Microsoft Visual Basic 6.0 Pelabuhan Perikanan

diacu dalam Pradipta 2010 menjelaskan bahwa pada model entity realationship, data sebenarnya diterjemahkan dengan memanfaatkan perangkat konseptual menjadi sebuah diagram data, yang umumnya disebut dengan diagram entity relathionship atau diagram E-R. Ada dua komponen utama pembentuk E-R ini, yaitu entitas dan relasi. Kedua komponen tersebut dideskripsikan lebih jauh melalui sejumlah atribut atau property. Menurut Haryanto 2008 diacu dalam Pradipta 2010, relasi di antara dua entitas dapat berupa: 1 Satu ke Satu One to One, berarti setiap entitas pada himpunan entitas A berhubungan dengan paling banyak satu entitas pada himpunan entitas B. Sebaliknya setiap entitas pada himpunan entitas B berhubungan paling banyak satu entitas pada himpunan entitas A. 2 Satu ke Banyak One to Many, berarti setiap entitas pada himpunan entitas A dapat berhubungan dengan banyak entitas pada himpunan B, tetapi tidak sebaliknya, dimana setiap entitas pada himpunan entitas B berhubungan paling banyak satu entitas pada himpunan entitas A. 3 Banyak ke Satu Many to One, berarti setiap entitas pada himpunan A dapat berhubungan dengan paling banyak satu entitas pada himpunan entitas B, tetapi tidak sebaliknya, dimana setiap entitas pada himpunan entitas B berhubungan dengan banyak entitas pada himpunan entitas A. 4 Banyak ke Banyak Many to Many, berarti setiap entitas pada himpunan entitas A dapat berhubungan dengan banyak entitas pada himpunan entitas B, demikian juga sebaliknya.

2.3 Microsoft Visual Basic 6.0

Program Micrososft Visual Basic 6.0 adalah bahasa pemrograman berbasis Microsoft Windows. Sebagai bahasa pemrograman yang muthakir Micrososft Visual Basic 6.0 didesain untuk dapat memanfaatkan fasilitas yang tersedia dalam Microsoft Windows. Micrososft Visual Basic 6.0 juga merupakan bahasa pemrograman Object Oriented Programming OPP, yaitu pemrograman yang berorientasi objek. Micrososft Visual Basic 6.0 menyediakan obyek-obyek yang sangat kuat, berguna dan mudah dipakai. Dengan fasilitas tersebut membuat Micrososft Visual Basic 6.0 menjadi diidamkan oleh programer Agus Alam, 2000. Menurut Kurniadi 2000 diacu dalam Rachmat 2010, ada beberapa keistimewaan Micrososft Visual Basic 6.0 yaitu: 1 Menggunakan platform pembuatan program yang diberi nama Developer Studio, sehingga dapat belajar bahasa pemrograman lainnya dengan mudah dan cepat. 2 Memiliki compiler handal yang dapat menghasilkan file executable yang lebih cepat dan efesien dari sebelumnya. 3 Memiliki beberapa tambahan sarana Wizard, sehingga dapat mempermudah dalam pembuatan aplikasi dengan mengotomatisasi tugas-tugas tertentu. 4 Kemampuan membuat AxtiveX dan fasilitas internet yang lebih banyak. 5 Sarana akses data lebih cepat dan handal untuk membuat aplikasi database.

2.4 Sumberdaya Ikan

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 45 tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan pasal 1 ayat 4, ikan didefinisikan sebagai segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan. Dalam pengelompokan sumberdaya alam ikan, ikan termasuk sebagai sumberdaya flows atau sumberdaya yang bersifat dapat diperbaharui renewable.

2.4.1 Ikan pelagis

Ikan pelagis merupakan ikan yang hidup pada lapisan permukaan perairan sampai tengah mid layer. Ikan pelagis umumnya hidup secara bergerombol baik dengan kelompoknya maupun jenis ikan lain. Ikan pelagis bersifat fototaxis positif dan tertarik pada benda-benda terapung. Bentuk ikan menyerutu stream line dan merupakan perenang cepat Mukhsin, 2002 diacu dalam Randika, 2008. Ikan pelagis adalah kelompok ikan yang sebagian besar hidupnya berada pada lapisan permukaan hingga kolom air mid layer. Ikan pelagis ini memiliki ciri khas, yaitu dalam beraktivitas umumnya membentuk gerombolan schooling dan melakukan migrasi untuk berbagai kebutuhan hidupnya. Ikan pelagis selanjutnya dapat dibagi menjadi dua kelompok Simbolon, 2011. Berdasarkan ukurannya Direktorat Jenderal Perikanan 1998 diacu dalam Randika 2008 mengelompokan ikan pelagis menjadi 2 kelompok yaitu: 1 Pelagis Besar Mempunyai ukuran 100-250 cm ukuran dewasa, umumnya ikan pelagis besar adalah ikan peruaya dan perenang cepat. Contoh dari kelompok ini antara lain ikan tuna Thunnus spp, cakalang Katsuwonus pelamis, tenggiri Scomberomorus spp dan tongkol Euthynnus spp. 2 Pelagis Kecil Mempunyai ukuran 5-50 cm ukuran dewasa didominasi oleh 6 kelompok besar, yaitu kembung Rastrelliger sp, layang Decapterus sp, jenis selar Selaroides sp dan Atale sp, lemuru Sardinella sp dan teri Stolephorus sp. Ikan pelagis besar umumnya hidup di laut lepas dengan kondisi lingkungan yang relatif stabil. Jenis ikan ini dapat melakukan migrasi sepanjang tahun, bahkan mampu mencapai jarak yang cukup jauh. Sebagai contoh ikan cakalang, tuna, dan tongkol termasuk ke dalam kategori ikan yang melakukan migrasi dengan jarak jauh highly migratory species hingga melampaui batas-batas yuridiksi suatu negara Simbolon, 2011. Selanjutnya menurut Simbolon 2011, habitat ikan pelagis kecil umumnya terdapat di perairan pantai, yang kondisi lingkungannya lebih dinamis dibandingkan dengan perairan oseanis offshore. Kondisi ini berpengaruh terhadap kelimpahan ikan yang cenderung berfluktuasi. Dinamika ikan pelagis kecil ini juga dipengaruhi oleh tekanan dari kegiatan penangkapan ikan fishing, karena habitatnya di daerah pantai relatif mudah dijangkau oleh usaha penangkapan, baik skala kecil maupun skala besar.

2.4.2 Ikan demersal

Ikan demersal adalah ikan yang sebagian besar hidupnya berada pada lapisan yang lebih dalam hingga dasar perairan, dan umumnya hidup secara soliter dalam lingkungan spesiesnya. Kelompok ikan demersal ini dapat dibagi berdasarkan ukurannya, yaitu kelompok ikan demersal besar meliputi ikan layur Trichiurus spp., kakap merah Lutjanus spp., kerapu Epinepehelus spp., manyung Arius spp., bawal putih Pampus argentus, cucut hiu Carcharias dussumeiri, cucut gergaji Pristopsis microdon, pari kekeh Rhynobatus djiddensis, pari kampret Gymnura micrura, pari kembang Trygon kuhlii, pari burung Aetomylus nichofii, pari kelapa Trygon sephen dan lain-lain. Ikan demersal kecil meliputi ikan sebelah Psettodes erumei, lidah Cynoglossus sp, beloso Saurida tumbil, peperek Leiognathus splendens, gumalah Sudonia amoyensis, dan lain-lain Simbolon, 2011. Selanjutnya menurut Simbolon 2011, berdasarkan urutan nilai komersialnya, ikan demersal dapat dibagi menjadi empat kelompok utama, yaitu 1 komersial utama, 2 komersial kedua, 3 komersial ketiga, dan 4 ikan campuran. Ikan demersal yang memiliki nilai ekonomis paling tinggi komersial utama adalah ikan kakap merah, kerapu, bawal putih, manyung, dan janah. Ikan demersal yang termasuk dalam kelompok komersial kedua adalah layur, bawal hitam, kurisi, baronang, gerot-gerot, kuro, pari, dan ketang-ketang. Ikan demersal yang termasuk dalam kelompok komersial ketiga adalah ikan beloso, mata merah, petek, kuniran, besot, gabus laut, sidat dan lain-lain. Kelompok ikan campuran merupakan ikan yang paling rendah harganya di pasaran, seperti ikan lidah, ikan sebelah, kapas-kapas, srinding dan lain-lain.

2.4.3 Ikan karang

Habitat jenis ikan karang sebenarnya terdapat di lapisan dasar sehingga ikan ini dapat dikategorikan sebagai ikan demersal. Ikan karang juga sering dipisahkan dari ikan demersal karena habitatnya secara khusus terdapat di sekitar terumbu karang. Ikan hias yang habitatnya terdapat di sekitar karang merupakan bagian ikan karang, namun ikan hias tidak digunakan untuk produk konsumsi seperti halnya jenis-jenis ikan karang lainnya Simbolon, 2011. Selanjutnya menurut Simbolon 2011, ikan yang termasuk kedalam kelompok ikan karang meliputi ikan kerapu sunu Plectopomus maculates, kerapu tikus Cromileptes altivelis, kerapu macan Epinephelus fuscoguthatus, kerapu lumpur Epinephelus tauvina. Kakap merah atau bambangan Lutjanus saguineus, lencam Lethrinus lentjam, baronang Siganus spp, ikan lemak Cheilinus undulates, ekor kuning Caesio erythrogaster dan lain-lain. 2.5 Parameter Fisika Lingkungan Perikanan Tangkap 2.5.1 Suhu Suhu di laut adalah salah satu faktor yang amat penting bagi kehidupan organisme di lautan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas metabolisme maupun perkembangbiakan dari organisme tersebut. Tidaklah mengeherankan jika banyak dijumpai bermacam-macam jenis hewan yang terdapat di berbagai tempat dunia. Sebagai contoh, binatang karang dimana penyebarannya sangat dibatasi oleh perairan yang hangat yang terdapat di daerah tropik dan sub tropik Hutabarat Evans, 1984. Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 C. Fluktuasi suhu dan perubahan geografis ternyata bertindak sebagai faktor penting yang merangsang dan menentukan pengkonsentrasian serta pengelompokan ikan. Setiap perairan mempunyai standar perubahan suhu rata- rata untuk setiap musim tertentu. Jika suhu pada tempat tersebut lebih tinggi dari standar yang berlaku, atau malah melebihi suhu optimum untuk dilakukan penangkapan, dalam hal demikian ada baiknya untuk mencari daerah penangkapan dengan suhu yang sesuai. Tinggi atau rendahnya suhu merupakan faktor penting dalam penentuan migrasi jenis ikan tersebut Kadir, 2011.

2.5.2 Cahaya

Radiasi matahari juga penting dalam melengkapi cahaya yang dibutuhkan oleh tumbuhan perairan untuk dipakai dalam proses fotosintesa. Tumbuhan ini tidak dapat hidup terus tanpa adanya cahaya matahari yang cukup. Akibatnya penyebaran tumbuhan perairan di lautan dibatasi pada daerah kedalaman dimana cahaya matahari masih dapat dijumpai Hutabarat Evans, 1984. Selanjutnya menurut Hutabarat dan Evans 1984, pada perairan yang dalam dan jernih proses fotosintesa hanya terdapat sampai kedalaman sekitar 200 meter saja. Adanya bahan-bahan yang melayang-layang suspended matter dan tingginya nilai kekeruhan di perairan dekat pantai, penetrasi cahaya akan berkurang di tempat ini. Akibatnya penyebaran tanaman hijau hanya dibatasi sampai pada kedalaman antara 15 dan 40 meter. Tertariknya beberapa jenis ikan pada cahaya disebabkan oleh beberapa hal, antara lain untuk mencari intensistas cahaya yang optimum, investigatory reflex, untuk mencari makan dan untuk bergerombol Suyansyah, 2001. Selanjutnya Ayodhayoa 1981 diacu dalam Lestari 2001 menyatakan bahwa tertariknya ikan pada cahaya sering disebutkan karena terjadinya peristiwa fototaksis, dimana cahaya merangsang dan menarik ikan untuk berkumpul pada sumber cahaya itu atau bisa pula karena rangsangan cahaya stimulus maka kemudian ikan memberikan responnya. Peristiwa inilah yang dimanfaatkan dalam penangkapan ikan light fising. Menurut Parrish 1985 diacu dalam Lestari 2001 ikan umumnya sangat peka terhadap cahaya yang datang dari arah dorsal. Ikan tidak menyukai cahaya yang datang dari arah ventral bawah tubuhnya. Bila keadaannya tidak memungkinkan untuk turun ke arah sumber cahaya, ikan akan menyebar ke arah horizontal.

2.5.3 Arus

Secara umum yang dimaksud dengan arus laut adalah gerakan masa air laut ke arah horizontal dalam skala besar. Arus di laut dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya arus adalah tiupan angin musim. Selain itu juga faktor suhu permukaan laut yang selalu berubah-ubah Wibisono, 2004. Arus merupakan gerakan air yang sangat luas yang terjadi pada seluruh lautan di dunia. Arus dapat diakibatkan oleh perbedaan densitas dari lapisan lautan yang mempunyai kedalaman yang berbeda-beda. Perbedaan ini timbul terutama disebabkan oleh salinitas dan suhu. Arus mempunyai arti yang sangat penting dalam menentukan arah pelayaran bagi kapal-kapal Hutabarat Evans, 1984.

2.5.4 Gelombang

Gelombang merupakan salah satu fenomena laut yang paling nyata bisa dilihat dan dirasakan. Gelombang adalah gerakan dari setiap partikel air laut yang berupa gerak longitudinal dan orbital secara bersamaan disebabkan oleh transmisi energi serta waktu momentum dalam artian impuls vibrasi melalui berbagai ragam bentuk materi yang berbentuk partikel air laut Wibisono, 2004. Menurut Djatmiko dan Murdijanto 1993 diacu dalam Husni 2003, gelombang laut merupakan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi seakeeping kapal. Gelombang laut merupakan faktor beban luar yang paling dominan terhadap gerakan kapal. Terdapat dua jenis gelombang yaitu gelombang yang karakteristiknya selalu tetap, disebut dengan gelombang regular dan gelombang yang karakteristiknya berubah-ubah, disebut gelombang ireguler. Selanjutnya Rafni 1999 menjelaskan, kapal pada saat dioperasikan harus sanggup mengapung di permukaan air dengan stabilitas yang baik, bergerak dengan kecepatan yang bervariasi, berolah gerak yang baik serta cukup kuat untuk bertahan terhadap pengaruh gelombang pada saat cuaca buruk. 2.6 Parameter Kimia Lingkungan Perikanan Tangkap 2.6.1 Salinitas Salinitas dapat didefinisikan sebagai jumlah total gr dari material padat termasuk garam NaCl yang terkandung dalam air laut dalam 1 satu kg dimana bromin dan iodin diganti dengan klorin dan bahan organik seluruhnya telah terbakar habis Wibisono, 2004. Menurut Mustaruddin 2010a salinitas merupakan konsentrasi seluruh larutan garam di perairan. Selanjutnya menurut Mustaruddin 2010a, setiap ikan yang terdapat di daerah penangkapan ikan mempunyai toleransi salinitas yang berbeda yang perubahannya dipengaruhi oleh suhu penguapan, curah hujan, dan sirkulasi arus. Salinitas dibutuhkan oleh ikan untuk mengatur keseimbangan cairan tubuh ikan dengan perairan sekitar daerah penangkapan ikan. Keseimbangan cairan, akan merangsang pertumbuhan ikan lebih cepat. Energi yang berasal dari makanan dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan pertumbuhan ikan. Untuk mendukung pertumbuhan ikan, salinitas daerah penangkapan ikan hendaknya tetap pada kisaran normal 30,0 – 40,0 ppt.

2.6.2 Oksigen terlarut

Konsentrasi gas oksigen di lapiran permukaan laut sangat bervariasi dan sangat dipengaruhi oleh suhu dimana semakin tinggi suhu maka semakin berkurang tingkat kelarutan oksigen. Oksigen terlarut Dissolved oxygenDO di laut berasal dari dua sumber, yakni atmosfer dan dari hasil proses fotosintesis fitoplankton dan berjenis tanaman laut. Keberadaan oksigen terlarut sangat memungkinkan untuk langsung dimanfaatkan bagi kebanyakan organisme untuk kehidupan, antara lain pada proses respirasi dimana oksigen diperlukan untuk pembakaran metabolisme bahan organik sehingga terbentuk energi yang diikuti dengan pembentukan CO 2 dan H 2 O Wibisono, 2004. Oksigen terlarutDissolved oxygen DO di daerah penangkapan ikan merupakan jumlah konsentrasi oksigen yang larut dalam perairan sekitar daerah penangkapan ikan dan dapat dimanfaatkan oleh ikan untuk pernafasannya. Oksigen terlarut juga merupakan salah satu faktor penentu adanya kehidupan ikan dan biota laut lainnya. Pertumbuhan ikan akan terganggu jika perairan kurang mengandung oksigen terlarut. Daerah penangkapan ikan idealnya merupakan lokasi perairan yang banyak oksigen terlarutnya Mustaruddin, 2010a.

2.7 Lingkungan Biologi Laut

2.7.1 Plankton

Organisme perairan pada tingkat trophic pertama berfungsi sebagai produsenpenyedia energi disebut sebagai plankton. Definisi umum menyatakan bahwa yang dimaksud dengan plankton adalah suatu golongan jasad hidup akuatik berukuran mikroskopik, biasanya berenang atau tersuspensi dalam air, tidak bergerak atau hanya bergerak sedikit untuk melawanmengikuti arus. Dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu golongan tumbuh-tumbuhanfitoplankton plankton nabati dan golongan hewanzooplankton plankton hewani Wibisono, 2004. Selanjutnya Hutabarat dan Evans 1984 menjelaskan, fitoplankton adalah tumbuh-tumbuhan air yang berukuran sangat kecil yang terdiri dari sejumlah besar kelas yang berbeda. Fitoplankton mempunyai peranan yang sama pentingnya baik di sistem pelagik maupun seperti yang diperankan juga oleh tumbuh-tumbuhan hijau yang lebih tinggi tingkatanya di ekosistem daratan. Fitoplankton adalah produsen utama zat-zat organik. Zooplankton adalah suatu grup yang terdiri dari jenis hewan yang sangat banyak macamnya termasuk protozoa, coelenterata, moluska, annelida, crustacea.

2.7.2 Benthos

Organisme yang hidup di bagian dasar lautan dikenal sebagai benthos. Termasuk didalamnya seluruh hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan yang hidup pada daerah-daerah yang masih dipengaruhi oleh air pasang daerah littoral, daerah continental shelf sub littoral dan yang tinggal di laut yang sangat dalam Hutabarat Evans, 1984. Menurut Wibisono 2004, sebagaimana dengan halnya plankton, maka organisme benthos yang hidup di dasar perairan juga bisa dipakai untuk menentukan tingkat produktivitas perairan. Selanjutnya menurut Hutabarat dan Evans 1984, keadaan lingkungan seperti sedimen, salinitas dan kedalaman di bawah permukaan, memberi variasi yang amat besar dari satu daerah dasar lautan ke daerah dasar lautan yang lain. Hal ini menyebabkan berbedanya jenis-jenis hewan pada daerah-daerah yang berbeda pula. 2.8 Ekosistem Pantai 2.8.1 Ekosistem hutan mangrove Hutan mangrove merupakan salah satu tipe hutan hujan tropis yang terdapat di sepanjang garis pantai perairan tropis dan mempunyai ciri-ciri tersendiri yang sangat unik Wibisono, 2004. Menurut Hutabarat Evans 1984, daerah hutan mangrove umumnya didapat di estuarin di wilayah tropis atau terdapat di sepanjang pantai yang terlindung oleh terumbu karang coral reef atau pulau- pulau yang terletak di lepas pantai. Menurut Wibisono 2004, hutan mangrove berfungsi: 1 sebagai tempat peralihan dan penghubung antara lingkungan daratan dan lingkungan marin, 2 penahan erosi pantai karena hempasan ombak dan angin serta sebagai pembentuk daratan baru, dan 3 tempat ideal untuk berpijah dari berbagai jenis larva ikan dan udang yang bernilai ekonomi penting. Mengingat pentingnya fungsi hutan mangrove diatas, maka sudah selayaknya dilindungi keberadaannya.

2.8.2 Ekosistem terumbu karang

Terumbu karang adalah suatu kumpulan hewan bersel satu yang membentuk koloni dan mempunyai rumah yang terbuat dari bahan kapur Ca-karbonat. Mengingat dalam ekosistem terumbu karang terdapat berbagai jenis organisme, maka dapat pula dikatakan terumbu karang merupakan sebuah komunitas biologis yang berada di dasar perairan laut yang membentuk struktur padat yang kokoh dan terbuat dari bahan kapur Wibisono, 2004. Menurut Wibisono 2004, fungsi terumbu karang adalah 1 sebagai tempat berteduh dan tempat mencari makan bagi sebagian biota laut, 2 sebagai penahan erosi pantai karena deburan ombak, 3 sebagai cadangan sumberdaya alam untuk berbagai jenis biota yang bernilai ekonomis penting, 4 sebagai wilayah yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi kegiatan wisata alam bahari yang bisa menghasilkan devisa, dan 5 sebagai sarana pendidikan yang dapat menumbuh kembangkan rasa cinta laut. Mengingat hal tersebut diatas, maka jelas bahwa kawasan terumbu karang mempunyai tingkat produktivitas yang termasuk tinggi.

2.8.3 Ekosistem padang lamun

Padang lamun yang merupakan hamparan tanaman rumput laut yang selalu terendam air ini bisa ditemui baik dilingkungan sedimen estuaria yang dangkal maupun di tengah laut sekitar pulau-pulau. Berbeda dengan terumbu karang yang memerlukan substrat yang keras untuk tempat tumbuhnya, maka pada tanaman rumput laut memerlukan substrat yang bersifat agak berpasir Wibisono, 2004. Selanjutnya Wibisono 2004 menjelaskan, seperti halnya terumbu karang dan hutan mangrove maka padang lamun termasuk mempunyai tingkat produktivitas yang tinggi. Padang lamun juga dimanfaatkan sebagai daerah jelajah beberapa jenis ikan dewasa untuk mencari makan dimana waktu stadium muda juvenile masih berada di lingkungan hutan mangrove. 2.9 Unit Penangkapan Ikan 2.9.1 Kapal perikanan Kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, pembudidaya ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan dan penelitianeksplorasi perikanan Diniah, 2008 Berdasarkan Statistik Kelautan dan Perikanan, kapal perikanan terdiri atas kapal penangkap ikan dan kapal pengangkut ikan http:www.pipp.dkp.go.idpipp2kapalapi_index.html. Kapal penangkap ikan dikelompokan menjadi: 1. Perahu Tanpa Motor PTM – Non powered motor, adalah perahu yang digerakkan menggunakan tenaga penggerak dayung atau layar. 2. Perahu Motor Tempel PMT – Outboard motor, adalah kapal atau perahu yang digerakkan menggunakan tenaga penggerak mesin atau motor yang dipasang di perahu pada saat akan dioperasikan dan dilepaskan kembali pada saat selesai dioperasikan. 3. Kapal Motor KM-Inboard motor. Kapal motor dikelompokan lagi berdasarkan bobotnya, bobot kapal dinyatakan dalam Gross Tonnage GT. Kapal motor berdasarkan bobot dikelompokan menjadi kapal motor 5 GT, 5-10 GT hingga 200 GT. Mesin kapal diletakkan di ruang mesin di dalam bangunan kapal. Berdasarkan fungsinya, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan pasal 34 mengelompokan kapal ikan menjadi: 1 Kapal penangkap ikan 2 Kapal pengangkut ikan 3 Kapal pengolah ikan 4 Kapal latih perikanan 5 Kapal penelitianeksplorasi perikanan dan 6 Kapal pendukung operasi penangkapan ikan danatau pembudidaya ikan.

2.9.2 Alat penangkapan ikan

Alat penangkap ikan adalah alat atau peralatan yang digunakan untuk menangkap atau mengumpulkan ikan Diniah, 2008. Berdasarkan buku Statistik Perikanan Tangkap Indonesia diacu dalam Diniah 2008 alat penangkapan ikan dikelompokan menjadi: 1 Pukat Tarik, adalah alat penangkap ikan yang terbuat dari bahan jaring yang berbentuk kerucut yang dioperasikan dengan cara menyapu kolom air dan ditarik oleh kapal. 2 Pukat Kantong - Seine net, adalah alat penangkap ikan dari bahan jaring yang dibentuk berkantong dan dioperasikan dengan cara menyaring kolom air. 3 Pukat Cincin - Purse seine, merupakan alat penangkap ikan dari jaring yang dioperasikan dengan cara melingkari gerombolan ikan hingga alat berbentuk seperti mangkuk pada akhir proses penangkapan. 4 Jaring Insang - Gill net, adalah alat penangkap ikan dari jaring, berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran mata jaring yang sama. 5 Jaring Angkat - Lift net, adalah alat penangkap ikan dengan bentuk konstruksi tetap yang dioperasikan dengan cara diturunkan ke kolom perairan dan diangkat kembali setelah banyak ikan di atasnya. 6 Pancing - Hook and Lines, terdiri atas rawai horizontal, rawai tegak, huhate, pancing tonda, pancing ulur, pancing cumi-cumi dan pancing lainnya. 7 Perangkap dan Penghadang - Trap and barrier. Pada prinsipnya pengoperasian kelompok alat ini adalah mengusahakan sedemikian rupa agar ikan tertarik untuk masuk kedalam alat tangkap atau ke dalam areal penangkapan dengan sukarela, namun setelah berada di dalamnya ikan tidak dapat keluar lagi. 8 Alat penangkap ikan dan penggiring-Drive-in net. Prinsip pengoperasian alat penangkap ikan kelompok ini adalah menggiring ikan agar masuk ke dalam alat tangkap yang telah dipasang. 9 Alat Pengumpul - Collection Gear, lebih dikenal dengan kelompok alat pengumpul kerang dan rumput laut. Prinsip kerja kelompok alat tangkap ini adalah mengumpulkan sasaran tangkap bukan dengan menangkapnya. 10 Lain-lain. Kelompok alat tangkap lain-lain bukanlah kelompok alat penangkap ikan yang tidak produktif atau hanya sebagai pelengkap, melainkan jenis alat tangkap yang tidak bisa digabungkan ke dalam sembilan kelompok alat tangkap di atas.

2.9.3 Nelayan

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 45 tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan pasal 1 ayat 11, nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Pasal 12, nelayan kecil adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang menggunakan kapal perikanan berukuran paling besar 5 lima gross ton GT. Selanjutnya menurut Kurniawan 2010, nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan budidaya binatang tanaman air. Klasifikasi nelayan teridiri dari: 1 Nelayan penuh yaitu nelayan yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan. 2 Nelayan sambilan utama yaitu nelayan yang sebagian besar waktunya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan. Disamping penangkapan sebagai pekerjaan utamanya, nelayan ini dapat pula mempunyai pekerjaan lain. 3 Nelayan sambilan tambahan yaitu nelayan yang sebagian kecil waktunya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan.

2.10 Pelabuhan Perikanan

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 45 tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan pasal 1 point 23, pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh, danatau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan. Menurut Lubis 2010, manfaat pelabuhan perikanan ditinjau dari penggunaannya adalah: 1 Dapat memberikan kemudahan bagi pengguna pelabuhan nelayan, pedagang, pengolah, buruh pelabuhan untuk melakukan aktivitasnya. b Nelayan, disediakannya fasilitas yang membantu pembongkaran dan penseleksian secara cepat, mempertahankan mutu, perbaikan kapal serta tempat nelayan melakukan kontak baik antara nelayan maupun dengan pihak pengelola atau pengguna lainnya di pelabuhan. c Pengolah, disediakannya fasilitas yang mempermudah aktivitas pengolahan ikan, misal gedung tempat pengolahan, bahan pengolahan ikan dan air bersih. d Pedagang, disediakannya tempat pelelangan ikan, kereta dorong untuk mengangkut ikan dari TPI ke pasar atau ke gudang tempat penampungan ikan, tersedianya buruh angkut. e Buruh pelabuhan, disediakannya sarana untuk membongkar, mengangkut dan menseleksi ikan. 2 Dapat memberikan kenyamanan dan keamanan bagi pengguna pelabuhan dalam melakukan aktivitasnya baik ketika akan masuk lingkungan perairan maupun di daratan pelabuhan. 3 Dapat memberikan informasi pengetahuan bagi nelayan tentang fishing ground, keselamatan laut, penanganan ikan hasil tangkapan selama di kapal dan di pelabuhan. 4 Membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitarnya untuk berkreativitas di pelabuhan dan lingkungan sekitarnya.

2.11 Daerah Penangkapan Ikan