implementasi kebijakan ini bisa kita lihat pada penjelasan misi yang
kedua yaitu Meningkatkan penataan prasarana dan sarana perkotaan yang serasi dan seimbang untuk semua kawasan kota. Hal ini sesuai dengan apa yang
dijelaskan oleh kepala sub Bidang Perencanaan dinas Perhubungan Kota Medan Amik Hasibuan dikatakan bahwa
“Gambaran implementasi setiap Undang-undang atau peraturan yang bersifat sektoral di setiap daerah itu dapat dilihat melalui melalui visi misi
dari setiap daeah yang bersangkutan. Bagaiamana gambaran komitmen suatu daerah dalam rangka implementasi peraturan yang yang bersifat
sektoral dipengaruhi oleh visi misi kepala daerah yang terpilih. Dari gambaran visi ini akan terlihat yang mana pioritas untuk di kerjakan oleh
pemerintah daerah. Terkhusus dalam rangka implementasi peraturan ini gambaran pengerjaaan dapat lebih jelas dilihat pada penjelasan misi kedua
RPJMD kota Medan 2011-2013.”wawancara dengan Kepala Sub Bagian Perencanaan Dinas Perhubungan Kota Medan Amik hasibuan
Dengan mempertimbangkan keterangan diatas maka dapat kita lihat jumlah anggaran yang dialokasikan dalam rangka mendukung pencapaian tujuan dari
kebijakan ini oleh pemerintah daerah kota medan pada tahun 2013 bisa kita lihat pada rincian Tabel berikut
Universitas Sumatera Utara
173
Tabel 24: Rincian Anggaran Pendapatan Belanja Daerah yang dialokasikan Dalam Rangka Implementasi Kebijakan Lalu Lintas
NO Nama Kegiatan SKPD
Penanggunga jawab
Jumalah APBD yang dialokasikan
1 Program pembangunan
jalan dan jembatan Dinas Bina
Marga Rp 54.947.300.000,00
2 Program
rehabilitasi pemeliharaan jalan dan
jembatan Dinas bina
Marga Rp 109.094.200.000,00
3 Rehabilitasi dan
pemeliharaan sarana Lalu lintas dan angkutan jalan
Dinas Perhubungan
Rp 17.438.166.340,00
4 Pembangunan sarana dan
prasarana perhubungan Dinas
Perhubungan Rp 968.000.000,00
5 Program peningkatan
pelayanan angkutan Dinas
Perhubungan Rp 816.000.000,00
6 Program pengendalian dan
pengamanan lalu lintas Dinas
Perhubungan Rp 54. 792.551.000,00
7 Program perencanaan tata
ruang Dinas tat ruang
Dan Tata bangunan
Rp
3.770.000.000,00
8 Program Pemanfaatan
Ruang Dinas tat ruang
Dan Tata bangunan
Rp
1.602.040.000, 00
Sumber: data berdasarkan Dokumentasi wawancara peneliti dengan nara sumber dan Penjelasan rencana Strategi dinas yang terkait.
Adapun sejumlah anggaran diatas berdasarkan keterangan Narasumber penulis dirasakan masih sangat kurang memadai. Hal ini disebabkan karena
sejumlah anggaran yang tertuang diatas pada dasarnya tidak sesuai dengan yang targetkan. Sejumlah dana yang terealisasi diatas ditetapkan berdasarkan
kemampuan dari sumber pendanaan pemerintah daerah dalam rangka memenuhi prioritas pembangunan berdasarkan visi misi daerah. Oleh karenanya dengan
sejumlah anggaran diatas menurut nara sumber peneliti sangat tidak maksimal untuk mencapai apa yang telah ditetapkan dalam kebijakan. Hal ini senada
dengan apa yang di jelaskan oleh salah satu Pegawai dinas Bina marga Nirmaya Siahaan
Universitas Sumatera Utara
174
“ dalam periode tahun ini pemerintah kota Medan tidak Ada menargetkan sejumlah perpanjangan dan perluasan rua jalan. Namun seperti yang kita
ketahui kebutuhan akan panjang dan luas ruas jalan semakin tinggi. Hal ini dapat di buktikan denga semakin banyaknya jumlah kendaraan di Kota
medan” Wawncara dengan salah satu Pegawai Bagian Umum Dinas marga Nirmaya siahaan
Adapun penjelasan narasumber diatas dapat kita lihat melalui melalui pola dan kecenderungan tabel diatas.
Adapun fakta diatas terjadi seperti penjelasan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Medan dikatakan akibat dari ketidakmampuan dari
pemerintah kota medan dalam menggali sumber dana untuk membiayai program pembangunan daerah.
Selanjutnya adapun sumber daya yang diperlukan dalam pelaksanaan kebijakan ini adalah dukungan sumber daya informasi berupa dukungan kerangka
studi, instrumen analisis dan studi lapangan. Namun seperti yang dijelaskan oleh Rencana Pembangunan Kota medan pada bagian sebelumya dikatakan bahwa
ketersedian informasi berupa dukungan kerangka studi, instrument analisis dan studi lapangan masih kurang memadai. Seperti yang dijelaskan oleh Herpin
napitulu bahwa sampai saat ini dalam rangka kebijakan lalu lintas di kota medan belum ada kerangka studi yang bersifat menyeluruh di daerah kota medan.
Adapun kerangka studi dalam bidang lalu lintas yang di miliki oleh kota hanya bersifat perlokasi saja misalnya pada jalan tertentu. Dengan kerangka studi yang
bersifat lokasi tersebut tidak mungkin dipakai karna yang dibutuhkan adalah kerangka studi dengan analisis yang bersifat menyeluruh dalam sauatu daerah.
Adapun kerangka studi yang bersifat lokasi pada dasarnya seringa mengabaiakan kondisi pada lokasi yang lain.
Universitas Sumatera Utara
175
Berbicara mengenai keberadaan sumber daya salah satu juga menyangkut keberadaan personil atau sering disebut sumber daya manusia. Adapun personil
yang dibutuhkan dalam kebijakan ini lebih dilihat dari sisi kualitas pastinya orang- orang yang kompeten dalam menerapkan standar-stantar yang ditetapakan oleh
tujuan kebijakan. Sampai saat ini dalam perencanaan pembanguna di seluruh kota Medan pada dasarnya masih memakai jasa-jasa para konsultan termasuk pada
dalam bidang lalu lintas. Adapun jasa konsultan yang dibutuhkan antara lain konsultan tata ruang, konsultan perncanaan jalan dan konsultan perencanaan
transportasi dan lalu lintas. Oleh karenanya keberadaan anggaran sangat berpengaruh dengan perencanan pembangunan termasuk dalam implementasi
kebijakan yang bersangkutan. Mengingat bahwa anggaran juga terbatas maka peran para konsultan juga menjadi terbatas.
Sementara itu keberadaan para pegawai dan staf yang ada di setiap SKPD yang terkait lebih kepada pelaksana apa yang telah di tetapkan dalam program
implementasi kebijakan sesuai dengan fungsi dan kewenangan yang dipercayakan kepada setiap pegawai. Sampai saat ini secara kuantitas keberadaan personil
dalam implementasi dirasakan sangat cukup. Hanya saja kompetensi yang diharapkan sangan minim adapun penyebabnya karena latar belakang pendidikan
dari setiap personil tidak sesuai dengan beban yang di tanggungkan. Kebanyakan personil bekerja dengan menunggu intruksi dari atasan tanpa ada inisiatif. Hal ini
memang terjadi tidak hanya karena latar belakang pendidikan tetapi juga karena pola birokrasi yang bersifat top down.
Mengingat bahwa peraturan pemerintah nomor 32 Tahun 2011 tentang manajemen dan rekayasa lalu lintas, analisi dampak dan manajemen kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
176
lalu lintas adalah peraturan yang bersifat sektoral batasan kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah tentunya disesuaikan dengan semangat otonomi daerah.
Dan gambaran kewenang yang dimiliki oleh pemerintah daerah dirasakan sangat tidak memadai karena dabatasi oleh kewenang pemerintah pada tingkatan yang
berbeda. Kewenangan yang ada sangat jauh dari yang diharapkan untuk mencapai tujuan kebijakan. Gambaran keberadaan kewenangan ini secar jelas bisa dilihat
berdasarkan disposisi implementor pada bagian selanjutnya.
C. Disposisi Implementor Kecenderungan Pelaksana
Disposisi adalah berkaitan dengan bagaimana sikap implementor dalam mendukung suatu implementasi kebijakan. Seringkali para implementor bersedia
untuk mengambil insiatif dalam rangka mencapai kebijakan, tergantung dengan sejauh mana wewenang yang dimilikinya. Disposisi merupakan watak dan
karakter para implementor seperti komitmen, kejujuran dan sifat demokratis. Apabila disposisi para agen pelaksana baik maka kebijakan pun akan
dilaksanakan dengan baik. Pemahaman pelaksana tentang tujuan umum maupun ukuran-ukuran dasar
dan tujuan-tujuan kebijakan merupakan satu hal yang penting. Implemenasi kebijakan yang berhasil harus diikuti oleh kesadaran terhadap kebijakan tersebut
secara menyeluruh. Hal ini berarti bahwa kegagalan suatu implementasi kebijakan sering diakibatkan oleh ketidaktaatan para pelaksana terhadap kebijakan. Dalam
kondisi seperti inilah individu memegang peranan. Dalam keadaan ketidaksesuaian kognitif ,individu mungkin akan berusaha menyeimbangkan
pesan yang tidak menyenangkan dengan persepsinya tentang apa yang merupakan keputusan kebijakan.
Universitas Sumatera Utara
177
Arah kecenderungan-kecenderungan pelaksana terhadap ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan juga merupakan suatu hal yang sangat penting. Para
pelaksana mungkin gagal melaksanakan kebijakan dengan tapat karena menolak tujuan- tujuan yang terkandung dalam kebijakan-kebijakan tersebut. Dan begitu
sebaliknya penerimaan terhadap ukuran-ukuran dasar dan tujuan kebijakan yang diterima secara luas oleh para pelaksana kebijakan akan menjadi pendorong bagi
implementasi kebijakan yang berhasil. Menurut van meter horn
35
Disposisi implementor ini juga berkenaan dengan kesediaan dari implementor untuk melaksanakan manajemen dan rekayasa, analisis dampak,
serta manajemen kebutuhan lalu lintas sesuai yang diatur pada Peraturan Pemerintah PP Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Manajemen Dan Rekayasa,
Analisis Dampak, Serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas. Mebelum kita melihat bagaimana disposisis implementor dalam kebijakan ini ada baiknya kita
lihat gamabaran dari implementor itu sendiri. Jika kita kembali pada penjelasan awal mengingat bahwa penelitian ini dilakukan di Kota Meda maka implementor
dalam hal ini adalah pemerintah Kota Medan. Pemerintah Kota medan dalam hal ini tentunya tidak semua satuan Kerja Perangkat daerah SKPD menjadi objek dari
penelitian ini. Adapaun yang menjadi objek penelitian seperti yang dijelaskan dalam metode penelitian adalah satuan kerja perangkat daerah yang memiliki
adapun alasan implementor menolak tujuan kebijakan karena tujuan-tujuan kebijakan yang
sebelumnya mungkin bertentangan dengan system nilai pribadi-pribadi pelaksana. Kesetian-kesetian ekstra organisasi, perasaan akan kepentingan diri sendiri atau
karena hubungan yang ada dan yang lebih disenangi.
35
Budi winarno. 2004. Teori dan Proses Kebijakan public.Media Presindo: Yogjakarta Hal 118s
Universitas Sumatera Utara
178
tugas pokok dan fungsi yang berhubungan dalam hal angkutan jalan dan lalu lintas. adapun SKPD yang tersebut diketahui penulis berdasarkan penjelasan
Rencana Pembangunan jangka Menengah Kota Medan 2011-2015 terkhusus pada Bab 8 yaitu indikasi program dan kebutuhan Pendanaan pada penjelasan misi
kedua pemerintah kota medan. Adapun SKPD tersebut seperti yang dijelasakan pada pada gambaran lokasi penelitian adalah Dinas Perhubungan, Dinas Bina
Marga, dan dinas tata ruang dan Tata Bangunan Kota Medan. Oleh karenanya gambaran disposisi yang akan dijelaskan pada tulisan ini didasarkan pada
tanggapan dari pihak dinas yang telah dipilih oleh penulis sendiri berdasarkan pertimbangan diatas. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Dinas Perhubungan dikatakan bahwa pada dasarnya kebijakan ini adalah turunan dari Undang-Undang UU
Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dang angkutan jalan ini adalah sesuatu yang sangat baik dan sesuai dengan prosedur. Alasan baik adalah karena dengan
adanya peraturan ini semakin mempermudah Dinas Perhubungan kota Medan dalam hal memahami kebijakan mengenai lalu lintas dan angkutan jalan.
Namun disisi lain Pemerintah kota Medan dalam hal ini Dinas Perhubungan Kota Medan dalam hal pelaksanaan kebijakan ini merasa bahwa
kebijakan ini hanya menjadikan setiap daerah sebagai lembaga yang pasif saja dalam mencapai tujuan yang ditetapkan dalam peraturan. Karena dengan system
perencanaan pembangunan nasional yang ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 peran yang dimiliki oleh Dinas Perhubungan sebatas
mengikuti apa yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat melalui kebijakan kementrian yang bersangkutan. Tanpa ada inisiatif yang lebih dari pihak
Universitas Sumatera Utara
179
pemerintah kota Medan melalui Dinas Perhubungan. pandangan ini bisa kita kaji berdasarkan isi kebijakan pada pasal 1 tentang manajemen dan rekayasa lalu
lintas. Dengan adanya pembagian wewenang dalam hal manajemen dan rekayasa lalu lintas sesuai status jalan itu artinya pemerintah kota Medan melalui Dinas
Perhubungan kota Medan harus menunggu kebijakan yang dikeluarkan oleh pusat dan pemerintah provinsi Provinsi Sumatera Utara dulu baru pemerintah kota
melengkapi apa yang dirasa perlu dilengkapi dalam rangka mewujudkan tujuan dari manajemen dan rekayasa lalu lintas. Misalnya saja dalam hal pengadaan
perlengkapan petunjuk lalu lintas seperti yang dijelaskan oleh salah satu pegawai Dinas Perhubungan.
“Ketika Dinas Perhubungan merencanakan pengadaan perlengkapan jalan maka dinas kami selaku pelaksana kegiatan manajemen dan rekayasa lalu
lintas pada jajaran pemerintahan kota Medan bekerja hanya menyesuaiakan dengan apa yang dikerjakan oleh Dinas Perhubungan
Provinsi sumatera utara dan kementrian perhubungan di jalan sesuai dengan kewenangan yang ditetapkan. Ini artinya inisiatif Dinas
Perhubungan sangat minim, sementara kami dituntut untuk menangani permasalahan perhubungan yang dirumit di kota Medan, kalaupun pihak
Dinas Perhubungan mengadakan perlengakapan jalan di jalan yang berstatus di luar jalan kota itu hanya tugas perbantuan lapangan.” Sumber:
Wawancara dengan salah satu pegawai Dinas Perhubungan, Herpin napitupulu, kamis18 Juli 2013
Begitu juga yang terjadi dalam hal jalan yang dikerjakan oleh dinas marga dalam hal pengembangan jalan. Namun seperti yang dijelaskan oleh RPJMD Kota
Medan 2011-2015 dikatakan bahwa salah satu permasalahan yang di hadapi Pemerintah Kota Medan dalam mengerjakan agenda prioritas pembangunan
adalah Masih relatif rendahnya koordinasi, keterpaduan, singkronisasi dan sinergitas rencana pembangunan kota antara APBD Kota dan APBD Propinsi,
antara APBD Kota dengan APBN, antara Kota dengan KotaKabupaten lain dan antar SKPD.
Universitas Sumatera Utara
180
Dengan pandangan tersebut narasumber memberi gambaran bahwa dengan tugas dan pokok Dinas Perhubungan kota Medan yang ditetapkan itu artinya
permasalah lalu lintas yang ada di kota Medan adalah tanggung jawab dari Pemko Medan karena sesuai dengan prinsip yang di tanamkan dalam otonomi daerah
yaitu kewenangan daerah dalam mengelola pemerintahannya sendiri. Namun fakta yang terjadi kewenangan untuk menangani lalu lintas di dalam suatu deaerah
secara bulat telah dibatasi dengan adanya pembagian status jalan yaitu jalan nasional, jalan provinsi dan jalan kabupaten. Berdasarkan pandangan narasumber
mengatakan bahwa “apa yang dikerjakan oleh kementrian sifatnya adalah kebutuhan nasional,
sedangkan adapa yang dikerjakan oleh gubernur didasarkan kebutuhan pada tingkat provinsi dangan ranah analisisnya adalah sesuai dengan
wilayah kewenangan masing-masing. Namun jika kita melihat kota Medan dengan kebutuhan khusus artinya butuh analisis yang bersifat khusus
sehingga dalam penentuan kebijakan harus disesuaikan dengan kebutuhan yang khusus tersebut. Jadi seharusnya berikan kewenangan secara utuh
bagi pemerintah kota Medan dalam menangani permasalahan lalu lintas di kota Medan” Sumber: Wawancara dengan salah satu pegawai Dinas
Perhubungan, Herpin napitupulu, kamis18 Juli 2013
Tetapi dengan system ini bisa kita lihat bahwa implementasi kebijakan ini oleh dinas seolah-olah perhubungan mengerjakannnya hanya sebatas menyelesaikan
apa yang tidak bisa diselesaikan oleh pemerintah pusat dan provinsi. Bisa dikatakan bahwa Dinas Perhubungan tidak bisa berbuat secara maksimal.
Pandangan ini juga sesuai dengan pendapat ahli yang mengatakan bahwa ketika sesuatu itu lahir dari inisiatif organisasi makan organisasi tersebut akan semangat
dalam melaksanakan kebijakan tersebu dan akan maksimal dalam mencapai tujuan da taget yang telah ditetapkan.
Adapun Dinas Perhubungan dengan tugas pokok dan fungsi yang dimiliki terkadang untuk antar bidang saling berbenturan dalam hal fungsi. Untuk wilayah
Universitas Sumatera Utara
181
Dinas Perhubungan sendiri bidang yang yang mengerjakan kebijakan ini adalah bidang lalu lintas dan angkutan darat. Jika kita mengacu pada BAB IV tentang
manajemen kebutuhan lalu lintas dari peraturan pemerintah dikatakan bahwa manajemen kebutuhan lalu lintas dilaksanakan dengan cara berikut.
1. Pembatasan kendaraan perseorangan pada koridor tertentu pada waktu dan
jalan tertentu 2.
Pembatasan lintas kendaraan barang pada kawasan waktu dan jalan tertentu 3.
Pembatasan waktu dan ruang parker pada kawasan tertentu Dengan berbagai ketetapan tersebut akan terjadi dilema bagi Dinas Perhubungan
kota Medan. Hal ini dikarenakan mengingat salah satu fungsi dari Dinas Perhubungan adalah sebagai salah satu lembaga Di Pemerintahan Kota Medan
yang berperan dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dalam bidang perhubungan. Hal ini diperjelas lewat salah satu Misi Dinas Perhubungan Kota
Medan yang dijelaskan dalam Rencana Strategis Dinas Perhubungan Kota MedanPeriode 2011-2015 antara lain sebagai berikut
1. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, baik aparatur maupun
masyarakat 2.
Meningkatkan sarana prasarana penunjang ketertiban, kelancaran keamanan dan kenyamanan lalu lintas
3. Meningkatkan peran bidang perhubungan dalam mendukung pembangunan
pengembangan wilayah, pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya 4.
Meningkatan peran dalam penggalian sumber pendapatan asli daerah dan sektor perhubunga
Universitas Sumatera Utara
182
Dengan adanya penjelasan misi tersebut terkadang membuat dilema dari pihak pelaksana, karena bagaimanapun piha pemerintah kota Medan memiliki target
yang harus dipenuhi untuk Pendapatan asli daerah PAD pada tahun tertentu. Itu artinya dengan adanya beberapa pembatasan dari peraturan pemerintah ini
menandakan adanya pembatasan terhadap pemasukan pendapatan asli daerah. Sebut saja contohnya pada bidang parkir target yang akan dicapai pada dasarnya
tidak pernah tercapai bisa kita lihat berdasarkan table berikut
Tabel 25: Data Realisasi dan Target Retribusi Parkir 2005-2011
No. Tahun Anggaran
Target Rp
Realisasi Rp
1. 2005
16.902.787.000 15.721.654.200
93,01 2.
2006 16.902.787.000
15.440.964.300 91,35
3. 2007
13.034.500.000 13.275.831.950
101,17 4.
2008 14.433.886.900
14.053.081.685 97,37
5. 2009
13.885.623.900 12.827.949.500
91,67 6.
2010 16.853.306.000
13.891.477.400 80,65
7. 2011
34.094.921.300 12.372.619.800
36,29
Sumber Data : Dinas Perhubungan Kota Medan
Berdasarakan penyajian tabel diatas bisa kita simpulkan bahwa pembatasan parkir sesuatu yang sulit untuk diputuskan jika target selalu tidak bisa tercapai melalui
relaisasi. Jika kita lihat lagi pada bidang lain untuk retribusi kendaraan Hal ini semakin di perparah oleh isi kebijakan itu sendiri yang mengatakan
bahwa salah satu cara dalam melakukan pembatasan tersebut adalah dengan cara dikenai retribusi bagi kendaraan yang melewati koridor tertentu. Semakin
menimbulkan dilema bagi pihak Dinas Perhubungan yaitu antara mempertahankan kenyamanan dalam berlalu lintas atau memperjuangkan target
pencapain pendapatan asli daerah pada tahun tertentu. Menyangkut tugas pokok dan fungsi didalam struktur organisasi
pelaksasan kebijakan ini pada dinas pehubungan bidang yang mengerjakan lalu
Universitas Sumatera Utara
183
lintas dibagi kedalam 3 yaitu manajemen rekayasa lalu lintas, analisis dampak lalu lintas, manajemen kebutuhan lalu lintas. Mengingat bahwa kebijakan ini adalah
baru pihak Dinas Perhubungan merasa tidak perlu untuk mengetahui kebijakan ini. Seperti wawancara dengan Nikmal F Lubis mengatakan
“sampai sekarang saya belum pernah membaca kebijakan ini.saya hanya tahu kalau ada peraturan pemerintah tentang kebijakan ini. Menurut saya
tidak perlu untuk mebaca kebijakn ini karena sebelumpun kebijakan ini keluar struktur dari bidang lalu lintas sudah ada sama dengan apa yang
termuat dalam kebijakan. Tugas pokok dan fungsi setiap bagian itu sama dari dulu sampai sekarang walaupun berganti undang-undang dan
peraturan. saya merasa peraturan ini tidak mempengaruhi kinerja kami dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi kami.” Sumber: Wawancara
dengan salah satu pegawai DISHUB Medan bidang lalu lintas, Nikmal F. lubis , Senin 22 Juli 2013
Berdasarkan penjelasan narasumber diatas penulis memandang bahwa kebijakan ini ada sebagai pendukung tugas pokok dan fungsi dari Dinas Perhubungan
sendiri. Sementara pada dasarnya lahir kebijakan sebagai usaha untuk menjawap permasalahan yang ada di dalam masyarakat itu sendiri.
Jika kita mengacu pada isi kebijakan ini pada dasarnya cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan di dalamnya adalah
bersifat taktis. Bersifat taktis artinya cara yang ditempuh dalam mengerjakan didasarkan pada analisis pelaksana di lapangan kemudian dicari solusi yang
dianggap tepat. Tentunya dalam hal ini Dinas Perhubungan kota Medan sebagai lembaga yang bertangggung jawap dalam mengatur lalu lintas di kota Medan
sesuai dengan wewenang yang tertuang adalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang pembagian wewenang pusat,dan daerah provinsi,
kabupatenkota mengerjakan kebijakan ini didasarkan pada pencapain yang tertuang dalam tugas pokok dan fungsi lembaga tersebut. Jika kita coba kembali
kepenjelasaan sebelumnya seperti yang dijelaskan oleh kepala perencaan Dinas
Universitas Sumatera Utara
184
Perhubungan dikatakan bahwa sejak keluarnya kebijakan ini sampai sekarang tidak ada satupun kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah kota Medan yang
berfungsi sebagai petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan dari kebijakan ini. Menyangkut penjelasan diatas apa yang dikerjakan dinas perhubungan
Kota medan sehubungan dengan kebijakan ini didasarkan pada interpretasi yang dihubungkan pada tugas pokok dan fungsi saja begitu juga dengan dinas lain yang
menjadi yang terlibat dalam pengerjaan kebijakan ini. hal ini dapat kita lihat melalui keterangan hasil wawancara peneliti dengan pegawai dinas Tata ruang
kota dan Tata bangunan Kota Medan “berbicara tentang lalu lintas yang terjadi di Kota besar seperti kota Medan
memang manyangkut banyak hal termasuk didalamnya apa yang dikerjakan oleh Dinas Tata ruang dan Tata Bangunan. Dengan fakta ini
tanggung jawab mengenai lalu lintas tidak bisa diserahkan kepada satu dinas saja. Oleh karenanya pengerjaann mengenai lalu lintas
membutuhkan kordinasi dengan banyak dinas. Kordinasi yang terjadi bisa dengan lembaga vertical ataupun lembaga horizontal. Baik di internal
pemerintah daerah maupun ke luar dari lingkup pmerintah daerah itu sendiri. Di lingkungan internal pemerintah kota medan sendiri kordinasi
yang terjadi dengan pembagian tugas pokok dan fungsi antar SKPD dimana tugas pokok dan fungsi tersebut saling berhubungan satu dengan
yang lain. Dalam hal pengerjaan kebijakan ini sendiri hal yang kami kerjakan sebatas tugas hal-hal yang berhubungan dengan pokok dan fungsi
yang dipercayakan kepada dinas kami seperti ijin mendapatkan IMB, rekomendasi tata letak bangunan dan lain-lain.” wawancara dengan
Pegawai Bagian Umum Dinas Tat ruang Kota Medan Bapak Massa Simatupang
Dengan penjelasan diatas penulis memandang adanya kemungkinan
pengabaian pada bidang lain yang tidak menjadi tugas pokok dan fungsi di instansi yang bersangkutan. Terkadang dalam mengerjakan peraturan ini Dinas
Perhubungan melupakan kebutuhan masyarakat di luar kebutuhan akan lalu lintas. Sering sekali terjadi benturan kepentingan di dalam rangka implementasi
kebijakan ini. Dinas yang terlibat yang mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam lalu lintas sering kali harus
Universitas Sumatera Utara
185
dilema dalam hal menghadapi kepentingan yang berbeda dalam hal pengaturan lalu lintas. Adapun keadaan tersebut semakin diperparah oleh fakta permasalahan
yang dihadapai pemerintah kota medan antara lain berupa
36
Ketiga Terbatasnya dukungan kerangka studi, instrumen analisis dan studi lapangan yang dilakukan sebelum menyusun rencana pembangunan kota.
Mengingat bahwa Peraturan ini bersifat taktis dengan adanya keterbatasan tersebut menurut penulis akan sangat mengganggu pencapaian tujuan dari
kebijakan ini. Apa yang dikerjakan oleh pemerintah kota medan hanya bersifat Pertama Relatif masih terbatasnya penyelenggaraan fungsi-fungsi
pembinaan, fasilitasi penyusunan rencana pembangunan kota, khususnya di tingkat SKPD. Dengan adanya fakta ini penulis menyimpulkan bahwa apa yang
kerjakan oleh SKPD sebatas interpretasi dari SKPD yang bersangkutan terhadap apa yang telah di tetapkan di dalam Rencana Pembangunan Kota Medan. Dengan
seperti ini ada kemungkinan terjadinya kesalahpahaman dan perbedaan interpretasi diantara SKPD. Mengingat bahwa SKPD telah dilengkapai tugas
pokok dan fungsi masing-masing yang telah ditetapkan oleh Peraturan daerah Kota Medan ada kemungkinan terjadinya benturan kepentingan dalam pengerjaan
pembangunan akibat perbedaan nilai diantara SKPD itu sendiri. Kedua Terbatasnya sumber daya pembangunan yang dapat dikelola dalam
pembangunan kota. Kebijakan bisa saja sudah baik, Rencana implementasi sudah baik tapi tanpa dukungan sumber daya memadai dampak yang dihasilkan oleh
kebijakan tentu akan sulit tercapai dengan maksimal atau sesuai standar yang elah ditetapkan.
36
Berdasarkan penjelasan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Medan 2011-2015 Bab 8 Indikasi Program dan kebutuhan Pendanaan misi Ke dua
Universitas Sumatera Utara
186
perkiraan saja tanpa ada analisis terhadap kondisi dilapangan dan memang hal ini tidak lain inti permsalahannya pada penjelasan kedua yaitu keterbatasan sumber
daya. Keempat Masih terbatasnya wadah dan sarana partisipasi publik dalam
proses perencanaan pembangunan kota. Untuk lebih jelasnya penjelasan diatas bisa di lihat pada kasus-kasus
pelarangan berjualan dijalanan, seperti kita daerah yang sering kita sebut sebagai daerah pasar tumpah menjadi lokasi bagi para pedagang dalam menopang
perekonomian mereka. Namun mengingat bahwa Dinas Perhubungan dengan tugas pokok dan fungsi yang telah ditentukan didalam Peraturan Walikota Medan
Nomor 2 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Perhubungan Kota Medan sebagai dinas yang berfungsi dalam mengatur lalu
lintas terkadang tidak bisa maksimal dalam melaksanakan peraturan pemerintah ini. Seringkali menempatkan tanda atau peraturan jalan tanpa ada himbauan secara
formal kepada masyarakat. Dari hal ini bisa kita lihat bahwa Dinas Perhubungan menjadi terbatas dalam bertindak akibat tidak adanya petunjuk pelaksanaan dan
petunjuk teknis yang menjadi acuan dalam hal implementasi kebijakan ini. Dari penjelasan diatas penulis mendapati dalam pelaksanaan kebijakan ini
terdapat pro kontra di masyarakata itu sendiri. Karena terdapat dampak yang berbeda-beda sehingga ada yang di untungkan dan ada yang dirugikan. Pro kontra
yang muncul tersebut akan lebih terasa lagi ketika kebijakan tersebut mengubah nilai-nilai yang ada di tengah-tengah masyarakat dan lebih potensial menimbulkan
konflik yang bersifat fisik.
Universitas Sumatera Utara
187
Dinas Perhubungan sebagai lembaga yang di serahi tanggung jawap dalam melaksanakan kebijakan ini berdasarkan ketetapan yang termuat dalam Peraturan
Walikota Medan Nomor 2 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Perhubungan Kota Medan tentunya diharapkan untuk tetap komitmen
dalam mengerjakan apa yang menjadi tanggung jawab dan wewenangnnya. Komitmen yang diharapkan dalam hal ini bagaimana kesungguhan dari dalam
dirinya untuk menjalankan tugas tersebut dan menggunakan potensi yang dimilikinya untuk mencapai hasil sebagaimana di bebankan terhadap organisasi
tersebut dalam Dinas Perhubungan. poetensi dalam hal ini menyangkut gambaran apa yang dimiliki oleh Dinas Perhubungan untuk lebih jelasnya potensi ini bisa
kita lihat pada penjelasan selanjutnya pada bagian sumber daya. Disisi lain melihat gambaran pelaksanaan kebijakan ini terdapat pro dan kontra untuk
meminimalisir terjadinya konflik yang lebih besar komitmen tersebut harus di imbangi oleh kompetisi dari Dinas Perhubungan. Suatu komitmen akan
menghasilkan output kerja yang maksimal ketika para personel tersebut memiliki kompetensi atau keahlian untuk menjalankan tugas yang didelegasikan tesebut.
Kompetensi dalam hal ini adalah kemampuan dari Dinas Perhubungan untuk mengerjakan dan menjelasakan tujuan dari kebijakan kepada public yang bisa kita
melalui gambaran komunikasi dan kordinasi yang terjadi.
D. Komunikasi dan kordinasi
Komunikasi merupakan sarana untuk menyebarluaskan informasi, baik dari atas ke bawah maupun dari bawah ke atas. Apa yang menjadi tujuan dan
sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran target group sehingga akan mengurangi dirtorsi implementasi. komunikasi merupakan sarana
Universitas Sumatera Utara
188
untuk menyebarluaskan informasi, baik dari atas ke bawah maupun dari bawah ke atas. Untuk menghindari terjadinya distorsi informasi yang disampaikan atasan ke
bawahan, perlu adanya ketetapan waktu dalam penyampaian informasi, harus jelas informasi yang disampaikan, serta memerlukan ketelitian dan konsistensi dalam
menyampaikan informasi. Sementara itu Koordinasi bukanlah sekedar menyangkut persoalan
mengkomunikasikan informasi maupun membentuk struktur-struktur administrasi yang cocok, melainkan menyangkut persoalan yang lebih mendasar, yakni praktik
pelaksanaan kekuasaan. Pihak-pihak yang memiliki wewenang kekuasaan dapat menuntut dan mendapatkan kepatuhan yang sempurna. Pernyataan yang terakhir
ini menjelaskan bahwa harus terdapat kondisi ketundukan penuh dan tidak ada penolakan sama sekali terhadap perintahkomando dari siapapun dalam sistem
administrasi itu. Apabila terdapat potensi penolakan terhadap perintah itu maka ia harus dapat didefinisikan oleh kecanggihan sistem informasinya dan dicegah
sedini mungkin oleh sistem pengendalian yang handal. Dengan kata lain, persyaratan ini menandaskan bahwa mereka yang memiliki wewenang seharusnya
juga mereka yang memiliki kekuasaan dan mampu menjamin tumbuh kembangnya sikap patuh yang menyeluruh dan serentak dari pihak-pihak lain
baik yang berasal dari kalangan dalam badan atau organisasi sendiri maupun yang berasal dari luar yang kesepakatan dan kerjasamanya amat diperlukan demi
berhasilnya misi program. Dari penjelasan diatas bisa kita lihat bahwa tanpa adanya kordinasi yang
baik maka besar kemngkinan akan terjadi kegagalan dalam pencapain kebijakan. Hal ini juga berlaku dalam hal implentasi Peraturan Pemerintah PP Nomor 32
Universitas Sumatera Utara
189
Tahun 2011 Tentang Manajemen Dan Rekayasa, Analisis Dampak, Serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas.
Berdasarkan penjelasan rencana strategi Dinas Perhubungan kota Medan tahun 2011-2015 di katakana bahwa pada dasarnya dalam rangka manajemen dan
rekayasa lalu lintas ada tiga stakeholder kelompok kepentingan yang terlibat yaitu pemerintah, masyarakat dan pengusaha. Bagaiman keterlibatan mereka
dapat kita lihat berdasarkan penjelasan berikut. Pertama Masyarakat adalah sebagai subyek dan obyek dalam penggunaan sarana dan prasarana transportasi.
Selain menurut haknya atas kebutuhan pelayanan. masyarakat harus mengetahui kewajibannya untuk mematuhi tata tertib peratura. Kedua Demikian juga kalangan
pengusaha yang kegiatannya dan menimbulkan dan atau berkaitan dengan penciptaan bangkitan dan tarikan transportasi. produksi dan atau aksesibilitas
terhadap sarana dan prasarana transportasi harus dapat menyediakan prasarana transportasi untuk dapat mengantisipasi dan mengatasi permasalahan sebagai
akibat dari bangkitan dan tarikan yang diakibatkan oleh aktifitas tata guna lahan dimaksud. Operator angkutan umum harus menyediakan sarana yang nyaman,
murah dan efisien mendahulukan kepentingan masyarakat. Ketiga Pemerintah sebagai penyelenggara pemerintahan berkewajiban untuk mengelola dan atau
menciptakan sistem transportasi yang terpadu, tertib, lancar, nyaman, murah dan efisien. Sesuai dengan kewenangan yang dimiliki pemerintah harus mengawasi
setiap tata guna lahan sesuai dengan kebijakan tata ruang yang ada serta menyediakan dan atau mengembangkan kegiatan dan sistem jaringan
menyelesaikan masalah serta menegakkan hukum dalam penggunaan sarana dan
Universitas Sumatera Utara
190
prasarana transportasi. Pemerintah harus mempertimbangkan kepentingan pengusaha namun mendahulukan kepentingan masyarakat.
Melihat keberadaan stakeholder tersebut berdasarkan fungsi dan peran masing-masing tentunya tidak bekerja secara sendiri-sendirinya. Keberadaaan
antar stakeholder tersebut akan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Bagaimana hubungan yang terjadi antar satgeholder akan mempengaruhi
keberhasilan kebijakan tersebut. Interaksi antar stakeholder yang terjadi dalam pelaksanaan tersebut sering disebut dengan komunikasi. Komunikasi dalam hal ini
berarti bagaimana antar kelompok tersebut membagikan setiap informasi yang dibutuhkan sehingga tercipta hubungan yang mendukung pencapain tujuan
kebijakan. Mengingat bahwa kebijakan ini adalah yang dibuat oleh pemerintah maka
inisiatif untuk menciptakan komunikasi lahir dari pemerintah itu sendiri. Hal ini didasarkapan pada pandangan para penganut kebijakan yang bersifat top down
yang mengatakan bahwa segala sesuatu jika dikembalikan kepada penciptanya akan lebih baik. Oleh karenanya pemerintah dalam hal pihak Dinas Rerhubungan
Kota Medan harus mengkomunikasikan kebijakan tersebut kepada stakeholder yang lainnya.
Berdasarkan wawancara dengan narasumber peneliti yaitu kepala bidang lalu lintas yang diwakilkan oleh Nikmal F. lubis beliau mengatakan bahwa salah
satu usaha dari Dinas Perhubungan dalam menyampaikan informasi sehubungan dengan pelaksanaan kebijakan ini adalah lewat sosialisasi dan pelatihan kepada
supir angkot lewat lembaga organisasi angkutan umum yang bernama AKUT dan kepada masyarakat umum lewat lembaga pendidikan sekolah.
Universitas Sumatera Utara
191
“adapun Dinas Perhubungan kota Medan selaku pihak pemerintah dalam rangka memsosialisasikan kebijakan ini lewat melalui pelatihan kepada
kepada supir angkut yang daiadakan melalui organisasi AKUT, dimana lewat paltihan ini akan dipilih salah satu supir yang dianggap sebagai
teladan untuk diberikan apresiasi sebagai motivasi bagi supir angkot lainnya. Sedangkan cara lain adalah melalui lembaga pendidikan
melakukan sosialisasi terhadap anak sekolahan.” Sumber: Wawancara dengan salah satu pegawai DISHUB Medan bidang lalu lintas, Nikmal F.
lubis , Senin 22 Juli 2013 Mengingat bahwa kebijakan ini adalah kebijakan yang dibuat oleh pusat
seharusnya pemerintah pusat selaku pencipta kebijakan ini harus mengkomunikasikan apa yang menjadi penjelasan dari kebijakan ini. Komunikasi
tersebut bisa berupa pemberian arahan, bimbingan kepada lembaga-lembaga yang di bawahnya. Namun sampai saat ini tidak ada satupun arahan yang dikeluarkan
oleh pemerintah pusat kepada daerah dalam hal pelaksanaan peraturan ini. Adapun alasannya berdasarkan wawancara dengan narasumber dapat kita lihat
melalui penjelasan berikut “sebenarnya setiap kebijakan itu tanpa terkecuali bagaimana sifatnya
sebelum dilaksanakan harus ada komunikasi dari pembuat kebijakan itu dengan pihak pelaksana. Namun seperti kita ketahui kebijakan ini bersifat
taktis di lapangan. Oleh karenanya kami memaklumi tidak adanya arahan secar nasional maupun provinsi” Sumber: Wawancara dengan salah satu
pegawai DISHUB Medan bidang lalu lintas, Nikmal F. lubis , Senin 22 Juli 2013
Dari penjelasan narasumber tersebut penulis menilai bahwa pada dasarnya
dinas pehubungan dalam rangka implementasi kebijakan ini pasrah tanpa adanya informasi yang dibutuhkan dalam kebijakan ini. Hal ini senada dengan wawancara
dengan Kepala bidang Perencanan Dinas Perhubungan, beliau mengatakan bahwa “Dalam rangka implementasi kebijakan ini pihak Dinas Perhubungan
langsung melihat apa yang tertuang dalam peraturan ini. Karena sampai saat ini tidak ada dokumen baik berupa peraturan daerah, arahan, petunjuk.
Semua hal yang berhubungan petunjuk dalam kebijakan ini masih di agendakan di DPRD Kota Medan. Kami melakukan sesuai dengan apa
yang tertuang dalam peraturan ini.” Sumber: Wawancara dengan Kabid perencanaa Dinas Perhubungan, A Hasibuan, jumat 12 Juli 2013
Universitas Sumatera Utara
192
Dari penjelasan kedua narasumber tersebut menurut peneliti sendiri Dinas Perhubungan dalam setiap pengerjaan kebijakan ini kemungkinan tergantung
bagaimana persepsi mereka dalam menterjemahkan kebijakan ini dilapangan. Proses pengerjaan yang tanpa standar yang jelas tentunya kurang maksimal, dan
pada akhirnya proses evaluasi dalam kebijakan ini akan berakhir pada sebatas di kerjakan atau tidak dikerjakan saja tanpa ada gambaran yang jelas bagaimana
keberhasilan dari kebijakan yang bersangkutan. Sementara dalam hal koordinasi didalam kebijakan ini jelas kita lihat
adanya pembagian wewenang. Bisa kita lihat bahwa dalam rangka pelaksanaan kebijakan ini melibatkan beberapa organisasi pemerintahan. Secara tertulis kita
melihat pada BAB II pada pasal 1 di jelasakan bahwa kegiatan manajemen dan rekayasa lalu lintas dibagi dalam beberpa tanggung jawab yaitu
a. Menteri bertanggung jawab di bidang jalan nasional
b. Kepala kepolisian bertanggung jawab di jalan nasional,provinsi,
kabupatenkota dan desa c.
Gubernur untuk jalan provinsi d.
Bupati untuk jalan kabupaten dan jalan desa e.
Walikota untuk jalan kota Bentuk kordinasi yang diharap dalam pasal ini lebih kepada bagaimana
penyesuaian program-program yang dikerjakan seusuai dan terintegrasi. Seperti yang di jelasakan pada bagian kejelasan dan isi kebijakan. Pemerintah Kota
Medan dalam rangka pelaksanaan kebijakan terkhusus pada kegiatan manajemen dan rekayasa lalu lintas lebih dulu melihat apa yang dikerjakan di Kementrian
yang bersangkutans untuk jalan nasional yang ada di kota Medan dan melihat apa
Universitas Sumatera Utara
193
yang dikerjakan oleh Dinas Perhubungan provinsi sumatera utara untuk jalan provinsi yang ada di kota Medan, kemudian Pemerintah kota Medan mengerjakan
manajemen dan rekayasa lalu lintas di jalan kota dengan menyesuaiakan apa yang telah dikerjakan di jalan nasional dan jalan provinsi.
Kordinasi dalam tataran internal pemerintah kota medan sendiri dalam rangka implementasi peraturan berdasarkan hasil yang ditemukan oleh penliti
melibatkan beberapa dinas yaitu Dinas Perhubungan, dinas Bina Marga, dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan. Adapun bentuk kordinasi yang terjadi yaitu
dimulai dari perencanaan pemerintah kota Medan dalam periode yang bersangkutan pada saat ini periode 2011-2015 sesuai dengan visi dan misi
walikota terpilih. Visi misi tersebut akan dijabarkan melalui rencana pembangunan perode kepala daerah yang terpilih. Adapun perencanaan ini akan
dikerjakan dikerjakan oleh pemerintah kota medan melalu Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD yang ada melalui rencana strategis SKPD yang bersangkutan.
dengan melihat prosedur yang diatas dipastikan bahwa pada dasarnya apa yag dikerjakan oleh setiap dinas adalah satu kesatuan yang utuh untuk mencapai visi
misi Kota Medan pada periode yang bersangkutan termasuk dalam hal mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2011
Tentang Manajeman dan rekayasa lalu lintas, Analisis Dampak, dan Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas.
Adapun dasar dari kordinasi antar SKPD dalam pengerjaan setiap program pembangunan berbagai sector termasuk dalam bidang lalu lintas dan angkutan
jalan didasarkan pada Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan Tahun 2011-2031. Hal
Universitas Sumatera Utara
194
didasarkan pada penjelasan pertimbangan peraturan daerah kota medan sebagai pada bagian C dan D yaitu
“bahwa untuk mengarahkan pembangunan di Medan dengan memanfaatkan ruang wilayah secara serasi, selaras, seimbang, berdaya
guna, berhasil guna, berbudaya dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan dan memelihara
ketahanan nasional, perlu disusun RTRW Kota; bahwa dalam rangka mewujudkan visi dan misi pemerintahan Kota Medan
dan keterpaduan pembangunan antar sektor, daerah, dan masyarakat, maka RTRW Kota merupakan arahan dalam pemanfaatan ruang bagi semua
kepentingan secara terpadu yang dilaksanakan secara bersama oleh pemerintah, masyarakat dan dunia usaha; dan “ dikutip berdasarkan
penjelasan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan Tahun 2011-2031
Adapun dasar pertimbangan dari Peraturan daerah ini didasarkan pada fungsi dari kota medan saat dan proyeksi posisis kota medan beberapa tahun kedepannya
seperti yang tertuang dalam Rencana Pembangunan kota Medan baik jangka Panjang maupun jangka menengah. Bagaimana pengaturan lalu lintas lewat
implementasi ini didasarkan pada gamabaran Tata Ruang kota itu sendiri. Seperti yang di jelaskan kepala sub Bagian dinas Tata Ruang Pemerintah Kota Medan
dikatakan bahwa “Pada dasarnya usaha dalam rangka manajemen rekayasa dan analisis
dampak dan manajemen kebutuhan lalu lintas iu didasarkan pada pola dari tata ruang suatu daerah. Apa yang terjadi dengan permasalahan lalu lintas
didasarkan pada bagaiaman pemerintah daerah memperlakukan tata ruang suatu kota. Prediksi arah gerakan kendaraan itu bisa dilihat berdasarkan
gmabaran tata ruang suatu daerah itu sendiri lewat ketentuan fungsi suatu daerah atau lokasi.” wawancara dengan Kasubbag Dinas Tata Ruang
kota Medan
Seperti yang dijelasakan pada bagian penutup peraturan pemerintah ini dikatakan bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan pearturan ini akan dikeluarkan
Petunjuk Teknis dan petunjuk pelaksanaan berupa peraturan walikota berupa ijin mendirikan dimana salah satu syarat dalam mendirikan bangunan ini adalah
dengan pertimbangan rekomendasi analisis dampak lalu lintas seperti yang
Universitas Sumatera Utara
195
tertuang dalam peraturan pemerintah pada judul tulisan ini oleh pihak yang berwewenang yaitu dinas perhubungan. Adapun penjelasan diatas sesuai dengan
apa yang di utarakan oleh nara sumber dalam penelitian itu dikatakan bahwa. “rekomendasi analisis dampak lalu lintas merupakan bagian dari tugas
pokok dan fungsi kami sebagai salah satu dinas di kota medan. Dengan rekomendasi ini menjadi salah satu factor para pengembang untuk
mendapat ijin melakukan pengembangan yang akan di dapat dari Dinas Tata Ruang dan Tata bangunan. Dengan adanya ketetapan ini secara tidak
langsung Kami selaku salah satu dinas sedang bekerja sama dengan dinas lain seperti Dinas Tata Ruang dan Tata banguna.” Sumber: Wawancara
dengan salah satu pegawai DISHUB Medan bidang lalu lintas, Nikmal F. lubis , Senin 22 Juli 2013
Dari keterangan diatas jelas kita lihat bahwa kordinasi yang terjadi di dalam internal pemerintah kota medan dalam rangka implementasi pearturan pemerintah
Nomor 32 tahun 2011 tentang manajemen dan rekayasa lalu lintas, analisis dampak dan manajemen kebutuhan lalu lintas antar SKPD didasarkan pada
keterkaitan antar tugas pokok dan fungsi dari SKPD yang bersangkutan. Adapun kordinasi antar SKPD tersebut di wadahi oleh ketetapan, standard dan nilai yang
tertuang dalam kebijakan pemerintah kota medan yang berfungsi sebagai pentunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan dari peraturan daerah yang dijelaskan
diatas yaitu ijin mendirikan bangunan. Jika kita melihat penjelasan diatas ahal tersebut tidak hanya terjadi antara
pihak dinas perhubungan dengan Dinas Tata ruang dan Tata Bangunan kota Medan saja melainkan juga terjadi dengan pada dinas Lain yang bersangkutan
dalam melaksanakan peraturan pemerintah ini yaitu dinas Marga. Dinas Bina Marga dalam hal pengembangan jalan didasarkan pada analisis untuk
mewujudkan kenyamanan dalam berlalu lintas. hal ini bisa kita lihat pada salah satu penjelasan visi dinas Bina Marga Kota yaitu “Meningkatnya penataan sarana
Universitas Sumatera Utara
196
dan prasarana perkotaan yang serasi dan seimbang untuk semua kawasan kota” dikatakan bahwa
“Rumusan visi ini dilahirkan dari hasil pemikiran strategis dari segenap komponen organisasi Dinas Bina Marga Kota Medan seiring dengan
tuntutan dinamika perubahan aspirasi masyarakat yang berkembang dan tuntutan tugas dan fungsi organisasinya yang didasarkan atas aspek
rasionalitas dan objektivitas berikut. Kota Medan Yang Bercirikan Kenyamanan Berlalu-lintas dan Bebas Baniir “
Melalui penjelasan ini penulis menarik kesimpulan bahwa apa yang dikerjakan oleh SKPD diatas melalui Visi yang telah mereka tetapkan pastinya dimulai
dengan kesamaan pandangan antar SKPD yang berakaitan mengenai kenyamanan berlalu lintas. Mengingat bahwa SKPD yang secara Khusus menangani masalah
lalu linta adalah dinas Perhubungan maka tentunya pandangan Kedua dinas ini harus sama. Dengan kesamaan pandangan ini bisa kita lihat bahwa kordinasi yang
terjadi diwadahi tugas pokok dan fungsi lewat persamaan persepsi. dikutip dari Rencana
strategis Dinas Bina Marga Kota Medan 2011-2015 pada penjelasan Visi Misi
Namun disisi lain kordinasi yang terjadi antar dinas tidak bisa sebaik yang diharapkan pada penjelasan diatas. Hal disebabkan adanya dinas tertentu yang
yang memiliki kementrian misalnya Dinas Perhubungan dengan Kementerian Perhubungan. Dimana pada dasarnya proses pengerjaan kebijakan ini tentunya
setiap dinas juga harus menyesuaikan dengan apa yang dikerjakan oleh kementrian. Mengingat dinas adalah bagiaan dari pemerintah daerah namun
karena adanya kementrian sering sekali terjadi benturan nilai didalam internal dinas tersebut dalam hal penentuan rencana Strategis yaitu antara memaksimalkan
pencapaian visi misi pemerintah daerah kota medan atau mengerjakan apa yang telah di programkan Oleh kementrian. seperti yang dijelaskan pada wawancara
berikut.
Universitas Sumatera Utara
197
Dalam hal posisi Dinas Perhubungan Kota Medan adalah bagian dari SKPD pemerintah kota Medan. Karena Dinas Perhubungan dibentuk
berdasarkan peraturan daerah kota medan. Sewajarnya Dinas Perhubungan kota medan ada untuk mengerjakan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah
kota medan melalui kepala daerah yang terpilih. Namun dalam kenyataannya sering sekali kami mengerjakan apa yang diprogramkan
oleh kementrian dengan fungsi kami dalam program tersebut sebagai tugas perbantuan. oleh karenanya selaku SKPD Dinas Perhubungan tidak bisa
berbuat secara maksimal dalam hal pencapaian visi dan misi pemerintah daerah kami digaji oleh angaran daerah tetapi kami mengerjakan program
pemerintah pusat. Sumber: Wawancara dengan salah satu pegawai DISHUB Medan bidang lalu lintas, Herpin Napitupulu , Senin 22 Juli
2013
Berdasarkan wawancara tersebut bisa disimpulkan kordinasi yang terjadi dalam hal pengerjaan kebijakan ini tidak baik dan tidak maksimal karena dilema
kedudukan dinas daerah yang memiliki kementrian. Benturan nilai antara mengerjakan program kementrian dan program pemrintah daerah menjadikan
SKPD tidak bisa berbuat maksimal.
E. Struktur Birokrasi
Secara umum pengertian birokrasi adalah adalah alat kekuasaan untuk menjalankan keputusan-keputusan politik dalam hal ini sering kita sebut dengan
apa yang disebut dengan. sementara itu struktur birokrasi yang maksud dalam hal ini adalah adalah suatu tata hubungan antara jabatan-jabatan, pejabat-pejabat, unit
instansi dan departemen pemerintahan. Dalam tata hubungan ini, bagaimana suatu penyampaian gagasan, rencana, perintah, nilai-nilai, perasaan dan tujuan dapat
diterima dengan baik oleh pihak lain sebagai penerima dengan cara penyampaiannya harus mudah dan tepat serta berdasarkan hokum.
Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu
dari aspek struktur yang penting dari organisasi adalah adanya prosedur operasi
Universitas Sumatera Utara
198
yang standar standard operating procedures atau SOP. SOP menjadi pedoman bagi setiap implementor untuk bertindak. Struktur organisasi yang terlalu panjang
akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks. Ini pada gilirannya menyebabkan
aktivitas organisasi tidak fleksibel Subarsono, 2009: 92 Prosedur dalam implementasi suatu kebijakan menyangkut berbagai aspek
mengenai bagaimana tujuan suatu kebijakan dicapai dengan mengikuti langkah- langkah yang dimulai dari pemanfaatan masukan-masukan kebijakan sampai
mekanisme untuk mmemastikan bahwa keluaran kebijakan mampu mewujudtkan tujuan-tujuan kebijakan. Dengan demikian prosedur dalam implementasi
kebijakan minimal akan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan beberpa hal berikut
37
1. Penggunaan input kebijakan dana, materil, tenaga kerja dan lainnya
2. Penentuan kelompok sasaran kriteria, mekanisme pendataan dan verifikasi
3. Distribusi keluaran kebijakan kepada kelompok sasaran untuk meyakinkan
terjadinya ketepatan waktu,jumlah dan kualitas 4.
Tatakelola hubungan antar pihak-pihak yang terlibat dalam implementasi hubungan actor, hubungan unit, tingkat pemerintahan yang berbeda
Sebagaimana pentingnya struktur birokrasi dari penjelasan diatas juga berlaku dalam implementasi peraturan pemerintah ini. adapun struktur organisasi
implementasi ini akan dijelaskan pada penjelasan berikut. Pertama dimulai dari Peraturan Pemerintah PP Nomor 32 tahun 2011 tentang Manajemen dan
rekayasa lalu lintas, analisis dampak, dan manajemen kebutuhan lalu lintas akan
37
Purwanto, Agus erwan dan diah ratih sulistiwati. Implementasi Kebijakan Publik Konsep Dan Aplikasinya Di Indonesia penerbit Gava Medai Yogjakarta 2012 hal 182
Universitas Sumatera Utara
199
dilaksanakan oleh kementrian yang bersangkutan, pemerintah Provinsi, dan pemerintah kabupatenkota sesuai dengan kewenangan masing-masing dalam
bentuk perencanaan pembangunan. Pada tingkat kementrian sendiri implementasi kebijakan ini dapat kita lihat melalui penjelasan rencana strategis Kementrian
yang bersangkutan. Sementara pada Pemerintah provinsi sendiri dapat di lihat melalui penjelasan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi yang
bersangkutan. Sementara Pada tingkatan Kabupaten kota akan dijelaskan Pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Kota Yang bersangkutan.
Mengingat bahwa penelitian ini dilakukan di kota Medan secara khusus implementasi dapat kita melalui penjelasan berikut. Adapun kebijakan peraturan
pemerintah ini dalam rangka implementasinya dimulai dari perencanaan. Mengingat bahwa kebijakan ini adalah kebijakan yang berskala nasional maka
prinsip yang ada berlaku pada semua daerah di Indonesia termasuk kota Medan yaitu prinsip perencanaannya dimulai dengan dasar pertimbangan hubungan
kebijakan ini dengan kebijakan lain baik secara vertikal maupan secara horizontal. Adapun perencanaan ini untuk kota medan sendiri dimuat di dalam Rencana
Pembangunan jangka Menengah Kota Medan yang akan dijelaskan melalui rencana strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD yang bersangkutan yang
mempunyai tugas pokok dan fungsi sesuai dengan kebijakan yang bersangkutan. Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa secara khusus implementasi kebijakan
ini bisa kita lihat pada penjelasan RPJMD Kota Medan terkhusus pada penjelasan misi yang kedua yaitu Meningkatkan penataan prasarana dan sarana perkotaan
yang serasi dan seimbang untuk semua kawasan kota. Berdasarkan penjelasan penjelasan RPJMD tersebut khusus pada bagian indikasi Program Kebutuhan dan
Universitas Sumatera Utara
200
pendanaan di temukan bahwa SKPD yang bertanggung jawab dalam pengerjaan kebijakan ini adalah Dinas Perhubungan Untuk Program Lalu Lintas, Dinas Bina
Marga Untuk Jalan, dinas Tata Ruang
dan Tata Bangunan untuk perijinan bangunan.
Sementara itu menyangkut prosedur yang harus di ikuti dalam implementasi kebijakan ini di kota medan menurut berdasarkan penjelasan kepala
sub Bidang perencanaan Dinas Perhubungan Amik hasibuan sesuai dengan yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional dimana Rencana Satrategis Dinas Perhubungan Kota Medan dibuat dengan mempertimbangkan Rencana
Pembangunan jangka Menengah Kota medan Kota Medan. Berdasarkan penjelasan rencana strategis Dinas Perhubungan 2011-2015
dikatakan bahwa dalam rangka perencanaan lalu lintas di kota medan harus berangkat dari perencanaan tata ruang kota yang telah ditetapakan dalam RPJMD
Kota medan 2011-2015 yang dijelaskan pada Bab IV yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Secara khusus apa yang dilakukan oleh pemerintah kota
Medan dalam pengembangan kota Medan di semua sisi termasuk pada bidang perhubungan lalu lintas harus berpijak pada fungsi utama dari kota medan yaitu
1. Pusat pemerintahan Sumatera Utara
2. Pusat Perdagangan regional Sumatera utara
3. Pusat Distribusi Kolektor barang dan jasa Kolektor regional
4. Pusat Pelayananan jasa pariwisata
5. Pusat trasportasi darat, laut, udara dan regional
6. Pendidikan tinggi
7. Pusat industry
Universitas Sumatera Utara
201
Mengingat bahwa Dinas Perhubungan merupakan salah satu dinas yang juga dalam struktur pemerintah pusat memiliki kementrian maka dalam
pelaksanaan kebijakan ini juga mengacu pada ketetapan yang dibuat oleh Kementrian Perhubungan yang tertuang pada
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: Km. 49 Tahun 2005 Tentang Sistem Transportasi Nasional Sistranas
dan juga yang diperjelas di dalam cetak biru tarnsportasi perkotaan. Dalam hal penggunaan dana seperti yang dijelasakan didalam Peraturan
pemerintah pemerintah ini pada pasal 42 dikatakan bahwa menteri dan gubernur bisa memberikan dana kepada daerah dengan didasarkan pada kemampuan
keuangan daerah yang bersangkutan. Pemerintah kota medan sendiri seperti yang dijelaskan oleh Nikmal Lubis dalam hal pendanaan implementasi kebijakan ini
selain bersumber dari APBD yang telah ditentukan dalam tahun berjalan bisa dibantu oleh pemerintah provinsi Sumatera Utara ketika anggaran pada provinsi
dirasa cukup.
Universitas Sumatera Utara
202
BAB VI PENUTUP
6.1.Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis tentang implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 Tentang manajemen dan rekayasa
lalu lintas, analisis dampak dan manajemen kebutuhan lalu lintas di Kota Medan penulis membuat kesimpulan sebagai berikut
Proses Implementasi Peraturan pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 Tentang manajemen dan rekayasa lalu lintas, analisis dampak dan manajemen kebutuhan
lalu lintas di kota medan berdasarkan yang ditemukan peneliti tidak baik dan tidak baik hal ini dapat dilihat dari beberapa penjelasan variabel berikut
a. Kejelasan isi kebijakan banyak ditemukan benturan dengan kebijakan
lainnya. Kebijakan ini adalah kebijakan yang bersifat sektoral yang seharusnya menjadi wewenang daerah sesuai dengan prinsip Undang-
undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah namun telah di atur oleh pemerintah pusat sehingga menimbulkan tumpang tindih
dalam hal kewenangan baik lembaga pemerintah yang vertikal maupun horizontal, pusat maupun daerah. Dengan tumpah tindih kewenangan
tersebut menimbulkan kesulitan pemerintah daerah kota medan dalam rangka membuat JUKLAK dan JUKNIS yang tepat.
b. Keberadaan Sumber daya dalam implementasi kebijakan ini dapat
digambarkan melalui visi misi dari Kepala daerah terpilih yaitu walikota Medan. Adapun sumber dana dari impementasi berasal dari APBNAPBD
dengan kondisi realisasi dana yang dialokasikan untuk tahun 2012 dan 2013 tidak sesuai dengan yang direncanakan dari awal. Sementara kondisi
Universitas Sumatera Utara