23
1.2 Rumusan Masalah
Dalam pelaksanaan kegiataannya, perusahaan tidak lepas dari permasalahan. Dari uraian diatas, maka perumusan masalahnya adalah sebagai
berikut : Apakah variabel kebutuhan aktualisasi diri X1, kebutuhan penghargaan
X2 dan kebutuhan sosial X3 berpengaruh terhadap variable prestasi kerja Y karyawan pada PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk Cabang Petisah Medan.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis apakah variabel kebutuhan aktualisasi diri X1, kebutuhan penghargaan X2 dan
kebutuhan sosial X3 berpengaruh terhadap variabel prestasi kerja Y karyawan pada PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk Cabang Petisah Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang bersangkutan, antara lain :
1. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan informasi bagi pimpinan perusahaan dalam menentukan kebijaksanaan pemberian motivasi kepada karyawan secara tepat guna
mencapai produktivitas kerja perusahaan. 2.
Bagi Penulis Sebagai bahan pertimbangan khususnya untuk pengembangan
Universitas Sumatera Utara
24 ilmupengetahuan yang berhubungan dengan upaya meningkatkan prestasi
kerja karyawan. 3. Bagi Peneliti Lanjutan
Untuk mendapatkan informasi dan wawasan dari lingkungan luar kampus, baik informasi yang positif maupun negatif. Yang nantinya bisa
memberikan sumbangan pemikiran guna menyelesaikan masalah yang diteliti.
Universitas Sumatera Utara
25
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Motivasi
Setiap karyawan mempunyai motivasi yang berbeda-beda untuk bekerja dengan lebih baik. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa berhasil tidaknya
operasional perusahaan dalam mencapai tujuannya adalah ditentukan oleh kepemimpinan yang baik dari seorang pemimpin di dalam memberikan motivasi
kepada karyawannya. Seperti yang telah dinyatakan oleh Gede Arimbawa 2011:87 tentang
pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai
hasil yang optimal. Motivasi semakin penting karena manajer membagikan pekerjaan pada bawahannya untuk dikerjakan dengan baik dan terintregrasi
kepadatujuan yang diinginkan. Peterson dan Plowman mengatakan bahwa orang mau bekerja karena faktor-
faktor berikut: a.
The desire to live keinginan untuk hidup b.
The desire for position keinginan untuk suatu posisi c.
The desire for power keinginan akan kekuasaan d.
The desire for recognation keinginan akan pengakuan
Universitas Sumatera Utara
26 Peranan motivasi di dalam suatu perusahaan sangat penting, sehingga
motivasi dapat diartikan berbeda oleh setiap orang sesuai dengan tempat dan keadaan dari masing-masing orang. Untuk lebih jelasnya dibawah ini akan penulis
kutipkan beberapa pendapat mengenai pengertian motivasi. Motivasi secara umum mempunyai pengertian, suatu kebikjasanaan oleh
pimpinan perusahaan sebagai pendorong kerja karyawan agar dapat bekerja lebih produktif guna mencapai tujuan yang diharapkan perusahaan.
Herzberg dalam Robbins, 2006 memperkenalkan teori motivasi higiene atau yang sering disebut dengan teori dua faktor, yang berpendapat bahwa
hubungan individu dengan pekerjaannya merupakan hubungan dasar dan bahwa sikap seseorang terhadap kerja sangat menentukan kesuksesan atau kegagalan
individu tersebut. Herzberg juga menyatakan bahwa terdapat faktor yang diinginkan seseorang terhadap pekerjaan mereka.
Dari respon yang dikategorikan, diketahui bahwa respon mereka yang merasa senang berbeda dengan respon mereka yang tidak merasa senang.
Beberapa faktor tertentu cenderung secara konsisten terkait dengan kepuasan kerja dan yang lain terkait dengan ketidakpuasan kerja.
Gibson 2004:184, menjelaskan pengertian motivasi adalah suatu keahlian dalam mengarahkan pegawai dan organisasi agar mau bekerja secara
berhasil, sehingga tercapai keinginan para pegawai sekaligus tercapai tujuan perusahaan.
Dari pengertian diatas terdapat adanya beberapa batasan, antara lain : a.
Motivasi adalah pendorong yang bermaksud untuk mendorong manusia
Universitas Sumatera Utara
27 bertindak atau suatu tenaga di dalam diri manusia yang menyebabkan
manusia bertindak. b.
Motivasi ditinjau dari katanya berarti pemberian motif. Motivasi dapat pula diartikan faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu.
c. Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan dorongan atau semangat
kerja pendorong semangat kerja d.
Insentif merupakan alat motivasi, sarana motivasi, sarana penimbul motiv atau sarana yang menimbulkan dorongan.
2.1.2 Teori-teori Motivasi
Motivasi sebagai konsep manjemen banyak menarik perhatian para ahli. Hal ini dapat dimengerti mengingat betapa pentingnya motivasi dalam kehidupan
organisasi. Berikut ini akan dikemukakan beberapa teori motivasi, diantaranya: 1.
Teori Hirarkhi kebutuhan Maslow 2.
Teori Pengharapan 3.
Teori Keadilan
Teori kebutuhan oleh maslow dibagi dalam lima tingkatan sebagai berikut :
1. Kebutuhan psykologi Psykological Needs
Merupakan kebutuhan yang mendasar atau kebutuhan-kebutuhan badaniah meliputi; sandang, papan dan pemuasan sex.
Universitas Sumatera Utara
28 2.
Kebutuhan akan rasa aman Safety Needs Meliputi; baik kebutuhan akan keamanan jiwa maupun kebutuhan akan
keamanan kerja. 3.
Kebutuhan sosial Social Needs Meliputi; kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain, kebutuhan akan
perasaan dihormati, kebutuhan akan perasaaan maju dan berprestasi. 4.
Kebutuhan untuk dihormati Esteem Needs Kebutuhan akan penghargaan berupa kebutuhan akan harga diri dan
pandangan baik dari orang lain terhadap kita meliputi : a.
Segi kebendaan, yakni tempat tinggal, tempat berlibur dan penonjolan materi lainnya.
b. Segi prestasi, seperti luasnya jangkauan pekerjaan dan penggunaaan
gelar yang dimiliki. 5.
Kebutuhan aktualisasi Self Aktualization Needs Kebutuhan akan kepuasan diri meliputi; kebutuhan untuk mewujudkan diri
yaitu kebutuhan mengenai nilai dan kepuasan yang didapat dari pekerjaaan.
Gambar [2.1]
Piramida Kebutuhan “Maslow” :
Universitas Sumatera Utara
29
Teori Pengharapan Expectacy Theory Teori ini mengatakan bahwa perilaku kerja karyawan dapat dijelaskan dengan
kenyataan yaitu para karyawan menentukan lebih dahulu apa prilaku mereka yang dijelaskan dan nilai yang diperkirakan sebagai hasil-hasil alternatif dari
prilaku mereka, misalnya seorang karyawan mengharapkan bahwa menyelesaikan pekerjaaan tepat pada waktunya akan memperoleh
penghargaan, maka dia akan memotivasi dirinya untuk memenuhi sasaran tersebut.
Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Vroom, yang lebih lanjut mengatakan, bahwa keinginan seseorang untuk menghasilkan berproduksi
sangat tergantung atas tujuan khusus yang ingin dicapainya dan persepsinya atas tindakan-tindakan yang ingin dicapainya dan persepsinya atas tibndakan-tindakan
untuk mencapai tujuan tersebut. Oleh karena itu, bila ingin memotivasi seseorang, mereka perlu diberikan
pengertian tentang tujuan pribadi, hubungan antara usaha dan tindakan, antara
Universitas Sumatera Utara
30 tindakan dan hasil akhirnya antara hasil dan kepuasan karena tercapainya tujuan
pribadi.
Teori Keadilan Equity Theory Teori ini diterapkan oleh Hebert Heneman dan Donald P. Schawab, yang
mengemukakan bahwa karyawan cenderung membandingkan usaha atau input yang diterima oleh orang lain dalam situasi kerja yang sama dalam suatu
perusahaan. Jadi pada dasarnya dapat dikatakan bahwa teori ini memandang
bagaimana individu dalam suatu unit kerja menilai besarnya imbalanjasa yang diterima oleh perusahaan.
Dari ketiga teori motivasi yang dijelaskan teori kebutuhan merupakan teori motivasi yang banyak dianut orang, karena teori ini beranggapan bahwa
manusia pada hakekatnya adalah memenuhi kebutuhannya. Oleh sebab itu, apabila pimpinan ini memotivasi bawahannya, harus mengetahui apa kebutuhan-
kebutuhan bawahannya agar produktivitas kerja yang diharapkan dapat tercapai.
2.1.3 Prestasi Kerja 2.1.3.1 Pengertian Prestasi Kerja
Menurut Hasibuan 2001:69, prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yag dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibedakan kepadanya
yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu. Suprihanto 2006:71, mengatakan bahwa pada dasarnya prestasi kerja
adalah hasil kerja seseorang dalam periode tertentu dibandingkan dengan berbagai
Universitas Sumatera Utara
31 kemungkinan misalnya standar, targetsasaran atau kriteria yang telah ditentukan
terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Sedangkan menurut Siagian 1995:136 berpendapat bahwa : Ditinjau dari segi keprilakuan kepribadian
seseoarang sering menampakan dirinya dalam berbagai bentuk sikap cara berfikir dan cara bertindak dalam berbagai hal yang mempengaruhi kepribadian seseorang
manusia. Organisasi yang tercermin dalam prilakunya pada gilirannya akan berpengaruh terhadap prestasi kerja.
Maka dapat disimpulkan bahwa prestasi kerja karyawan adalah kemampuan dalam mengerjakan sesuai dengan standart kerja yang berlaku seperti
mutu pekerjaan, volume pekerjaan, pengetahuan kerja insentif, sikap kerja serta sikap terhadap orang lain.
2.1.3.2 Pengukuran Prestasi Kerja
Pengukuran prestasi kerja didasarkan atas penilaian prestasi kerja, karena penilaian prestasi kerja sebagai proses untuk mengukur prestasi kerja yang
dicapai oleh karyawan dan dibandingkan dengan standar tingkat prestasi yang diminta guna mengetahui sampai dimana ketrampilan yang ingin dicapai.
Menurut Nawawi 2005:98, pada hakekatnya penilaian prestasi kerja karyawan yang merupakan kegiatan manajemen sumber daya manusia adalah
suatu proses pengamatan observasi terhadap pelaksanaan pekerjaan oleh seorang pekerja yang memiliki hak-hak asasi yang dilindungi
Berprestasi atau tidaknya seseorang karyawan dapat diketahui melalui prilakunya dalam bekerja, yang meliputi kemandirian, keaktifan, dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam pekerjaannya, kreatifitas dan
Universitas Sumatera Utara
32 inisiatif serta percaya diri Rao 1992:49 berpendapat bahwa : orang yang
kurang berprestasi dapat dikenali dari ketergantungannya yang berlebihan pada orang lain. Ia pasif alam menghadapi tekanan. Ia senantiasa memerlukan
pengawasan dan harus di bujuk serta dipuji pada setiap langkah. Ia tidak mempercayai bakat-bakat atau kemampuannya sendiri. Ia tidak mudah
menunjukan inisiatif, tidak pula ia bersandar pada wewenangnya sendiri. Rao 1992:89 berpendapat bahwa prestasi kerja diukur melalui :
a. Kecakapan kerja
b. Inisiatif c. Kreatif
Istijanto 2006:75, menjabarkan bahwa indikatortolak ukurkriteria bawahan dalam melaksanakan pekerjaan terdiri atas beberapa aspek yaitu kualitas
kerja, tanggung jawab terhadap pekerjaan, kerja sama dengan rekan kerja, orientasi terhadap pelanggan dan inisiatif karyawan.
Pada giliran berikutnya, hasil dari penilaianpengukuran prestasi kerja karyawan dapat dijadikan informasi yang berharga bagi para manajer, misalnya
dapat melihat apakah pekerja mengerjakan tugas yang sudah menjadi tanggung jawabnya, memberikan gambaran tentang kekurangan dan kelebihan pekerja
dalam melaksanakan tugasnya, mengetahui keefektifan dan keefisienan kontribusi pekerja terhadap organisasi, dapat dikaitkan dengan pengambilan keputusan dan
kebijakan manajer, dan dapat dipergunakan untuk berbagai tujuan organisasi perusahaan seperti pengembangan karir promosi atau pemindahan, suksesi dan
kaderisasi, penyusunan program pengembangan dan pelatihan karyawan,
Universitas Sumatera Utara
33 penetapan gajiupah dan kompensasi tidak langsung, review strategi bisnis dan
lain-lain Nawawi, 2005. Untuk dapat mengevaluasi para pegawai secara obyektif atau akurat,
kita harus mampu mengukur tingkat prestasi kerja karyawan. Apabila diterjemahkan ke dalam standar kerja, pengukuran seperti itu berarti memberi
kesempatan bagi para pegawai untuk mengetahui tingkat prestasi kerja para karyawan.
Berdasarkan pada pendapat di atas bahwa untuk mengukur prestasi kerja perlu mempertimbangkan kualitas hasil kerja, kuantitas hasil kerja dan ketepan
waktu dalam menyelesaikan pekerjaan yang disesuaikan kondisi perusahaan.
2.1.3.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Kerja
Prestasi kerja banyak dipengaruhi oleh banyak faktor-faktor yang dalam pekerjaannya itu sendiri, faktor faktor tersebut meliputi : Gaji atau upah,
pengakuan hubungan antar pribadi, kondisi kerja,dan sebagainya. Oleh karenanya untuk dapat meningkatkan prestasi kerja karyawan dapat dilakukan
dengan memperbaiki dan meningkatkan faktor-faktor tersebut. Untuk meningkatkan prestasi kerja karyawan, organisasi perlu melakukan
perbaikan kinerja. Dalam hal ini, menurut Furtwengler 2003:88, terdapat sejumlah faktor yang perlu diperhatian oleh suatu organisasi di dalam melakukan
perbaikan kinerja, yaitu faktor kecepatan, kualitas, layanan, dan nilai. Selain keempat faktor tersebut, juga terdapat faktor lainnya yang turut mempengaruhi
kinerja pegawai, yaitu keterampilan interpersonal, mental untuk sukses, terbuka
Universitas Sumatera Utara
34 untuk berubah, kreativitas, terampil berkomunikasi, inisiatif, serta kemampuan
dalam merencanakan dan mengorganisir kegiatan yang menjadi tugasnya. Faktor- faktor tersebut memang tidak langsung berhubungan dengan pekerjaan, namun
memiliki bobot pengaruh yang sama. Disamping pendekatan di atas, pendekatan lain yang dapat digunakan
seperti : memudahkan pekerjaan ke pekerjaan yang lain untuk mendapatkan pesangon yang lebih baik, atau dapat juga dengan mengubah prestasi atau
harapan dari para pekerjanya terhadap pekerjaannya dengan memperbaiki dan meningkatkan faktor-faktor tersebut, maka secara otomatis prestasi kerja
karyawan akan terbentuk. Hal ini mengingat faktor-faktor tersebut adalah bagian atau aspek dari pekerjaan itu sendiri.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kondisi tempat kerja, hubungan antar sesama rekan kerja, kepemimpinan dan pengawasan berpengaruh
terhadap terbentuknya prestasi kerja karyawan.
2.1.3.4 Hubungan Antara Motivasi Dengan Prestasi Kerja
Faktor tenaga kerja tidak dapat diabaikan, bahkan merupakan salah satu faktor kunci, sebab kesalahan dan kekeliruan yang terjadi dapat menyebabkan
hambatan-hambatan yang serius, bahkan dapat menyebabkan kegagalan total. Motivasi merupakan daya pendorong yang menyebabkan karyawan dapat bekerja
dengan giat, karena dengan motivasi akan menentukan prestasi seseorang. Hal ini sependapat dengan Reksohadiprojo 1988:169 bahwa motivasi sebagai sesuatu
yang menyebabkan, menyalurkan serta melestarikan prilaku seseorang.
Universitas Sumatera Utara
35 Hal ini merupakan salah satu syarat kemampuan kepemimpinan seorang
manajer; seseorang manajer harus memotivasi, mempengaruhi, mengarahkan dan berkomunikasi dengan bawahan. Bawahan yang dimotivasi dapat meningkatkan
prestasi dan kepuasan bekerjanya. Motivasi yang diberikan atasan pimpinan kepada karyawannya haruslah
tepat karena pemberian motivasi ini akan mempengaruhi prestasi kerja karyawan. Seperti yang dikatakan oleh Ranupandojo dan Husnan 1996:197 bahwa menjadi
salah satu tugas dari seorang pemimpin untuk bisa memberikan motivasi dorongan kepada bawahannya agar bisa bekerjasesuai pengarahan yang
diberikan.Sehingga dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi yang diberikan pada karyawan akan mempengaruhi prilaku mereka
dalam bekerja agar lebih tinggi guna pemenuhan suatu harapan yaitu pemenuhan akan prestasi dalam bekerja sebab tercapainya prestasi kerja yang tinggi didorong
oleh motivasi yang tinggi pula. Dalam penelitian ini yang dijadikan variable Motivasi X adalah berdasar
pada teori Maslow karena menurut teori Maslow menyatakan bahwa suatu hirarki kebutuhan manusia adalah bertingkat. Dari sini bisa dikatakan bahwasanya
kebutuhan yang lebih pokok harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan yang lebih tinggi mulai mengendalikan perilaku seseorang, karena jika kebutuhan
yang lebih tinggi sudah terpenuhi maka akan berhenti daya motivasi seseorang.
Pada PT. Bank Syariah Mandiri dalam usahanya memberikan motivasi dan semangat kerja karyawan yaitu dengan memberikan upah atau gaji yang
Universitas Sumatera Utara
36 sesuai terhadap karyawannya. Sedangkan untuk variable Prestasi kerja Y
mengacu pada teori Rao karena orang yang kurang berprestasi dapat dikenali dari ketergantungannya yang berlebihan pada orang lain, yaitu seseorang yang
kurang menguasai dalam menyelesaikan pekerjaannya, serta tidak mudah menunjukkan inisiatifnya. Para karyawan PT. Bank Syariah Mandiri biasanya
secara bersama-sama melakukan rancangan pekerjaan baru, seperti pekerjaan kelompok, dan ikut serta dalam memecahkan masalah yang terbukti dapat
meningkatkan mutu karyawan dan meningkatkan prestasi kerja karyawan .
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Senja Wahyu Hikmawati tahun2007 tentang pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan pada PT. BPR Bali
Majujaya Mandiri Sidoarjo. Terdapat suatu kesimpulan bahwa pemberian motivasi positif X1 berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan
dengan nilai beta 0.276 dan thitung motivasi positif X1 2.672 ttabel 2.080. sedangkan variabel negaritve X2 tidak berpengaruh terhadap variabel kinerja
karyawanY. Dengan nilai signifikan 0.628, maka variabel motivasi positifX1 merupakan variabel yang berpengaruh secara dominan terhadap kinerja karyawan
dengan beta terbesar daripada variabel lainnya yaitu sebesar 0.276 dan nilai thitung sebesar 2.672.
Syahrial 2004, melakukan penelitian dengan judul ‘Pengaruh Motivasi Kerja dan upah terhadap Prestasi Kerja Karyawan pada PT. Bhanda Ghara Raksa
Cabang Medan”. Dari 48 orang responden dan diolah dengan menggunakan
Universitas Sumatera Utara
37 regresi berganda hasil penelitian menunjukkan deskripsi kerja dan upah secara,
serempak berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi kerja dengan alpha = 0,05 secara parsial deskripsi kerja berpengaruh positif signifikan terhadap
prestasi kerja, sementara upah tidak berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja pada alpa = 0,05. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel independen
yaitu motivasi kerja dan variabel dependen yaitu prestasi kerja. Adapun perbedaannya terdapat pada sampel, waktu dan tempat.
2.3 Kerangka Konseptual