LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan sumber daya manusia untuk menghadapi tantangan perubahan dan perkembangan zaman yang semakin lama semakin meningkat. Oleh karena itu, kebutuhan akan pendidikan dapat disebut sebagai hak dasar yang harus diberikan kepada semua anak Indonesia, tidak terkecuali bagi anak berkebutuhan khusus. Ilahi 2013: 17 menjelaskan bahwa dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab III ayat 5 dinyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan layanan pendidikan, tidak terkecuali warga negara yang memiliki kesulitan belajar, seperti kesulitan membaca disleksia, kesulitan menulis disgrafia, dan kesulitan menghitung diskalkulia maupun penyandang ketunaan, seperti tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, dan tunalaras. Undang-undang tersebut menunjukkan bahwa anak berkebutuhan khusus berhak pula memperoleh kesempatan yang sama dengan anak pada umumnya dalam pendidikan. Pada umumnya, anak berkebutuhan khusus mengikuti pendidikan di Sekolah Luar Biasa SLB. SLB jarang didirikan di daerah pedesaan atau daerah- daerah terpencil, tetapi didirikan di ibukota kabupaten Ilahi, 2013 : 19. Padahal keberadaan anak berkebutuhan khusus dapat saja ada di daerah pedesaan atau daerah-daerah terpencil, jadi tidak selalu ada di ibukota kabupaten. Pemerintah mengeluarkan sebuah peraturan untuk mempermudah anak berkebutuhan khusus 2 2 2 dalam memperoleh pendidikan yaitu Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 70 tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan danatau Bakat Istimewa. Pada pasal 1 disebutkan bahwa pendidikan inklusi didefinisikan sebagai sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus dan memiliki potensi kecerdasan danatau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya. Pendidikan inklusi pada hakekatnya adalah sebuah filosofi pendidikan yang menghargai keberagaman, menghormati bahwa semua orang merupakan bagian yang berharga dari masyarakat dengan tanpa memandang perbedaan Rosilawati, 2013: 9. Melalui pendidikan inklusi, anak berkebutuhan khusus dididik bersama- sama anak reguler lainnya untuk mengoptimalkan segenap potensi dan keterampilan mereka dengan penuh kesungguhan Ilahi, 2013: 27. Sekolah reguler yang sudah ditunjuk sebagai sekolah inklusi oleh pemerintah, harus mau dan mampu menerima anak berkebutuhan khusus dan anak tidak berkebutuhan khusus bersekolah di sekolah tersebut. Sekolah dikatakan mampu karena bukan sekedar menerima peserta didik, namun juga dapat memfasilitasi serta memberikan kegiatan dan materi pelajaran yang tepat bagi anak berkebutuhan khusus tersebut. Pendidikan khusus dimaksudkan sebagai sistem layanan pendidikan yang mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus belajar dengan anak sebayanya di sekolah reguler yang terdekat dengan tempat tinggalnya. Namun, penerimaan anak didik berkebutuhan khusus juga harus melihat kesiapan dari sekolah, terutama guru Tiarni, 2013: 4. Guru-guru sekolah inklusi harus mempersiapkan diri dengan keberagaman karakteristik anak didiknya. Guru harus mampu mempersiapkan metode dan kegiatan pembelajaran yang cocok untuk menggali dan memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak didiknya yang beragam. Selain itu, kurikulum yang digunakan untuk mengajar anak berkebutuhan khusus berbeda dengan anak tidak berkebutuhan khusus sehingga guru harus mampu melakukan pengamatan dengan benar sehingga kurikulum yang diterapkan pada anak berkebutuhan khusus tepat. Jika memang guru tidak memiliki kompetensi untuk menerima anak berkebutuhan khusus dengan kasus berat, guru bisa saja hanya menerima anak berkebutuhan khusus dengan kasus yang ringan Tiarni, 2013: 4. Konsep pendidikan inklusi merupakan konsep pendidikan yang merepresentasikan keseluruhan aspek yang berkaitan dengan keterbukaan dalam menerima anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh hak dasar mereka sebagai warga negara Ilahi, 2013: 23. Melalui pernyataan tersebut, sekolah yang sudah ditunjuk pemerintah sebagai sekolah inklusi harus mampu menerima seluruh anak, baik anak yang tidak berkebutuhan khusus maupun anak berkebutuhan khusus. Selain kesiapan guru-guru, sekolah inklusi juga harus menyediakan fasilitas yang memadai untuk seluruh anak didiknya, terutama anak berkebutuhan khusus. Fasilitas tersebut harus disesuaikan dengan kondisi anak didik. Misalnya, anak didik yang membutuhkan kursi roda untuk mobilisasi disediakan jalan khusus yang bukan berupa tangga. Anak didik yang menyandang tunarungu harus mendapatkan pencahayaan yang cukup dalam proses pembelajaran agar dapat melihat gerak bibir dengan jelas, dan sebagainya. Selain kesiapan guru-guru dan fasilitas sekolah yang memadai, sekolah inklusi harus menerapkan prinsip-prinsip sekolah inklusi dalam penyelenggaraannya. Sekolah inklusi mempunyai prinsip-prinsip yang harus dipenuhi agar layak disebut sebagai sekolah inklusi, bukan sekedar menerima anak berkubutuhan khusus. Prinsip- prinsip tersebut disebut dengan prinsip-prinsip inklusi. Prinsip-prinsip inklusi memegang peranan penting untuk mengatur sekolah inklusi mulai dari manajemennya hingga pelaksanaan sekolah inklusi tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Tri Wahyu Setyaningsih 2016 mengenai evaluasi belajar yang digunakan oleh guru di sekolah dasar inklusi se-kota Yogyakarta. Evaluasi belajar hanya merupakan salah satu dari 8 prinsip penyelenggaraan sekolah inklusi. Dengan demikian, belum semua prinsip pendidikan inklusi terungkap penerapannya di sekolah dasar inklusi. Melalui penelitian ini, peneliti ingin mengungkap penerapan seluruh prinsip pendidikan inklusi di sekolah dasar. Di wilayah Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta ada 26 sekolah dasar inklusi. Jumlah sekolah tersebut sudah cukup memadai untuk menyediakan layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dalam satu kabupaten. Penyelenggaraan sekolah dasar inklusi di wilayah Kabupaten Kulon Progo belum diketahui apakah sudah menerapkan prinsip-prinsip inklusi atau belum. Peneliti ingin mengetahui penerapan prinsip-prinsip inklusi pada sekolah dasar inklusi di Kabupaten Kulon Progo tersebut. Penelitian ini mengangkat judul “Survei Penyelenggaraan Sekolah Dasar Inklusi di Wilayah Kabupaten Kulon Progo ”.

B. RUMUSAN MASALAH