Bagian lumen pada usus dikelilingi oleh empat lapisan, yaitu serosa, muskularis, submukosa, dan mukosa. Serosa adalah membran yang lembut yang
menyelimuti lapisan muskularis. Muskularis terdiri dari longitudinal luar dan lapisan sirkular dalam. Submukosa merupakan lapisan tipis yang bercabang ke
dalam mukosa. Sel darah, tipe leukosit berserak atau banyak terdapat dalam submukosa. Mukosa merupakan lapisan yang terlihat, seperti epitelium berbentuk
kubus yang ciri-cirinya sederhana atau bercabang dengan vili panjang. Sel epitel sempit dan panjang dengan dasar nukleus dan tersusun kompak. Sel mukosa luas
dengan berbagai tahap aktivitas yang seluruhnya terjadi pada lekukan usus. Caeca usus merupakan perpanjangan pada usus. Kelenjar mukosa banyak terdapat
pada caeca George dan Chandy 1959.
Gambar 2 Dinding usus dengan perbesaran 17x secara skematis dalam tiga dimensi Genesser 1994.
2.4 Anatomi Ginjal
Organ ginjal pada ikan berfungsi sebagai alat ekskresi dan osmoregulasi. Ginjal mempunyai peranan penting dalam ekskresi sisa nitrogen dan mengatur
keseimbangan kadar air dan garam homeostasis Piska dan Naik 1992.
Gambar 3 Susunan histologik suatu korpuskel ginjal secara skematis dalam tiga dimensi Genesser 1994.
Ginjal terdiri dari sejumlah besar tubulus nefron yang berkembang dari depan ke belakang. Struktur ginjal memanjang, berpasangan, dan terletak di atas
saluran pencernaan dan dekat dengan tulang punggung. Ginjal ikan teleostei umumnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu kepala dan batang ginjal. Batang
ginjal terdiri dari sejumlah besar nefron, masing-masing terdiri dari sel darah ginjal atau badan Malphigi dan tubulus. Ruang intertubular penuh dari jaringan
limfoid yang terdistribusikan tidak merata. Ginjal bagian kepala umumnya terdiri dari limfoid, hematopoietik, interrenal dan jaringan chromaffin supra renal, serta
tubulus. Bermacam-macam variasi dalam jumlah, bentuk, dan ukuran sel-sel
ginjal. Sel-sel ginjal besar jarang ditemukan. Ginjal ikan laut sebagian besar memiliki glomerulus dan sel ginjal yang kurang berkembang dengan baik, dan
mungkin non-fungsional Piska dan Naik 1992.
2.5 Anatomi Hati
Hati merupakan organ dalam terbesar dari tubuh. Selain itu, hati juga merupakan jaringan terbesar kelenjar. Di dalam organ hati, nutrisi akan
diserap oleh saluran pencernaan, diproses, dan kemudian disimpan untuk digunakan oleh bagian tubuh yang lain. Metabolisme memiliki berbagai fungsi
misalnya sintesis protein, penyimpanan metabolit, sekresi empedu, detoksifikasi, dan inaktivasi yang mempunyai peranan penting dalam mempertahankan hidup.
Hati akan menerima darah melalui vena portal atau arteri hepatik. Sebagian dari darah 70-80 berasal dari vena portal yang membawa darah mengandung
nutrisi dan akan diserap di dalam usus. Arteri hati merupakan sebuah cabang dari
sumbu celiac yang beroksigen di dalam hati Akiyoshi dan Inoue 2004.
Hati terletak di sisi rongga tubuh dorsal, berdekatan dengan tulang punggung, dengan beberapa meluas ke dasar sirip dada dekat ginjal anterior. Hati
dikelilingi oleh kapsula jaringan ikat yang tipis, yaitu kapsula glisson, yang ditutupi oleh serosa hampir pada seluruh permukaannya. Di dalam kapsula glisson
terdapat beberapa pembuluh darah kecil. Jaringan ikat membagi parenkim hati menjadi lobus, unit struktural yang disebut jaringan ikat portal atau jaringan ikat
interlobular. Jaringan ikat mengelilingi portal triad, yaitu gabungan tiga saluran
berisi cabang arteri hepatika, vena porta, dan duktus biliaris Genesser 1994.
Gambar 4 Histologi hati dengan pewarnaan HE perbesaran 75x Genesser 1994.
Lobulus hati Jaringan ikat
portal
Vena sentralis
Portal triad
Gambar 5 Hati ikan normal, hepatosit dengan sitoplasma granular, dan inti pusat yang berbentuk bulat panah skala bar 10 mm, H.E. Camargo
dan Martinez 2007.
Hati juga merupakan organ vital yang berfungsi sebagai detoksifikasi dan mensekresikan bahan kimia yang digunakan untuk proses pencernaan. Hati
berperan penting dalam proses metabolisme dan transformasi bahan pencemar dari lingkungan. Dengan demikian hati merupakan organ yang paling banyak
mengakumulasi zat toksik sehingga mudah terkena efek toksik. Sebagian zat toksik yang masuk ke dalam tubuh setelah diserap oleh sel akan dibawa ke hati
oleh vena porta hati sehingga hati berpotensi mengalami kerusakan. Adanya zat toksik akan mempengaruhi struktur histologi hati sehingga dapat mengakibatkan
patologis hati seperti pembengkakan sel, rangkaian nekrosis atau bridging necrosis, degenarasi intralobular dan fokal nekrosis, fibrosis, serta cirrhosis
Camargo dan Martinez 2007.
2.6 Histologi