c. Potensi dari tapak terpilih
C. ANALISA PENGOLAHAN SITE
Pengolahan site bertujuan agar dalam perencanaan dan perancangan bangunan tidak terlepas dari fungsi fasilitas retret sebagai wadah kegiatan kerohanian
Kristen. Dalam pengolahan site ini sedapat mungkin diusahakan untuk menggali
potensi-potensi yang ada di dalam wilayah tapak dan lingkungannya yaitu mengenai klimatologi, kontur, view, orientasi, dan pencapaian, sirkulasi, serta elemen-elemen
alam yang mendukung perencanaan.
1. Analisa Klimatologi
Dasar pertimbangan : a. Lokasi tapak di daerah pegunungan yang beriklim tropis basah.
b. Kenyamanan pemakai bangunan. c. Pengaturan faktor alam seperti : matahari, angin, dan hujan.
Gambar IV – 9 Kondisi existing site Sumber : dokumen pribadi
Jl raya Tawangmangu- Sarangan
Vila, pem ukiman Persawahan yang
ditanam i wortel, Terlihat view ke gunung Lawu
Persawahan yang ditanami
Wortel Terlihat view ke
arah perbukitan,
Hutan c emara Persawahan
yang ditanami wortel, Terlihat
view ke hutan c emara
sungai kecil
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyelesaian bangunan di daerah tropis basah. :
a. Bangunan sebisa mungkin terbuka dan tidak menghalangi gerak udara yang diperlukan.
b. Gang-gang yang beratap tidak menghalangi gerakan udara. c. Daerah hijau diperbanyak untuk memperbaiki iklim mikro sebagai pelindung
cuaca. Dalam perencanaan fasilitas tretret ini ada dua faktor utama iklim yang sangat
mempengaruhi pengolahan tapak yaitu radiasi matahari dan angin.
e. Analisa terhadap radiasi matahari
1 Radiasi matahari yang masuk ke dalam bangunan perlu dikurangi intensitasnya dengan cara :
a Menghambat cahaya langsung yang masuk ke dalam bangunan serta silau yang ditimbulkannya dengan memanfaatkan vegetasi : semak, pohon, dan
rumput. b Memanfaatkan elemen bangunan untuk mengurangi sinar matahari yang
masuk ke dalam bangunan yaitu dengan tritisan dan sun shiding. c Memanfaatkan udara sebagai pendingin ruang dan bangunan akibat
pengaruh radiasi panas matahari, yaitu dengan mengalirkan udara ke daerah yang paling sering menerima panas secara langsung daerah atap.
2 Sinar matahari pagi dari timur dapat dimanfaatkan sebagai penerangan alami untuk ruang-ruang yang menuntut sinar yang banyak seperti pada
kelompok ruang pribadi.
Gambar IV-10 Elemen bangunan sebagai pengurang panas yang masuk dan pemanfaatan udara sebagai pendingin bangunan Sumber : Buku Pedoman Konsep
Angin barat laut berhembus melalui lembah, cukup kencang
Pagi Sore
Siang
Angin gunung malam hari, cukup kencang
Angin tenggara, bersifat kering, berhembus melalui perbukitan
Angin lingkungan dari persawahan, tidak terlalu kencang
Angin lingkungan dari persawahan, tidak terlalu kencang
Zone sebelah timur banyak mendapat sinar matahari pagi-
dapat diolah dengan bukaan maksimal
d Sinar matahari siang digunakan sebagai penerangan alami bagi seluruh fasilitas yang ada.
e Sinar matahari sore dari barat cukup menyilaukan dan kurang sehat sehingga harus dihindari dengan pemasangan barrier berupa tanaman serta sedikit mungkin
bukaan ke arah barat.
f. Arah dan kekuatan angin
Dasar pertimbangan : 1 Pemanfaatan potensi angin untuk perencanaan site dan massa bangunan
2 Arah sirkulasi angin 3 Orientasi bangunan
Kondisi angin : 1 Angin barat laut : berhembus melalui lembah, kecepatan angin tinggi
menjelang musim dingin. 2 Angin tenggara : bersifat kering, berhembus melalui daerah perbukitan.
3 Angin lingkungan: bertiup dari daerah yang terbuka luas persawahan, kecepatan angin tidak terlalu tinggi karena kondisi kontur lembah-bukit
yang bervariasi.
Gambar IV-11 Arah pergerakan matahari dan angin Sumber : analisis pribadi
Analisa angin : 1 Mengoptimalkan vegetasi atau bukaan pada bangunan untuk memperoleh
aliran udara yang sesuai keperluan, sehingga bisa dimanfaatkan untuk mendukung kenyamanan lingkungan.
2 Untuk mengantisipasi aliran udara atau angin yang mungkin berdampak buruk perlu dikendalikan melalui pembelokan dan penyerapan angin.
3 Pengaruh elemen peneduh terhadap aliran udara. 4 Karena tapak perencanaan berada di daerah perbukitan maka dalam
pengolahan tapak harus memperhatikan arah dan kekuatan angin. 5 Angin gunung pada malam hari bertiup dari gunung ke arah lembah,
meluncur cukup kencang membawa hawa dingin. Untuk menyaringnya digunakan tumbuh-tumbuhan, serta perlu diperhatikan bukaan-bukaan pada
bangunan agar tidak menantang arah hembusan angin. 6 Angin lembah bertiup pada siang hari berhawa cukup hangat dan tidak terlalu
kencang. Sehingga pada sisi selatan site dapat diolah dengan bukaan yang cukup maksimal.
Gambar IV-12 Mengantisipasi aliran udara yang buruk dengan pembelokan Sumber : analisis
Gambar IV-13 Pembelokan udara oleh pertamanan
2. Analisa Kontur Tapak