Analisa Pendekatan Eksterior Bangunan

2. Analisa Pendekatan Eksterior Bangunan

Dasar pertimbangan : a. Penampilan bangunan yang mencerminkan filosofi b. Simbolisme bentuk sebagai ungkapanekspresi penampilan bangunan c. Tuntutan dari masing-masing kegiatan yang ditampung : 1 Kelompok ruang penerimaan, pengelola, dan edukasi Kegiatan yang diwadahi di dalam kelompok kegiatan penerimaan adalah komunikasi horizontal hubungan antar sesama manusia. Karena fungsinya sebagai ruang penerimaan, maka penampilan bangunan dituntut untuk lebih terbuka terhadap publik, ramah. 2 Kelompok ruang pribadi Kegiatan yang diwadahi di dalam kelompok kegiatan pribadi adalah komunikasi horisontal hubungan antar sesama manusia. Maka skala yang dipergunakan adalah skala manusia. 3 Kelompok ruang peribadatan Kegiatan yang diwadahi di dalam ruang peribadatan adalah kegiatan komunikasi vertikal hubungan manusia dengan Tuhan dan komunikasi horizontal hubungan antar sesama manusia. Maka skala yang dipergunakan adalah skala manusia dan simbolisasi skala Tuhan. Simbolisasi skala manusia diterapkan pada ruang penerimaan dan simbolisasi skala Tuhan dipergunakan pada ruang utama ruang audience. Pengolahan bentuk eksterior bangunan : a. Ekspresi bangunan yang bersifat religius, dapat diungkapkan dengan : 1 Mengadaptasi simbol-simbol teologis dalam agama Kristen misalnya bentuk Trinitas Allah, salib, burung merpati, kaki dian, dll. 2 Unsur-unsur tipologi gereja, yaitu pengulangan bentuk atau tipe yang telah dikenal oleh umum sebagai bentuk atau tipe yang bernafaskan agama Kristen. Hal-hal di atas dapat diekspresikan dengan : a Garis-garis vertikal untuk memberikan ekspresi hubungan ke atas. b Penggunaan bentuk lengkung ke atas sebagai salah satu tipologi Gereja. c Penggunaan elemen kaca berwarnastained glass dan pemasangan ornamentasi yang sesuai dengan bangunan. b. Ekspresi bangunan peribadatan yang ramah, mengundang, terbuka 1 Pengulangan bentuk untuk mengekspresikan keteraturan dan kekhidmatan. 2 Kecenderungan simetri, cermin, dan seri. 3 Adanya bukaan-bukaan, perubahan ketinggian, dan penyempitansuatu titik orientasi sebagai kesan menerima dan ramah. c. Penyesuaian dengan lingkungan Tapak terpilih berada di kawasan perbukitan dan pemukiman yang sebagian besar beratap pelana dan limasan. Gambar IV-28 Penggunaan elemen kaca berwarna Sumber : dokumen pribadi Gambar IV-27 Penggunaan bentuk lengkung ke atas sebagai tipologi Gereja Sumber : analisis pribadi Gambar IV-29 Atap pelana dan limasan pada rumah tinggal di Tawangmangu Sumber : dokumen pribadi Penyesuaian terhadap lingkungan diwujudkan dengan : 1 Penggunaan atap pelana yang sudah dimodifikasi. 2 Penggunaan bahan material alam sebagai aksentuasi pada dinding, misalnya batu alam untuk menambah kesan alami. d. Pendekatan penampilan bangunan tropis Sebagai bangunan di daerah tropis, dalam perencanaannya perlu memperhatikan faktor iklim dan kelembaban. Hal itu dapat diatai dengan penggunaan tritisan yang lebar atau sunscreen untuk menghalangi sinar matahari langsung dan tempias air hujan. e. Kondisi site yang berkontur Kontur merupakan unsur yang kuat pada pegunungan dan membantu dalam penampilan bangunan yang akan diwujudkan. Bentukan mengikuti kontur sangat cocok dipakai pada bangunan unit kamar. Dengan adanya bukaan-bukaan yang lebar, view ke luar tidak terhalang oleh bangunan lain. f. Citra yang ingin diangkat pada bangunan Citra yang ingin diangkat ini adalah fasilitas retret dengan suasana pegunungan. Dari unsur-unsur yang ada pada pegunungan yang dipakai sebagai pembentuk citra bangunan, unsur-unsur yang dominan dari pegunungan adalah pepohonan kayu, batu sebagai pembentuk gunung, kontur yang ada dan iklim mikro dari pegunungan. Bahan-bahan kayu dan batuan alami dapat dipakai sebagai bahan finishing.

3. Analisa Pendekatan Interior Bangunan