56
Pembangunan Daerah, Sektor dan Nasional
2. Gubernur berwenang melakukan evaluasi pemerintahan
Provinsi sendiri; 3.
Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat berwenang melakukan evaluasi SKPD provinsi;
4. BupatiWalikota
berwenang melakukan
evaluasi pemerintahan kabupatenkota;
5. Bupati berwenang melakukan evaluasi SKPD kabupaten,
Camat dan kepala desa; 6.
Kepala SKPD berwenang melakukan evaluasi aparat di dalam lingkungan tugasnya;
7. Camat berwenang melakukan evaluasi kepala desa dan aparat
di dalam lingkungannya. Khusus dalam pembangunan daerah, BupatiWalikota dapat
melakukan evaluasi terhadap rencana dan pelaksanaan serta hasil pembangunan tahunan kabupatenkota dengan mempergunakan
RJPM kabupatenkota sebagai tolok ukur evaluasi. Adapun evaluasi terhadap pelaksanaan pembangunan pada masing-
masing bidang dilakukan dengan mempergunakan Renstra bidang masing-masing.
Hasil evaluasi digunakan untuk perbaikan rencana dan pelaksanaan pembangunan di waktu berikutnya serta digunakan
sebagai bagian dari laporan pelaksanaan pemerintahan di daerah kepada pemerintah pusat.
Modul Diklatpim Tingkat III
57
I. Keterbatasan dan Hambatan
Keterbatasan
daerah adalah keadaan sumber daya alam yang secara alami memiliki potensi yang lebih rendah dan kurang
mampu mendukung pembangunan daerah. Contoh keterbatasan, antara lain adalah:
1. Iklim yang demikian kering dengan musim penghujan hanya
berlangsung kurang dari 3 bulan dengan curah hujan kurang dari 1200 mmtahun, sehingga hutan dan berbagai tanaman
yang bermanfaat tidak dapat hidup subur; 2.
Topografi lapangan yang bergunung dan berbukit-bukit terjal, sehingga sukar dicapai dan pembangunan jalan umum sukar
dilaksanakan; 3.
Jumlah penduduk yang sangat terbatas sehingga peranannya dalam pembangunan lebih terbatas;
4. Letak geografi yang demikian jauh dari kegiatan ekonomi dan
sosial yang berada di daerah lain, sehingga harus mengadakan dan menumbuhkan kegiatan sosial ekonomi
sendiri, dan tidak dapat memperoleh manfaat dari adanya kegiatan sosial ekonomi yang telah ada;
5. Letak daerah dalam sistem hidrologi daerah aliran sungai,
misalnya berada di daerah hulu sebagai wilayah mata air, sehingga
setiap pelaksanaan
pembangunnya harus
memperhatikan daerah lain yang berada di hilir. Apabila berada di daerah hilir dari daerah aliran sungai maka selalu
menerima limpahan air bah dari daerah hulu; 6.
Keterbatasan sumber daya alam, antara lain sumber daya tambang, sedemikian sehingga potensi daerah ini demikian
58
Pembangunan Daerah, Sektor dan Nasional
kecil untuk dapat mendukung pembangunan agar sejajar dengan daerah pada bidang ekonomi, sosial dan budaya.
Tidak semua keterbatasan dapat diatasi dengan teknologi atau peningkatan sumber daya manusia saja akan tetapi mungkin perlu
melakukan pola politik ekonomi dan pembangunan yang lain, diantaranya kerjasama dengan daerah lain secara lebih erat,
sehingga lebih bisa ikut memanfaatkan sumber daya daerah lain.
Hambatan
pembangunan daerah adalah keadaan yang timbul secara alami dan yang timbul sebagai dampak dari perbuatan
manusia, baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri yang kurang atau tidak mendukung pembangunan daerah. Contoh:
1. Sistem pemerintahan yang terlalu boros, birokratis,
dikendalikan oleh orang-orang yang kurang cakap dan kurang berminat untuk menyelenggarakan pembangunan
daerah secara baik; 2.
Keadaan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat yang kurang mendukung pembangunan, antara lain:
a. Sikap apatis masyarakat terhadap pembangunan daerah;
b. Kurangnya pengetahuan dan wawasan masyarakat;
c. Terbatasnya
penguasaan teknologi
para pelaku
pembangunan. Keterbatasan dan hambatan dapat dikurangi dengan pembinaan
yang terus menerus bahkan mungkin dengan langkah yang bersifat keras dan cepat serta peningkatan teknologi pemanfaatan
dan pengelolaan. Terdapat beberapa hambatan yang cukup besar bagi pelaksanaan pembangunan daerah, dan perlu mendapat
Modul Diklatpim Tingkat III
59 perhatian yang lebih baik dari masyarakat dan aparat pemerintah
daerah serta pemerintah pusat, antara lain adalah: Sebagian besar daerah otonom mengalami kesulitan dana untuk
pembangunan. Sebab utamanya adalah demikian kecilnya pendapatan asli daerah PAD dibanding dengan anggaran untuk
pembangunan dan pelaksanaan pemerintahan secara rutin. Antara lain daerah kabupaten Majalengka, pada tahun 2000, besarnya
PAD hanya sekitar Rp. 6,5 milyar atau sekitar 6 dari anggaran pendapatan dan belanja daerah APBD yang seluruhnya
mencapai Rp.105 milyar. Demikian pula kabupaten Sumedang, PAD hanya sekitar Rp.12 milyar sedangkan APBD pada tahun
yang sama mencapai Rp.126 milyar. Sebagian besar PAD berasal dari pajak dan retribusi. Adapun bagian keuntungan dari BUMD
dan hasil dari pengelolaan aset milik daerah belum dapat diandalkan karena belum dikembangkan secara optimal. Untuk
meningkatkan PAD, Pemerintah perlu secepatnya membina daerah agar lebih mampu mendayagunakan dan mengelola
sumber daya yang dimilikinya secara lebih untuk menghasilkan manfaat ekonomi bagi masyarakat luas di daerah dan
menghasilkan PAD yang lebih besar.
J. Latihan