Jenis dan Sumber Data Analisis Simulasi Investasi

34

III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik BPS Provinsi NTB, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah BAPPEDA Provinsi NTB, BPS pusat, dan instansi lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Data yang digunakan adalah data Tabel Input-Output Nusa Tenggara Barat 2005 dengan klasifikasi 25 sektor dan kemudian diagregasi kedalam 13 sektor. Selain itu digunakan pula data PDRB NTB dan data-data pendukung lainnya. Referensi studi pustaka diperoleh dari buku panduan, jurnal, artikel, internet, skripsi, tesis, disertasi, dan sumber-sumber lainnya.

3.2 Metode Analisis

3.2.1 Analisis Keterkaitan

Analisis keterkaitan digunakan untuk melihat keterkaitan antarsektor. Keterkaitan ini terdiri dari, keterkaitan langsung ke depan, keterkaitan langsung ke belakang, keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan, serta keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang. Keterkaitan ke depan digunakan untuk melihat derajat keterkaitan antara suatu sektor yang menghasilkan output yang digunakan sebagai input di sektor lain. Keterkaitan ke belakang digunakan untuk melihat derajat keterkaitan suatu sektor terhadap sektor lain yang memasok input padanya. 35 1. Keterkaitan Langsung ke Depan Keterkaitan langsung ke depan menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut: Dimana: F d i = keterkaitan langsung ke depan sektor i α ij = unsur matriks koefisien teknis n = jumlah sektor 2. Keterkaitan Langsung ke Belakang Keterkaitan langsung ke belakang menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut: Dimana: B d j = keterkaitan langsung ke belakang sektor i α ij = unsur matriks koefisien teknis n = jumlah sektor 36 3. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output bagi sektor tersebut secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut: Dimana: F d + i i = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor i α ij = unsur matriks kebalikan Leontief terbuka n = jumlah sektor 4. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang menunjukkan akibat dari suatu sektor yang diteliti terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut: Dimana: B d + i j = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang sektor i α ij = unsur matriks kebalikan Leontief terbuka n = jumlah sektor 37

3.2.2. Analisis Dampak Penyebaran

Indeks keterkaitan langsung dan tidak langsung baik ke depan maupun ke belakang belum memadai jika dipakai sebagai landasan pemilihan sektor-sektor kunci. Indikator-indikator tersebut tidak dapat diperbandingkan antarsektor karena peranan permintaan akhir setiap sektor tidak sama. Oleh karena itu, kedua indeks tersebut harus dinormalkan dengan cara membandingkan rata-rata dampak seluruh sektor. Analisis ini disebut dengan analisis dampak penyebaran yang dibagi menjadi dua, yaitu koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran. 1. Koefisien Penyebaran Daya Penyebaran ke BelakangDaya Menarik Konsep koefisien penyebaran daya penyebaran ke belakangdaya menarik bermanfaat untuk mengetahui distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input. Konsep ini sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. Sektor j dikatakan mempunyai koefisien penyebaran yang tinggi apabila Pd j mempunyai nilai lebih besar dari satu, dan sebaliknya jika nilai Pd j lebih kecil dari satu. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai koefisien penyebaran adalah: Dimana : Pd j = koefisien penyebaran sektor j α ij = unsur matriks kebalikan Leontief n = jumlah sektor 38 2. Kepekaan Penyebaran Daya Penyebaran ke DepanDaya Mendorong Konsep kepekaan penyebaran daya penyebaran ke depandaya mendorong berguna untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Konsep ini sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai input dari sektor ini. Sektor i dikatakan mempunyai kepekaan penyebaran yang tinggi apabila nilai Sd i lebih besar dari satu, dan sebaliknya jika nilai Sd i lebih kecil dari satu. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai kepekaan penyebaran adalah: Dimana: Sd j = koefisien penyebaran sektor i α ij = unsur matriks kebalikan Leontief n = jumlah sektor

3.2.3. Analisis Pengganda Multiplier

Berdasarkan matriks kebalikan Leontief, baik untuk model terbuka α ij maupun untuk model tertutup α ij dapat ditentukan nilai-nilai dari pengganda output dan pendapatan rumah tangga berdasarkan rumus yang tercantum dalam tabel 3.1 berikut. 39 Tabel 3.1. Rumus Pengganda Output dan Pendapatan Nilai Pengganda Output Pendapatan Efek Awal 1 h i Efek Putaran Pertama ∑ i a ij ∑ i a ij h i Efek Dukungan Industri ∑ i α ij -1- ∑ i a ij ∑ i α ij h i - h i - ∑ i a ij h i Efek Induksi Konsumsi ∑ i α ij - ∑ i α ij ∑ i α ij h i - ∑ i α ij h i Efek Total ∑ i α ij ∑ i α ij h i Efek Lanjutan ∑ i α ij – 1 ∑ i α ij h i - h i Sumber: Daryanto, 2010 dimana: a ij = koefisien output h i = koefisien pendapatan rumah tangga α ij = matriks kebalikan Leontief terbuka α ij = matriks kebalikan Leontief tertutup Sedangkan untuk melihat hubungan antara efek awal dan efek lanjutan per unit pengukuran dari sisi output, pendapatan rumah tangga, dan tenaga kerja. Maka dihitung dengan menggunakan rumus pengganda tipe I dan tipe II sebagai berikut: Tipe I = efek awal + efek putaran pertama + efek dukungan industri efek awal Tipe II = efek awal + efek putaran pertama + efek dukungan industri + efek konsumsi efek awal Koefisien Pendapatan h i Koefisien pendapatan rumah tangga merupakan suatu bilangan yang menunjukkan besarnya jumlah pendapatan yang diterima oleh pekerja yang 40 diperlukan untuk menghasilkan satu unit output. Koefisien pendapatan dirumuskan sebagai berikut: Dimana: h i = koefisien pendapatan sektor i S i = jumlah upah dan gaji sektor i X i = jumlah output total sektor i

3.3 Analisis Simulasi Investasi

Walaupun dengan menggunakan analisis Input-Output dapat dihitung dan dianalisis peranan dan dampak sektor bangunan bandara terhadap perkonomian Provinsi NTB tahun 2005, tetapi akan lebih lengkap bila dapat disimulasikan dengan analisis investasi. Dalam penelitian ini, dilakukan simulasi adanya investasi untuk melihat dampak pembangunan BIL terhadap perekonomian Provinsi NTB dalam peningkatan output dan pendapatan rumah tangga. Investasi yang dikeluarkan PT. AP I, Pemerintah Provinsi NTB, dan Pemerintah Kabupaten Lombok dalam pembangunan BIL masing-masing sebesar Rp 796,35 milyar, Rp 110 milyar, dan Rp 40 milyar. Pada simulasi ini nilai investasi tersebut akan dikalikan dengan nilai efek pengganda yang ada untuk dapat melihat dampak dari pembangunan BIL terhadap pembentukan nilai tambah output dan pendapatan rumah tangga. Analisis simulasi investasi ini diperlukan karena dapat dijadikan pertimbangan untuk mengeluarkan investasi pada pengembangan BIL selanjutnya. 41

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI NTB

4.1 Gambaran Umum

Wilayah Provinsi NTB terdiri atas dua pulau besar yaitu Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa dan ratusan pulau-pulau kecil. Dari 280 pulau yang ada, terdapat 32 pulau yang berpenghuni. Luas Provinsi NTB mencapai 20.153,15 km 2 . Terletak antara 155º 46’ - 119º 5’ Bujur Timur dan 8º 10’ - 9º 5’ Lintang Selatan dengan batas-batas sebagai berikut: Sebelah Utara : Laut Jawa dan Laut Flores Sebelah Selatan : Samudera Indonesia Sebelah Barat : Selat LombokProvinsi Bali Sebelah Timur : Selat SapeProvinsi Nusa Tenggara Timur Gambar 4.1 Peta Wilayah Provinsi NTB Luas Pulau Sumbawa mencapai 15.414,5 km 2 76,49 atau 23 dari luas Provinsi NTB, dan luas Pulau Lombok hanya mencapai 13 saja. Luas seluruh wilayah Provinsi NTB sebesar 49.312,19 km 2 . Pusat pemerintahan Provinsi NTB