Tes Kreatifitas Dimensi Outcome Value

menggunakan dimensi self-efficacy yang dikemukakan oleh Bandura Smet, 1994, berdasarkan tiga aspek yakni outcome expectancy, efficacy expectancy, dan outcome value. Model skala self-efficacy ini menggunakan Likert. Aitem terdiri dari pernyataan dengan pilihan lima alternatif yaitu Sangat Setuju SS, Setuju S, Netral N, Tidak Setuju TS, dan Sangat Tidak Setuju STS. Untuk aitem favorable, pilihan SS = 5, pilihan S = 4, N = 3, TS = 2, dan pilihan STS = 1. Sedangkan untuk aitem yang unfavorable pilihan SS = 1, pilihan S = 2, N = 3, TS = 4 dan STS = 5. Skor skala ini menunjukkan bahwa semakin tinggi skor jawaban maka subjek semakin yakin untuk memutuskan berwirausaha dan sebaliknya skor self-efficacy yang rendah menggambarkan bahwa subjek tidak yakin untuk menjadi wirausaha. Berikut ini adalah blueprint yang menyajikan distribusi aitem-aitem skala self- efficacy. Tabel 3.2 Distribusi Aitem Skala Self-Efficacy Sebelum Uji Coba Aspek Aitem Jumlah Favorable Unfavorable Outcome Expectancy 1, 2, 4, 7 3, 5, 6 7 Efficacy Expectancy 8, 10, 12 9, 11, 13, 14 7 Outcome Value 15, 16, 18 17, 19, 20 6 Jumlah 10 10 20

3. Tes Kreatifitas

Pada skala kreatifitas, peneliti menggunakan Tes Pengukuran Kreatifitas Figural. Pengukuran kreatifitas mengacu pada aspek-aspek kreatifitas yang dikemukakan oleh Guilford 1971 yang meliputi : fleuncy, flexibility, originality, dan elaboration. Alat tes kreatifitas yang mengacu pada indikator yang dikemukakan oleh Guilford salah satunya Universitas Sumatera Utara adalah Tes Kreatifitas Figural Tipe B. tes ini merupakan bagian dari Torrance Test of Creative Thinking TTOCT yang disusun oleh Torrance tahun 1966 Torrance, 1974. Form B ini terdiri dari 3 tiga subtes, yaitu : 1 Picture Construction, 2 Picture Completion, dan 3 Circles. Mengingat bahwa ketiga subtes mengukur hal yang sama, maka hanya digunakan hanya satu subtes saja. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah subtes Circles, dengan stimulus berupa lingkaran. Tes lingkaran ini mempunyai materi stimulus yang terdiri dari 65 lingkaran dengan diameter 2 cm. dalam hal ini subyek penelitian diminta untuk membuat beberapa gambar atau obyek yang berbeda dengan menggunakan lingkaran sebagai stimulus. Lingkaran dipakai sebagai bagian gambar dan bukan hanya berfungsi sebagai frame. Tes ini bertujuan untuk mengukur kemampuan membuat berbagai asosiasi dari suatu stimulus. Sebelum melakukan penilaian yang harus diperhatikan yaitu melakukan pemeriksaan mengenai pengulangan dan relevansi respon subyek. Pengulangan dan respon yang tidak relevan tidak akan disertakan dalam penilaian, respon yang relevan didefinisikan sebagai satu kesatuan dan lingkaran digunakan sebagai kerangka gambar. Realibilitas alat tes figural ini berkisar 0.86 – 0.98, sesuai dengan penelitian yang dilakukan Prakoso 1995. Validitas tes kreatifitas terbukti pada penelitian yang dilakukan oleh Adiyati Zulkarnain, 1997 dengan menggunakan subtes circles diperoleh koefisien validitas antara nilai keempat faktor tersebut berkisar antara rxy = 0.62 sampai 0.67 pada taraf signifikan p 0.01. Universitas Sumatera Utara Pedoman penilaian masing-masing aspek kreatifitas antara lain aspek kelancaran, orisinalitas, elaborasi dan fleksibilitas adalah sebagai berikut. Munandar, dkk 1999 : 1. Skor Fluency Kelancaran Penilaian aspek kelancaran didasarkan pada kuantitas gambar yang relevan yang dapat dihasilkan individu dalam waktu sepuluh menit, bukan didasarkan pada kualitas gambar. Respon tidak mendapat nilai jika gambar merupakan pengulangan dan tidak relevan. 2. Skor Originality Orisinalitas Norma yang dikemukakan oleh Torrance Syukri dan Zulkarnain, 2005 bahwa jawaban yang diberikan oleh 9 persen atau lebih sampel, maka subjek mendapat skor 0. Jawaban yang diberikan oleh 5 persen dari sampel, maka subjek mendapat skor 1. Jawaban yang diberikan oleh 2 persen sampai 5 persen dari sampel subjek mendapat skor 2, sedangkan jawaban yang diberikan oleh sampel yang kurang dari 2 persen, maka subjek mendapat nilai 3. Pemberian nilai tambahan orisinal diberikan apabila subjek menggabungkan beberapa kemungkinan, adapun ketentuan penilaiannya adalah : 1 2 lingkaran = dinilai 2 2 3 sampai 5 = dinilai 5 3 6 sampai 10 = dinilai 10 4 11 sampai 15 = dinilai 15 5 Lebih dari 15 = dinilai 25 Universitas Sumatera Utara 3. Skor Flexibility Keluwesan Skor keluwesan diperoleh dengan cara menghitung jumlah kategori yang berbeda dan diperoleh berdasarkan klarifikasi jawaban. Jika ada jawaban yang tidak dapat diklarifikasikan dalam salah satu kategori yang telah disusun maka dapat membuat kategori baru. 4. Skor Elaboration Perincian Skor perincian didasarkan pada penambahan detail yang diberikan pad aide minimum dasar, setelah tiap-tiap aspek memperoleh nilai kasar, kemudian dari keempat nilai tersebut dijumlahkan sehingga memperoleh nilai total tes kreatifitas untuk masing- masing subyek dengan rumus : Xt = F1 + F2 + O + BO + E Keterangan : Xt = Nilai total kreatifitas figural masing-masing subyek F1 = Fluency kelancaran F2 = Flexibility keluwesan O = Originality keaslian BO = Bonus originality E = Elaboration perincian Universitas Sumatera Utara

E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Validitas Alat Ukur

Hadi 2000 menyatakan bahwa validitas adalah seberapa jauh alat ukur dapat mengungkap dengan benar gejala atau sebagian gejala yang hendak diukur. Suatu alat ukur dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila alat ukur tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Validitas alat ukur dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan content validity dan construct validity. Content validity merupakan validitas yang menggunakan langkah telaah dan revisi aitem pernyataan berdasarkan dari pendapat professional menggunakan professional judgement Suryabrata, 2011. Setelah melakukan uji validitas isi, dilakukan uji daya beda. Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki atribut yang akan diukur. Dasar kerja yang digunakan dalam analisis aitem ini adalah dengan memilih aitem-aitem yang fungsi alat ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur tes. Atau dengan kata lain, memilih aitem yang mengukur hal yang sama dengan yang diukur oleh tes sebagai keseluruhan Azwar, 2000. Pengujian daya beda aitem ini dilakukan dengan komputasi koefisien antara distribusi skor pada setiap aitem dengan suatu kriteria yang relevan yaitu distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini menghasilkan koefisien korelasi aitem total yang dapat dilakukan dengan menggunakan formula koefisien korelasi Pearson Product Moment Azwar, 2000. Uji daya beda aitem ini akan dilakukan pada alat ukur yang dalam penelitian ini adalah skala self-efficacy, kreatifitas, dan intensi berwirausaha. Dalam penelitian ini, validitas alat ukur yang digunakan yaitu construct validity melalui analisis faktor. Penilaian dengan menggunakan construct validity ditinjau dari apakah Universitas Sumatera Utara aitem yang dimaksudkan untuk mengukur faktor-faktor tertentu telah benar-benar dapat memenuhi fungsinya mengukur faktor-faktor yang dimaksudkan Hadi, 2000. Uji analisis faktor dimulai dengan melihat nilai Kaiser Mayer Olkin KMO yaitu mengukur apakah sampel sudah cukup memadai. Menurut Field 2009, statistik KMO memiliki variasi nilai antara 0 hingga 1. Nilai 0 mengindikasikan jumlah korelasi parsial yang relatif besar untuk jumlah korelasi dan pola kolerasi yang menyebar. Sementara itu, nilai yang mendekati 1 mengindikasikan adanya pola korelasi yang relatif kompak sehingga analisis faktor menghasilkan reliable. Nilai KMO 0,5 merupakan nilai acuan bahwa sampel sudah cukup memadai Field, 2009. Kriteria untuk nilai KMO yaitu sebagai berikut Field, 2009 : a. Nilai KMO antara 0,5- 0,7 berarti cukup baik b. Nilai KMO antara 0,7-0,8 berarti baik c. Nilai KMO antara 0.8-0.9 berarti memuaskan d. Nilai KMO diatas 0.9 berarti sangat memuaskan Setelah itu, nilai yang dilihat adalah nilai Measure of Sampling Adequency MSA dengan cara membandingkan nilai koefisien yang diamati dengan nilai koefisien korelasi parsialnya. Menurut Santoso 2002 nilai MSA berkisar antara 0 hingga 1 dengan kriteria yang digunakan untuk interpretasi sebagai berikut: a. Nilai MSA = 1 berarti variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel yang lainnya. b. Nilai MSA 0.5 berarti variabel tersebut masih dapat diprediksi dan dianalisis lebih lanjut. c. Nilai MSA 0.5 atau mendekati 0 berarti variabel tersebut tidak dapat dianalisis lebih lanjut atau dikeluarkan dari variabel lainnya. Universitas Sumatera Utara Validitas yang kemudian dilihat adalah construct validity yang dilihat berdasarkan nilai bobot faktor loading factor yang menunjukkan besarnya korelasi antara variabel awal dengan faktor yang terbentuk. Korelasi validitas yang baik memiliki nilai faktor loading lebih besar dari 0.5 Santoso, 2002.

2. Reliabilitas Alat Ukur