63 bijak akan dapat dengan baik memberikan perhatian dan kasih sayang yang sama
rata kepada anak-anaknya. Pengaruh dari urutan kelahiran ini, sebenaraya lebih pada perbedaan
perlakuan orang tua dan saudara yang diterima oleh masing-masing anak, demikian pula harapan-harapan yang diberikan terhadap mereka Hurlock, 1999.
Posisi kelahiran sebagai anak pertama memungkinkan baginya untuk mempunyai hubungan dengan orang tua yang lebih dekat dibandingkan saudara-
saudara yang lahir kemudian Hurlock Susilowati, 1988. Penyebab dari kondisi ini dapat dijelaskan dengan teori Adler 1993 tentang urutan kelahiran birth
order, bahwa anak tertua dengan posisi bertahan, anak nomor dua dan seterusnya dengan tuntutan untuk dapat menduduki posisi kakaknya, sedangkan anak bungsu
dihadapkan pada masalah bagaimana ia memperoleh perhatian orang tua disaat peluangnya lebih kecil dibandingkan dengan kakak-kakaknya. Sebagai akibatnya,
bagi anak sulung yang berhasil menyesuaikan dirinya sebagai kakak, ia akan tumbuh sebagai pribadi yang mandiri, sedangkan apabila gagal akan cenderung
tumbuh menjadi pribadi yang kurang mandiri.
4.7.5 Jenis Kelamin
Sebenarnya, sejak masih bayi anak tidak mendapatkan perlakuan yang berbeda
dalam hal
latihan kemandirian,
antara bayi
laki-laki dan
perempuan.Conger Susilowati, 1988 menyatakan bahwa saat menginjak usia 4-5 tahun dan berlanjut hingga masa remaja, terdapat suatu pola yang menuntut anak
perempuan lebih berlaku merawat dan patuh, sedangkan anak laki-laki dituntut untuk lebih percaya diri dan lebih mengutamakan prestasi Monks Susilowati,
1988 menyatakan bahwa dalam hasil penelitiannya disebutkan, untuk situasi di
Universitas Sumatera Utara
64 Indonesia, terutama di Jawa, anak perempuan diharapkan untuk lebih mencintai
rumah dan keluarganya. Agama Islam, dalam hal ini telah menerangkan bahwa pada dasarnya Allah memberikan potensi yang sama pada manusia, baik laki-laki
maupun perempuan Ulwan, 1988. Selanjutnya potensi ini akan berkembang karena pengaruh peran yang
berbeda antara lakilaki dengan perempuan. Ulwan 1988 menyatakan bahwa sosok laki-laki adalah penanggung jawab utama dalam pemenuhan nafkah
keluarga, sehingga ia dituntut dari awal perkembangannya untuk tumbuh menjadi sosokyang mampu berdiri sendiri untuk kesiapan melaksanakan perannya nanti.
Berbeda halnya dengan sosok perempuan, dengan perangainya yang lembut, nantinya bertanggung jawab terhadap anak dan urusan rumah tangga
dituntut untuk pandai merawat rumah dan patuh pada suaminya.Untuk pemenuhan nafkah, peran perempuan istri hanya sebagai penambah nafkah ketika kondisi
memang menuntutnya.Hal ini tidak menuntut kemungkinan seorang perempuan untuk tetap belajar mengembangkan sikap mandiri dalam segala aspek
kehidupannya. Tetapi dalam penelitian ini peran perempuan sudah mampu menjadi sosok
yang mandiri di dalam keluarganya.Sudah dapat bertanggung jawab dan mendapatkan penghasilan sendiri merupakan contoh atau hasil dari kemandirian
seorang anak karena tidak lagi menyusahkan orang tuanya.Mampu memutuskan mengambil keputusan dan mampu untuk mengendalikan diri juga salah satu faktor
yang mencerminkan sikap kemandirian.
Universitas Sumatera Utara
65
4.7.6 Umur