Hubungan Kepuasan Kerja Pensiunan Dengan Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri (Studi Kasus Pada PT Pertamina (Persero) Perkapalan)
(STUDI KASUS PADA PT PERTAMINA (PERSERO)
PERKAPALAN)
Oleh :
LINDAWATI KARTIKA
H24103079
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(2)
(STUDI KASUS PADA PT PERTAMINA (PERSERO)
PERKAPALAN)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
LINDAWATI KARTIKA
H24103079
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(3)
DEPARTEMEN MANAJEMEN
HUBUNGAN KEPUASAN KERJA PENSIUNAN DENGAN
PROGRAM PENSIUN DINI ATAS PERMINTAAN SENDIRI
(STUDI KASUS PADA PT PERTAMINA (PERSERO)
PERKAPALAN)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
LINDAWATI KARTIKA
H24103079
Menyetujui, 28 Mei 2007
Dra. Siti Rahmawati, M.Pd. Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen
(4)
Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri (Studi Kasus Pada PT Pertamina (Persero) Perkapalan) Dibawah Bimbingan Siti Rahmawati
PT Pertamina (Persero) Perkapalan merupakan bagian dari PT Pertamina (Persero) Perkapalan yang dibentuk sebagai shipping division pada tahun 1959. Sejak 1 Januari 2006, industri hilir migas yang semula monopoli PT Pertamina, kini terbuka untuk siapa saja termasuk investor asing. Peningkatan daya saing perusahaan bukan merupakan suatu hal yang mudah diatasi karena diperlukan dukungan berbagai faktor, salah satunya sumber daya manusia (SDM). Pada akhir tahun 2006, PT Pertamina (Persero) melaksanakan program pensiun dini atas permintaan sendiri (APS) yaitu pengajuan pensiun sebelum batas usia pekerja yang ditentukan (55 tahun). Program kemudahan pengakhiran hubungan kerja ini tenyata melebihi target yang telah ditetapkan perusahaan, semula 102 karyawan menjadi 122 karyawan. Hal ini mengindikasikan adanya kepuasan yang akan diteliti melalui sepuluh atribut : turn over, ketidakhadiran, umur, tingkat pekerjaan, keamanan kerja, gaji dan pendapatan, perencanaan pengembangan karir, kesempatan promosi dan pengakuan manajemen dimana keseluruhan atribut tersebut dihubungkan dengan program pensiun dini APS.
Tujuan penelitian: (1) Mengidentifikasi persepsi karyawan yang mengajukan program pensiun dini APS terhadap kepuasan kerja di PT Pertamina (Persero) Perkapalan, (2) Mengidentifikasi persepsi pensiunan terhadap program pensiun dini APS yang telah mereka pilih dan dilaksanakan pihak manajemen perusahaan, (3) Menganalisis hubungan antara kepuasan kerja pensiunan dengan program pensiun dini APS dan (4) Merekomendasikan solusi alternatif terhadap program APS berdasarkan keinginan dan kebutuhan karyawan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer (pengamatan langsung di lokasi penelitian, wawancara dan kuesioner yang diberikan kepada 55 responden menggunakan Simple random sampling) dan data sekunder (buku-buku, jurnal, internet dan literatur-literatur yang relevan, serta data internal perusahaan). Pengolahan dan analisis data menggunakan Rank Spearman dengan program SPSS 15.00 for windows.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa hubungan kepuasan kerja pensiunan dengan program pensiun dini APS memiliki hubungan nyata, positif dan lemah (moderately low association) sebesar 0.364 dengan tingkat signifikansi 0.006 (p < 0.05). Maka meningkatnya kepuasan kerja karyawan berhubungan lemah dengan semakin meningkatnya keinginan mengajukan pensiun dini atas APS.
Perusahaan dalam merancang program pengakhiran hubungan kerja berupa pensiun dini APS sebaiknya selain mempertimbangkan kondisi perusahaan yang membutuhkan formasi yang ideal secara cepat, tetapi juga dibutuhkan perhatian terhadap beberapa hal untuk perbaikan, secara garis besar akan ditinjau dari program pensiun dini APS yang telah berjalan, sosialisasi program pensiun dini APS, pengajuan pensiun dini oleh karyawan kepada perusahaan, fasilitas yang didapat dari pensiun dini APS, respon terhadap program pensiun dini APS dan rekomendasi rancangan pensiun dini terbaik.
(5)
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 18 Januari 1986. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Sugiharto dan Pipih Karfiah.
Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Al-Ghazaly Bogor pada tahun 1990, lalu pada tahun tahun 1991 melanjutkan ke Sekolah Dasar Al-Ghazaly Bogor. Pada tahun 1997, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 4 Bogor dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 5 Bogor dan masuk dalam program IPA pada tahun 2002. Pada tahun 2003, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) di Departemen Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di berbagai kemahasiswaan sebagai Staf Pengembangan Ekonomi dan Kewirausahaaan Badan ekesekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Manajemen Periode 2004-2005, Divisi Kajian Shariah Economic Students Club (SES-C) Periode 2003-2004, Divisi Kerja Sama dan Usaha Mandiri Shariah Economic Students Club (SES-C) 2004-2005, Bendahara FEM Peduli Periode 2004-2004-2005, aktif dalam berbagai kegiatan acara dan kepanitiaan sebagai koordinator diantaranya : Turnamen Invitasi Futsal (TIF) Tahun 2004, X-Jobs (Exclusive Jobs Preparation Seminar) Tahun 2005, Bazar Pengembangan Ekonomi dan Kewirausahaan (PEK’Days) Tahun 2005,
Toefl For Us (TOFU) Tahun 2005 dan Turnamen Invitasi Basket (Tiket) 2006. Selain itu, penulis pernah mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat IPB dan Lomba Cerpen yang diselenggarakan Kementerian Pemuda dan Olah Raga.
(6)
Segala puji senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Judul skripsi ini adalah ”Hubungan Kepuasan Kerja Pensiunan Dengan Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri (APS) (Studi Kasus Pada PT Pertamina (Persero) Perkapalan) ”. Penulis tertarik meneliti program pensiun dini APS karena merupakan studi kasus yang terjadi pada perusahaan pada saat penelitian dan merupakan program pemberhentian terbaik dilihat dari segi perusahaan dan karyawan yang mengajukan program tersebut. Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ibu Hj. Siti Rahmawati, M.Pd, sebagai dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, masukan dan motivasi yang tidak ternilai selama menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Heti Mulyati STP, MT, sebagai dosen penguji yang telah memberikan waktu dalam pengujian, memberi masukan dan kontribusi yang tak ternilai. 3. Bapak Eko Rudi Cahyadi, S.Hut. MM, sebagai dosen penguji yang telah
bersedia meluangkan waktu dalam pengujian serta saran yang berharga. 4. Ratih Maria Dewi, SP, MM, dengan segala kelembutan dan curahan perhatian
telah bersedia meluangkan waktunya bagi penulis dalam pengarahan skripsi. 5. Manajer Layanan UmumPT Pertamina (Persero) Perkapalan, Bapak Bambang
S Noor, atas izin, informasi dan dukungannya selama penulis berada di PT Pertamina (Persero) Perkapalan.
6. Asisten Manajer Layanan Umum, Bapak Asep Aonuddien, atas kesediaan waktu dalam bimbingan dan informasi yang diberikan sehingga dapat dilakukannya penelitian.
7. Koordinator Hubungan Industrial, Bapak Ridwan yang telah banyak membantu dalam memberikan data dan penjelasan.
(7)
9. Sekretaris Layanan Umum, Bapak Basuki, yang telah membantu penulis dalam hal perizinan dan surat menyurat serta dukungannya
10.Divisi Data Personalia, Bapak Melky dan Bapak Warsito yang telah banyak membantu dalam memberikan data, penjelasan, saran selama penulis melakukan penelitian serta kebaikan hati yang tidak ternilai.
11.Bapak Agus Hartoyo, yang dengan segala kebaikannya telah banyak membantu dalam memberikan penjelasan, saran , serta ide-ide kreatif selama penulis melakukan penelitian.
12.Responden Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri (APS) PT Pertamina (Persero) Perkapalan, yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner dan memberi penjelasan dan dukungan yang sangat berarti. 13.Ibunda dan Ayahanda, adik-adikku (Yudo, Suryo, Tanto, Suhaila, Hera dan
Tama) yang telah memberikan curahan kasih sayang, inspirasi hidup dan do’a yang tulus
14.Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen FEM IPB
15.Sahabat-sahabat (Evi, Sekar, Vika, Eva, Andin, Desty dan Icha) yang selalu memberikan keceriaan setiap waktu dan memberikan kenangan indah.
16.Seluruh teman-teman Manajemen 40 (Imel, Tika, Henry, Elang, Mira, Ronny, Iman, Dedi, Sansa, Kurnia, Kania, Rae, Dewi, Melly, JW, Silva, Dian SMS, Hartati, Okty, Kiki, Gema, Made, Aldo)
17.Rommy Rasyad dan Firdaus yang banyak membantu dalam skripsi ini.
18.Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan pahala atas kebaikannya.
Skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran konstruktif diperlukan untuk hal lebih baik. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemashalatan umat dan bernilai ibadah dalam pandangan ALLAH SWT. Amien
Bogor, 24 Mei 2007
(8)
Halaman
ABSTRAK ... i
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR... iv
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 4
1.4. Manfaat Penelitian ... 5
1.5. Batasan Penelitian ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia ... 6
2.1.1. Peranan dan Fungsi MSDM... 7
2.1.2. Perencanaan Sumber Daya Manusia... 9
2.2. Kepuasan Kerja ... 10
2.2.1. Atribut Kepuasan Kerja ... 11
2.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja ... 13
2.2.3. Teori-teori Kepuasan Kerja... 13
2.2.4. Survei Kepuasan Kerja ... 16
2.5. Kepuasan Kerja Dihubungkan dengan Kemangkiran... 17
2.6. Kepuasan Kerja dan Organizational Citizenship Behaviour (OCB)... 18
2.2. Pemberhentian... 19
2.3. Pemensiunan ... 20
2.3.1.Jendela Pensiun Dini... 21
2.3.2. Cara Pembiayaan Pensiun... 21
2.3.3. Pensiun dan Hukum ... 23
2.3.4. Perampingan Sumber Daya Manusia... 24
III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran... 25
3.1.1. Kerangka Pemikiran Konseptual ... 25
3.1.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 27
3.1.3. Tahapan Penelitian... 29
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30
(9)
3.4.2. Perhitungan Sampel ... 30
3.4.3. Teknik Sampling ... 31
3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 32
3.5.1. Uji Validitas ... 32
3.5.2. Uji Reliabilitas Alat Ukur ... 33
3.5.3. Korelasi Rank Spearman... 34
1V. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Perusahaan... 38
4.1.1. Visi, Misi dan Tata Nilai Perusahaan... 41
4.1.2. Struktur Organisasi ... 41
4.1.3. Profil Usaha ... 46
4.2. Sumber Daya Manusia ... 50
4.2.1. Komposisi Tenaga Kerja... 50
4.2.2. Hari dan Jam Kerja ... 53
4.2.3. Sistem Pensiun Perusahaan... 54
4.3. Karakteristik Responden ... 55
4.4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 58
4.4.1. Hasil Uji Validitas... 58
4.4.2. Hasil Uji Reliabilitas... 59
4.5. Analisis Kepuasan Kerja Pensiunan Dengan Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri... 60
4.5.1. Persepsi Responden Terhadap Kepuasan Kerja... 61
4.5.2. Persepsi Responden Terhadap Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri ... 62
4.6. Analisis Hubungan Kepuasan Kerja Pensiunan Dengan Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri ... 74
4.6.1. Hubungan Atribut Kepuasan Kerja Turn Over dengan Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri ... 76
4.6.2. Hubungan Atribut Kepuasan Kerja Ketidakhadiran dengan Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri .. 77
4.6.3. Hubungan Atribut Kepuasan Kerja Umur dengan Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri ... 78
4.6.4. Hubungan Atribut Kepuasan Kerja Tingkat Pekerjaan dengan Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri .. 79
4.6.5. Hubungan Atribut Kepuasan Kerja Ukuran Organisasi dengan Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri . 80 4.6.6. Hubungan Atribut Kepuasan Kerja Keamanan Kerja dengan Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri .. 80
4.6.7. Hubungan Atribut Kepuasan Kerja Gaji dan Pendapatan dengan Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri .. 81
4.6.8. Hubungan Atribut Kepuasan Kerja Perencanaan dan Pengembangan Karir dengan Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri ... 83 4.6.9. Hubungan Atribut Kepuasan Kerja Kesempatan Promosi
(10)
4.7. Implikasi Manajerial ... 86
4.7.1. Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri Karyawan ... 87
4.7.2. Sosialisasi... 88
4.7.3. Prosedur dan Syarat Pengajuan Pensiun Dini APS... 89
4.7.4. Fasilitas Pensiun Dini APS ... 90
4.7.5. Respon Karyawan Yang Mengambil Program APS ... 92
4.7.6. Rancangan Program APS Menuju Perbaikan Kedepan ... 93
V. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 99
2. Saran ... 100
DAFTAR PUSTAKA... 101
(11)
(STUDI KASUS PADA PT PERTAMINA (PERSERO)
PERKAPALAN)
Oleh :
LINDAWATI KARTIKA
H24103079
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(12)
(STUDI KASUS PADA PT PERTAMINA (PERSERO)
PERKAPALAN)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
LINDAWATI KARTIKA
H24103079
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(13)
DEPARTEMEN MANAJEMEN
HUBUNGAN KEPUASAN KERJA PENSIUNAN DENGAN
PROGRAM PENSIUN DINI ATAS PERMINTAAN SENDIRI
(STUDI KASUS PADA PT PERTAMINA (PERSERO)
PERKAPALAN)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
LINDAWATI KARTIKA
H24103079
Menyetujui, 28 Mei 2007
Dra. Siti Rahmawati, M.Pd. Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen
(14)
Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri (Studi Kasus Pada PT Pertamina (Persero) Perkapalan) Dibawah Bimbingan Siti Rahmawati
PT Pertamina (Persero) Perkapalan merupakan bagian dari PT Pertamina (Persero) Perkapalan yang dibentuk sebagai shipping division pada tahun 1959. Sejak 1 Januari 2006, industri hilir migas yang semula monopoli PT Pertamina, kini terbuka untuk siapa saja termasuk investor asing. Peningkatan daya saing perusahaan bukan merupakan suatu hal yang mudah diatasi karena diperlukan dukungan berbagai faktor, salah satunya sumber daya manusia (SDM). Pada akhir tahun 2006, PT Pertamina (Persero) melaksanakan program pensiun dini atas permintaan sendiri (APS) yaitu pengajuan pensiun sebelum batas usia pekerja yang ditentukan (55 tahun). Program kemudahan pengakhiran hubungan kerja ini tenyata melebihi target yang telah ditetapkan perusahaan, semula 102 karyawan menjadi 122 karyawan. Hal ini mengindikasikan adanya kepuasan yang akan diteliti melalui sepuluh atribut : turn over, ketidakhadiran, umur, tingkat pekerjaan, keamanan kerja, gaji dan pendapatan, perencanaan pengembangan karir, kesempatan promosi dan pengakuan manajemen dimana keseluruhan atribut tersebut dihubungkan dengan program pensiun dini APS.
Tujuan penelitian: (1) Mengidentifikasi persepsi karyawan yang mengajukan program pensiun dini APS terhadap kepuasan kerja di PT Pertamina (Persero) Perkapalan, (2) Mengidentifikasi persepsi pensiunan terhadap program pensiun dini APS yang telah mereka pilih dan dilaksanakan pihak manajemen perusahaan, (3) Menganalisis hubungan antara kepuasan kerja pensiunan dengan program pensiun dini APS dan (4) Merekomendasikan solusi alternatif terhadap program APS berdasarkan keinginan dan kebutuhan karyawan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer (pengamatan langsung di lokasi penelitian, wawancara dan kuesioner yang diberikan kepada 55 responden menggunakan Simple random sampling) dan data sekunder (buku-buku, jurnal, internet dan literatur-literatur yang relevan, serta data internal perusahaan). Pengolahan dan analisis data menggunakan Rank Spearman dengan program SPSS 15.00 for windows.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa hubungan kepuasan kerja pensiunan dengan program pensiun dini APS memiliki hubungan nyata, positif dan lemah (moderately low association) sebesar 0.364 dengan tingkat signifikansi 0.006 (p < 0.05). Maka meningkatnya kepuasan kerja karyawan berhubungan lemah dengan semakin meningkatnya keinginan mengajukan pensiun dini atas APS.
Perusahaan dalam merancang program pengakhiran hubungan kerja berupa pensiun dini APS sebaiknya selain mempertimbangkan kondisi perusahaan yang membutuhkan formasi yang ideal secara cepat, tetapi juga dibutuhkan perhatian terhadap beberapa hal untuk perbaikan, secara garis besar akan ditinjau dari program pensiun dini APS yang telah berjalan, sosialisasi program pensiun dini APS, pengajuan pensiun dini oleh karyawan kepada perusahaan, fasilitas yang didapat dari pensiun dini APS, respon terhadap program pensiun dini APS dan rekomendasi rancangan pensiun dini terbaik.
(15)
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 18 Januari 1986. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Sugiharto dan Pipih Karfiah.
Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Al-Ghazaly Bogor pada tahun 1990, lalu pada tahun tahun 1991 melanjutkan ke Sekolah Dasar Al-Ghazaly Bogor. Pada tahun 1997, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 4 Bogor dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 5 Bogor dan masuk dalam program IPA pada tahun 2002. Pada tahun 2003, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) di Departemen Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di berbagai kemahasiswaan sebagai Staf Pengembangan Ekonomi dan Kewirausahaaan Badan ekesekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Manajemen Periode 2004-2005, Divisi Kajian Shariah Economic Students Club (SES-C) Periode 2003-2004, Divisi Kerja Sama dan Usaha Mandiri Shariah Economic Students Club (SES-C) 2004-2005, Bendahara FEM Peduli Periode 2004-2004-2005, aktif dalam berbagai kegiatan acara dan kepanitiaan sebagai koordinator diantaranya : Turnamen Invitasi Futsal (TIF) Tahun 2004, X-Jobs (Exclusive Jobs Preparation Seminar) Tahun 2005, Bazar Pengembangan Ekonomi dan Kewirausahaan (PEK’Days) Tahun 2005,
Toefl For Us (TOFU) Tahun 2005 dan Turnamen Invitasi Basket (Tiket) 2006. Selain itu, penulis pernah mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat IPB dan Lomba Cerpen yang diselenggarakan Kementerian Pemuda dan Olah Raga.
(16)
Segala puji senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Judul skripsi ini adalah ”Hubungan Kepuasan Kerja Pensiunan Dengan Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri (APS) (Studi Kasus Pada PT Pertamina (Persero) Perkapalan) ”. Penulis tertarik meneliti program pensiun dini APS karena merupakan studi kasus yang terjadi pada perusahaan pada saat penelitian dan merupakan program pemberhentian terbaik dilihat dari segi perusahaan dan karyawan yang mengajukan program tersebut. Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ibu Hj. Siti Rahmawati, M.Pd, sebagai dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, masukan dan motivasi yang tidak ternilai selama menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Heti Mulyati STP, MT, sebagai dosen penguji yang telah memberikan waktu dalam pengujian, memberi masukan dan kontribusi yang tak ternilai. 3. Bapak Eko Rudi Cahyadi, S.Hut. MM, sebagai dosen penguji yang telah
bersedia meluangkan waktu dalam pengujian serta saran yang berharga. 4. Ratih Maria Dewi, SP, MM, dengan segala kelembutan dan curahan perhatian
telah bersedia meluangkan waktunya bagi penulis dalam pengarahan skripsi. 5. Manajer Layanan UmumPT Pertamina (Persero) Perkapalan, Bapak Bambang
S Noor, atas izin, informasi dan dukungannya selama penulis berada di PT Pertamina (Persero) Perkapalan.
6. Asisten Manajer Layanan Umum, Bapak Asep Aonuddien, atas kesediaan waktu dalam bimbingan dan informasi yang diberikan sehingga dapat dilakukannya penelitian.
7. Koordinator Hubungan Industrial, Bapak Ridwan yang telah banyak membantu dalam memberikan data dan penjelasan.
(17)
9. Sekretaris Layanan Umum, Bapak Basuki, yang telah membantu penulis dalam hal perizinan dan surat menyurat serta dukungannya
10.Divisi Data Personalia, Bapak Melky dan Bapak Warsito yang telah banyak membantu dalam memberikan data, penjelasan, saran selama penulis melakukan penelitian serta kebaikan hati yang tidak ternilai.
11.Bapak Agus Hartoyo, yang dengan segala kebaikannya telah banyak membantu dalam memberikan penjelasan, saran , serta ide-ide kreatif selama penulis melakukan penelitian.
12.Responden Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri (APS) PT Pertamina (Persero) Perkapalan, yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner dan memberi penjelasan dan dukungan yang sangat berarti. 13.Ibunda dan Ayahanda, adik-adikku (Yudo, Suryo, Tanto, Suhaila, Hera dan
Tama) yang telah memberikan curahan kasih sayang, inspirasi hidup dan do’a yang tulus
14.Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen FEM IPB
15.Sahabat-sahabat (Evi, Sekar, Vika, Eva, Andin, Desty dan Icha) yang selalu memberikan keceriaan setiap waktu dan memberikan kenangan indah.
16.Seluruh teman-teman Manajemen 40 (Imel, Tika, Henry, Elang, Mira, Ronny, Iman, Dedi, Sansa, Kurnia, Kania, Rae, Dewi, Melly, JW, Silva, Dian SMS, Hartati, Okty, Kiki, Gema, Made, Aldo)
17.Rommy Rasyad dan Firdaus yang banyak membantu dalam skripsi ini.
18.Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan pahala atas kebaikannya.
Skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran konstruktif diperlukan untuk hal lebih baik. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemashalatan umat dan bernilai ibadah dalam pandangan ALLAH SWT. Amien
Bogor, 24 Mei 2007
(18)
Halaman
ABSTRAK ... i
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR... iv
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 4
1.4. Manfaat Penelitian ... 5
1.5. Batasan Penelitian ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia ... 6
2.1.1. Peranan dan Fungsi MSDM... 7
2.1.2. Perencanaan Sumber Daya Manusia... 9
2.2. Kepuasan Kerja ... 10
2.2.1. Atribut Kepuasan Kerja ... 11
2.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja ... 13
2.2.3. Teori-teori Kepuasan Kerja... 13
2.2.4. Survei Kepuasan Kerja ... 16
2.5. Kepuasan Kerja Dihubungkan dengan Kemangkiran... 17
2.6. Kepuasan Kerja dan Organizational Citizenship Behaviour (OCB)... 18
2.2. Pemberhentian... 19
2.3. Pemensiunan ... 20
2.3.1.Jendela Pensiun Dini... 21
2.3.2. Cara Pembiayaan Pensiun... 21
2.3.3. Pensiun dan Hukum ... 23
2.3.4. Perampingan Sumber Daya Manusia... 24
III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran... 25
3.1.1. Kerangka Pemikiran Konseptual ... 25
3.1.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 27
3.1.3. Tahapan Penelitian... 29
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30
(19)
3.4.2. Perhitungan Sampel ... 30
3.4.3. Teknik Sampling ... 31
3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 32
3.5.1. Uji Validitas ... 32
3.5.2. Uji Reliabilitas Alat Ukur ... 33
3.5.3. Korelasi Rank Spearman... 34
1V. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Perusahaan... 38
4.1.1. Visi, Misi dan Tata Nilai Perusahaan... 41
4.1.2. Struktur Organisasi ... 41
4.1.3. Profil Usaha ... 46
4.2. Sumber Daya Manusia ... 50
4.2.1. Komposisi Tenaga Kerja... 50
4.2.2. Hari dan Jam Kerja ... 53
4.2.3. Sistem Pensiun Perusahaan... 54
4.3. Karakteristik Responden ... 55
4.4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 58
4.4.1. Hasil Uji Validitas... 58
4.4.2. Hasil Uji Reliabilitas... 59
4.5. Analisis Kepuasan Kerja Pensiunan Dengan Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri... 60
4.5.1. Persepsi Responden Terhadap Kepuasan Kerja... 61
4.5.2. Persepsi Responden Terhadap Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri ... 62
4.6. Analisis Hubungan Kepuasan Kerja Pensiunan Dengan Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri ... 74
4.6.1. Hubungan Atribut Kepuasan Kerja Turn Over dengan Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri ... 76
4.6.2. Hubungan Atribut Kepuasan Kerja Ketidakhadiran dengan Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri .. 77
4.6.3. Hubungan Atribut Kepuasan Kerja Umur dengan Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri ... 78
4.6.4. Hubungan Atribut Kepuasan Kerja Tingkat Pekerjaan dengan Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri .. 79
4.6.5. Hubungan Atribut Kepuasan Kerja Ukuran Organisasi dengan Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri . 80 4.6.6. Hubungan Atribut Kepuasan Kerja Keamanan Kerja dengan Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri .. 80
4.6.7. Hubungan Atribut Kepuasan Kerja Gaji dan Pendapatan dengan Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri .. 81
4.6.8. Hubungan Atribut Kepuasan Kerja Perencanaan dan Pengembangan Karir dengan Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri ... 83 4.6.9. Hubungan Atribut Kepuasan Kerja Kesempatan Promosi
(20)
4.7. Implikasi Manajerial ... 86
4.7.1. Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri Karyawan ... 87
4.7.2. Sosialisasi... 88
4.7.3. Prosedur dan Syarat Pengajuan Pensiun Dini APS... 89
4.7.4. Fasilitas Pensiun Dini APS ... 90
4.7.5. Respon Karyawan Yang Mengambil Program APS ... 92
4.7.6. Rancangan Program APS Menuju Perbaikan Kedepan ... 93
V. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 99
2. Saran ... 100
DAFTAR PUSTAKA... 101
(21)
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Program dana pensiun... 23
2. Klasifikasi nilai Alpha George... 34
3. Komposisi karyawan pasca pensiun dini APS... 51
4. Kondisi formasi aktual pekerja darat aktif... 51
5. Data karyawan pasca pensiun dini berdasarkan tingkat pendidikan... 52
6. Data karyawan berdasarkan golongan upah... 53
7. Karakteristik responden crosstabs pensiun dini APS ... 56
8. Skor rataan untuk klasifikasi rentang skala Likert... 61
9. Persepsi responden terhadap atribut kepuasan kerja... 62
10.Persepsi responden terhadap pelaksanaan program pensiun dini atas permintaan sendiri ... 72
11.Hasil uji korelasi program pensiun dini APS dengan kepuasan kerja... 75
12.Kompensasi pensiun dini APS berdasarkan pendidikan... 91
13.Kompensasi pensiun dini APS berdasarkan usia ... 92
(22)
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Sistem integrasi perencanaan SDM ... 9 2. Konsep perencanaan SDM... 10 3. Respon terhadap ketidakpuasan kerja ... 19 4. Kerangka pemikiran konseptual ... 26 5. Kerangka pemikiran operasional ... 28 6. Tahapan penelitian ... 29 7. Komposisi karyawan pasca APS berdasarkan jenis kelamin... 50 8. Komposisi karyawan pasca APS pekerja darat dan laut ... 51 9. Komposisi karyawan pasca pensiun dini APS berdasarkan
Formasi ideal dan aktual ... 52 10.Komposisi karyawan pasca pensiun dini APS berdasarkan
tingkat pendidikan... 52 11.Komposisi karyawan pasca pensiun dini APS berdasarkan
golongan upah ... 53 12.Jumlah opini responden berdasarkan rencana pasca pensiun dini
APS ... 58 13. Konsep rancangan pensiun dini APS Recovery... 96
(23)
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1. Struktur organisasi ... 104 2. Kuisioner penelitian kepuasan kerja ... 112 3. Kuesioner pensiun dini APS ... 117 4. Hasil uji validitas ... 119 5. Hasil uji reliabilitas ... 121 6. Hasil uji korelasi Rank Spearman... 122
(24)
1.1. Latar Belakang
Era globalisasi, kemajuan teknologi, komunikasi serta bidang manajemen memiliki dampak besar bagi dunia usaha dimana persaingan antar perusahaan semakin meningkat baik dari dalam maupun luar negeri. Oleh karena itu setiap perusahaan harus meningkatkan kompetensinya untuk menghadapi berbagai tantangan dalam memasuki persaingan pasar tersebut. PT Pertamina (Persero) sebagai perusahaan yang bergerak dalam industri perminyakan yang memiliki pangsa pasar dalam negeri khususnya, harus bisa meningkatkan kompetensinya dalam berbagai aspek sehingga posisi perusahaan di pasar tidak tergantikan oleh pesaing.
Peningkatan daya saing perusahaan bukan merupakan suatu hal yang mudah diatasi karena diperlukan dukungan berbagai faktor, salah satunya sumber daya manusia (SDM) yang berperan dalam menjalankan perusahaan. Pengelolaan SDM yang baik dapat berdampak pada peningkatan loyalitas dan produktivitas perusahaan sehingga kelangsungan hidup perusahaan dapat terjamin.
PT Pertamina (Persero) mengimplementasikan sistem yang terintegrasi dari hulu hingga hilir. Kegiatan hulu meliputi eksplorasi dan produksi minyak, gas dan panas bumi. Kegiatan hilir menangani proses pengolahan migas (minyak dan gas), distribusi dan pemasaran dari produk-produknya. Tujuan utama kegiatan tersebut untuk memenuhi kebutuhan produk Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri serta produk non-BBM dan petrokimia untuk kebutuhan dalam negeri dan ekspor. Dalam kurun waktu ke depan, rencana Pertamina sebagai pemimpin bisnis hilir migas nasional makin berat, karena investor asing bermodal kuat mulai beralih pada sektor ini.
Sejak keluarnya UU No. 22/2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, peta industri hilir migas nasional berubah total. Salah satunya mulai 1 Januari 2006, industri hilir migas yang semula monopoli PT Pertamina,
(25)
kini terbuka untuk siapa saja termasuk investor asing. Berdasarkan data BP Migas hingga akhir 2005 ada 179 perusahaan yang mengajukan permohonan untuk terjun ke bisnis ini.
Fenomena paling menarik adalah dibukanya Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) untuk investor asing. Petronas misalnya, berniat membangun 200 unit SPBU baru di seluruh Indonesia hingga tahun 2010. Shell, yang menjadi pemilik SPBU terbanyak di Malaysia, menargetkan membangun 400 unit SPBU dalam waktu delapan tahun (Harto, 2006). Keinginan Pertamina untuk menjadi perusahaan migas kelas dunia di sektor hilir dengan kondisi tersebut diatas tidak akan mudah. Selain itu berdasarkan informasi yang diperoleh dari pihak perusahaan, adanya program padat karya pada era orde baru mengakibatkan terdapatnya berbagai karyawan dengan tingkat pendidikan yang kurang memenuhi syarat sesuai dengan kebutuhan sekarang. Hal ini menjadi penghalang upaya perusahaan untuk dapat bersaing dari segi SDM dengan pesaing sejenis.
Perencanaan sumber daya manusia (Manpower planning) merupakan proses manajemen dalam menentukan pergerakkan SDM organisasi dari posisi yang diinginkan di masa depan. Perencanaan SDM harus disesuaikan dengan strategi perusahaan agar tujuan utama dalam memfasilitasi keefektifan organisasi dapat tercapai. Fungsi unit SDM/personalia melaksanakan berbagai program untuk meningkatkan kinerja perusahaan dari segi sumber daya manusia.
PT Pertamina (Persero) memiliki program untuk mengefektifkan dan mengefisienkan kinerja perusahaan dari segi SDM adalah dengan program restrukturisasi perusahaaan berupa perampingan perusahaan dengan mengurangi jumlah karyawan. Program ini dilakukan secara alamiah melalui program pensiun secara dini penawaran program pensiun yang dipercepat. Unit SDM PT Pertamina (Persero) sebenarnya telah melakukan perencanaan restrukturisasi perusahaan ini sejak tahun 1996, pada saat itu jumlah tenaga kerja PT Pertamina keseluruhan adalah 37 ribu pekerja yang sebelumnya berjumlah 47 ribu orang,
(26)
perencanaan lima tahun mendatang adalah restrukturisasi menjadi 15 ribu tenaga kerja (MacDougall, 1996).
Pada tahun 2006, PT Pertamina (Persero) kembali melaksanakan program restrukturisasi tenaga kerja dengan program pensiun dini yang dikenal dengan program pensiun dini APS yaitu pengajuan pensiun sebelum batas usia pekerja yang ditentukan untuk pensiun alami (55 tahun). Perusahaan memberi kebebasan kepada 500 orang karyawan (seluruh Indonesia) untuk pensiun dini dengan berbagai pertimbangan, diantaranya pertimbangan hierarki organisasi perusahaan berbentuk segitiga ideal.
Hierarki organisasi perusahaan pada kenyataannya sudah berbentuk kotak dan cenderung cembung ke atas dimana jabatan-jabatan atau golongan level tinggi terlalu banyak, sehingga dibutuhkan sebuah program pemberhentian secara manusiawi kepada karyawan. Program ini menarik dari segi kompensasi, insentif dan fasilitas pensiun dini yang akan diberikan kepada karyawan. Pihak manajemen dalam melaksanakan program harus mementingkan kesejahteraan kedua belah pihak, baik pihak karyawan maupun perusahaan harus memberikan hasil yang nyata terhadap kelangsungan perusahaan.
Program pensiun dini APS menimbulkan berbagai persepsi, terutama dari segi kepuasan kerja pada saat karyawan mengabdi pada perusahaan. Kepuasan kerja dengan keefektifan restrukturisasi tersebut, diharapkan tidak menimbulkan konflik di kemudian hari, karena bagaimanapun juga sasaran dari program tersebut adalah karyawan yang telah mengabdi kepada perusahaan dalam jangka waktu cukup lama minimal 15 tahun dan dalam masa tersebut tercipta dinamika kerja yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Melalui program ini PT Pertamina (Persero) khususnya bagian Perkapalan diharapkan mampu meningkatkan kinerja perusahaan yang lebih baik dengan image perusahaan besar yang memperhatikan kesejahteraan karyawan, sehingga produktivitas perusahaan akan meningkat dan tujuan akhirnya adalah peningkatan laba perusahaan.
(27)
1.2. Perumusan Masalah
Program pensiun dini APS diterapkan perusahaan sebagai langkah restrukturisasi dari segi SDM untuk perbaikan kinerja perusahaan. Perusahaan perlu memperhatikan dampak dari program diterapkan, karena diperkirakan terdapat hubungan kepuasan kerja pensiunan dengan program pensiun dini APS. Program ini diharapkan tidak menimbulkan konflik dan persepsi tidak baik di kemudian hari. Berdasarkan hal tersebut di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana persepsi karyawan yang mengajukan pensiun dini atas permintaan sendiri terhadap kepuasan kerja di PT Pertamina (Persero) Perkapalan?
2. Bagaimana persepsi karyawan PT Pertamina (Persero) Perkapalan yang mengajukan pensiun dini APS terhadap program pemutusan hubungan kerja yang mereka ambil dan telah dilaksanakan ?
3. Bagaimana hubungan antara kepuasan kerja pensiunan dengan program pensiun dini atas permintaan sendiri?
4. Bagaimana solusi alternatif terhadap program APS berdasarkan keinginan dan kebutuhan karyawan?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi persepsi karyawan yang mengajukan program pensiun dini APS terhadap kepuasan kerja di PT Pertamina (Persero) Perkapalan.
2. Mengidentifikasi persepsi pensiunan terhadap program pensiun dini yang telah mereka pilih dan dilaksanakan pihak manajemen PT Pertamina (Persero) Perkapalan.
3. Menganalisis hubungan antara kepuasan kerja pensiunan dengan program pensiun dini atas permintaan sendiri.
4. Merekomendasikan solusi alternatif terhadap program pensiun dini APS berdasarkan keinginan dan kebutuhan karyawan.
(28)
1.4. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan, referensi dan solusi bagi manajemen PT Pertamina (Persero) Perkapalan dalam mengembangkan program pensiun dini APS dalam hubungannya dengan kepuasan kerja. Bagi penulis penelitian ini berguna untuk menerapkan teori-teori yang dimiliki untuk mengkaji berbagai fakta-fakta yang terjadi di perusahaan, termasuk program SDM untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian difokuskan pada hubungan kepuasan kerja pensiunan dengan program pensiun dini APS. Penelitian ini dilakukan di PT Pertamina (Persero) Perkapalan yang terdapat di jalan Yos Sudarso 32-34 Jakarta Utara, pada departemen layanan umum (Personalia/Human resources and development). Penelitian dibatasi pada permasalahan kebijakan program pensiun dini APS, khususnya bagi karyawan yang mengajukan pensiun dini APS, serta sepuluh atribut kepuasan kerja yang digunakan untuk karyawan yang telah mengajukan pensiun dini APS, yaitu : turn over, tingkat ketidakhadiran, umur, tingkat pekerjaan, ukuran organisasi, kesehatan, keselamatan kerja, lindungan dan lingkungan (K3LL), gaji dan pendapatan, perencanaan dan pengembangan karir, kesempatan promosi, pengakuan manajemen.
Analisa program pensiun dini dilakukan berdasarkan tolak ukur hasil wawancara pihak manajemen dan hal yang dianalisis berhubungan dengan dasar program pensiun dini APS, yaitu: kepuasan karyawan terhadap program APS, program APS terbaik yang pernah ada, pesangon, kondisi fisik dan kesehatan, usia, keluarga, rekan sekerja, atasan, beban kerja, sosialisasi, keuntungan karyawan, keuntungan perusahaan, prosedur pengajuan APS, loyalitas, dan kinerja perusahaaan pasca APS.
(29)
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia
Hasibuan (2003) mengemukakan bahwa, MSDM (Manajemen Sumber Daya Manusia) adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Fungsi-fungsi MSDM terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan dan pemberhentian. Tujuannya ialah agar perusahaan mendapatkan rentabilitas laba yang lebih besar dari persentase tingkat bunga bank. Karyawan bertujuan mendapatkan kepuasan dari pekerjaannya, sedangkan masyarakat bertujuan memperoleh barang atau jasa yang baik dengan harga yang wajar dan selalu tersedia di pasar dan pemerintah selalu berharap mendapatkan pajak.
Menurut Jucius dalam Manullang (2005), manajemen personalia adalah lapangan manajemen yang bertalian dengan perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian bermacam-macam fungsi pengadaan, pengembangan, pemeliharaan dan pemanfaatan tenaga kerja sedemikian rupa sehingga:
1. Tujuan untuk apa perkumpulan didirikan dan dicapai secara efisien dan efektif
2. Tujuan semua pegawai dilayani sampai tingkat yang optimal 3. Tujuan masyarakat diperhatikan dan dilayani dengan baik
Menurut Hasibuan (2003), persamaan MSDM dengan manajemen personalia adalah keduanya merupakan ilmu yang mengatur manusia dalam suatu organisasi agar mendukung terwujudnya tujuan. Perbedaan MSDM dengan manajemen personalia adalah sebagai berikut:
1. MSDM dikaji secara makro, sedangkan manajemen personalia dikaji secara mikro
(30)
2. MSDM menganggap bahwa karyawan adalah kekayaan (asset) utama organisasi, jadi harus dipelihara dengan baik. Manajemen personalia menganggap karyawan adalah faktor produksi, jadi harus dimanfaatkan secara produktif.
3. MSDM pendekatannya secara modern sedangkan manajemen personalia pendekatannya secara klasik.
MSDM adalah manajemen yang khusus mempelajari hubungan dan peranan manusia dalam organisasi perusahaan. Maka, fokus MSDM ini hanya masalah yang berhubungan dengan tenaga kerja manusia saja. 2.1.1. Peranan dan Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Hasibuan (2003), MSDM mengatur dan menetapkan program kepegawaian yang mencakup masalah-masalah sebagai berikut.
1. Menetapkan jumlah, kualitas dan penempatan tenaga kerja yang efektif sesuai kebutuhan perusahaan berdasarkan job description, job specification, job requirement dan job evaluation.
2. Menetapkan penarikan, seleksi dan penempatan karyawan berdasarkan asas the right man in the right job
3. Menetapkan program kesejahteraan, pengembangan, promosi dan pemberhentian.
4. Meramalkan penawaran dan permintaan sumber daya manusia pada masa yang akan datang.
5. Memperkirakan keadaan perekonomian pada umumnya dan perkembangan perusahaan pada khususnya.
6. Memonitor dengan cermat undang-undang perburuhan dan kebijaksanaan pemberian balas jasa perusahaan-perusahaan sejenis.
7. Memonitor kemajuan teknik dan perkembangan serikat buruh
8. Melaksanakan pendidikan, pelatihan dan penilaian prestasi kerja karyawan
(31)
9. Mengatur mutasi karyawan baik vertikal maupun horizontal 10.Mengatur pensiun, pemberhentian dan pesangonnya.
Tanjung dan Arep (2002) membagi fungsi manajemen sumber daya manusia menjadi dua bagian yaitu fungsi manajerial dan fungsi operasional. Fungsi manajerial yaitu fungsi manajemen yang berkaitan langsung dengan aspek-aspek manajerial yaitu fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian:
a. Fungsi perencanaan, yaitu melaksanakan tugas dalam hal merencanakan kebutuhan, pengadaan, pengembangan dan pemeliharaan SDM. Termasuk dalam hal ini adalah merencanakan karir bagi para karyawan (tenaga kerja).
b. Fungsi pengorganisasian, yaitu menyusun suatu organisasi dengan membentuk struktur dan hubungan antara tugas yang harus dikerjakan oleh tenaga kerja yang dipersiapkan. Struktur dan hubungan yang dibentuk, harus disesuaikan dengan situasi dan koordinasi organisasi yang bersangkutan. c. Fungsi pengarahan, yaitu memberikan dorongan untuk
menciptakan kemauan kerja yang dilaksanakan secara efektif dan efisien.
d. Fungsi pengendalian, yaitu melakukan pengukuran antara kegiatan yang telah dilakukan dengan standar yang telah ditetapkan, khususnya di bidang tenaga kerja.
Fungsi operasional yaitu fungsi yang berkaitan langsung dengan aspek-aspek operasional sumberdaya manusia di organisasi/ perusahaan meliputi rekrutmen, seleksi, pengangkatan, pelatihan dan pengembangan, kompensasi, pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja.Membangun sistem integrasi perencanaan sumber daya manusia (SDM) dalam membuat program-program SDM yang unggul dan efektif adalah diperlukan tahapan yang dapat dilihat pada Gambar 1.
(32)
Gambar 1. Sistem Integrasi Perencanaan SDM (Pfeffer , 2002)
Strategi sumber daya manusia dalam praktik organisasi dilakukan dengan pertimbangan sampai sejauh mana departemen SDM memperhatikan:
1) People Issues business issues (HR concern), seperti : perubahan demografi tenaga kerja, faktor eksternal seperti berbagai peraturan dan perundang-undangan.
2) Key – issues oriented, seperti : membuat sistem perencanaan yang lebih fleksibel dalam menghadapi kondisi yang tidak menentu dan memberikan perhatian pada persoalan HR (Human resources) yang ditujukan pada pencapaian tujuan jangka panjang.
3) Melibatkan manajer lini pada masalah-masalah sumber daya manusia (involving line managers)
2.1.2. Perencanaan Sumber Daya Manusia
Hasibuan (2003) mengemukakan bahwa perencanaan sumber daya manusia atau Human resources planning (PSDM) merupakan fungsi pertama dan utama dari manajemen sumber daya manusia. Perencanaan sumber daya manusia diproses oleh perencana (planner) dan hasilnya menjadi rencana (plan). Dalam rencana ditetapkan tujuan dan pedoman pelaksanaan, serta menjadi dasar kontrol. Tanpa rencana, kontrol tak dapat dilakukan dan tanpa kontrol, pelaksanaan rencana baik ataupun salah tidak dapat diketahui.
Strategic planning
Operational Planning
Prediksi Demand SDM
Temukan Gapnya
Prediksi supply
SDM
Program-program SDM
(33)
Konsep perencanaan SDM memiliki beberapa bidang yang ditangani oleh bagian Perencanaan Sumber Daya Manusia (PSDM) dan berhubungan satu sama lain, dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Konsep Perencanaan SDM (Hasibuan, 2003)
2.2. Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja menurut Handoko dan Asa’ad (1987) merupakan penilaian atau cerminan dari perasaan pekerja terhadap pekerjaannya. Hal ini tampak dalam sikap positif pekerja terhadap pekerjaannya dan segala sesuatu yang dihadapi lingkungan kerjanya. Dampak kepuasan kerja perlu dipantau dengan mengaitkannya pada output yang dihasilkannya. Contoh :
PSDM
(Perencanaan Sumber Daya Manusia)
Informasi Situasi Persediaan
Tenaga Kerja Informasi
Organisasi
Pemeliharaan Program Kesejahteraan, Ekonomis, Pelayanan Informasi
Job Analysis
Pengadaan Penarikan, Sumber,
Seleksi Pengembangan Pendidikan, Pelatihan,
Mutasi Kompensasi
Direct dan Indirect
Pengintegrasian Komunikasi, Kepemimpinan,
Motivasi
Kedisiplinan Peraturan dan Sanksi
hukum Pemberhentian Pensiun, Dipecat, Permintaan sendiri
(34)
1) Kepuasan kerja dengan produktivitas 2) Kepuasan kerja dengan turnover 3) Kepuasan kerja dengan absensi
4) Kepuasan kerja dengan efek lainnya seperti kesehatan fisik-mental, kemampuan mempelajari pekerjaan baru dan kecelakaan kerja
Keith Davis (1985) mengemukakan bahwa kepuasan kerja adalah suatu perasaan yang menyokong atau tidak menyokong diri pegawai yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun dengan kondisi dirinya. Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek seperti upah atau gaji yang diterima, kesempatan pengembangan karir, hubungan dengan pegawai lainnya, penempatan kerja, jenis pekerjaan, struktur organisasi perusahaan, mutu pengawasan. Sedangkan perasaan yang berhubungan dengan dirinya, antara lain umur, kondisi kesehatan kemampuan, pendidikan.
Pegawai akan merasa puas dalam bekerja apabila aspek-aspek pekerjaan dan aspek dirinya menyokong dan sebaliknya jika aspek-aspek tersebut tidak menyokong, pegawai akan merasa tidak puas.
2.2.1. Atribut Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja berhubungan dengan beberapa atribut seperti turnover, tingkat absensi, umur, tingkat pekerjaan dan ukuran organisasi perusahaan.
a. Turn over
Kepuasan kerja lebih tinggi dihubungkan dengan turn over pegawai yang rendah. Sedangkan pegawai-pegawai yang kurang puas biasanya turn overnya lebih tinggi.
b. Tingkat ketidakhadiran (absen) kerja
Pegawai-pegawai yang kurang puas cenderung tingkat ketidakhadirannya (absen) tinggi. Mereka sering tidak hadir kerja dengan alasan yang tidak logis dan subjektif.
c. Umur
Ada kecenderungan pegawai yang lebih tua lebih merasa puas daripada pegawai yang berumur lebih muda. Hal ini
(35)
diasumsikan bahwa pegawai yang lebih tua lebih berpengalaman menyesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaan. Sedangkan pegawai usia muda biasanya mempunyai harapan yang ideal tentang dunia kerjanya, sehingga apabila antara harapannya dengan realita kerja terdapat kesenjangan atau ketidakseimbangan dapat menyebabkan mereka menjadi tidak puas.
d. Tingkat Pekerjaan.
Pegawai-pegawai yang menduduki tingkat pekerjaan yang lebih tinggi cenderung lebih puas daripada pegawai yang menduduki tingkat pekerjaan yang lebih rendah. Pegawai-pegawai yang tingkat pekerjaannya lebih tinggi menunjukkan kemampuan kerja yang baik dan aktif dalam mengemukakan ide-ide serta kreatif dalam bekerja.
e. Ukuran Organisasi Perusahaan
Ukuran organisasi perusahaan dapat mempengaruhi kepuasan pegawai. Hal ini karena besar kecil suatu perusahaan berhubungan pula dengan koordinasi, komunikasi dan partisipasi pegawai.
Menurut Kuswadi (2004) kebutuhan-kebutuhan karyawan, dapat dikategorikan menjadi banyak kelompok atau atribut, antara lain : gaji dan pendapatan, variasi pekerjaan, keamanan kerja, merasa dihargai, merasa dipercaya, pengakuan prestasi kerja (terima kasih), fleksibilitas atau keluwesan jam kerja, hak libur, kesempatan promosi, penghargaan dari manajemen, pelatihan, skema pensiun, kerjasama dengan sesama karyawan, komunikasi dengan pimpinan puncak, fleksibilitas dari atasan, jumlah jam kerja, bantuan perusahaan atau pembayaran pada waktu sakit, tantangan kerja, mendapat kesempatan yang sama, komunikasi antar bagian dalam perusahaan, perusahaan mengetahui apa yang diharapkan dari karyawan, lokasi kantor dari rumah, penilaian, kondisi fisik tempat bekerja, dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, reputasi
(36)
atasan, keamanan pribadi, kemudahan dalam mencapai fasilitas kerja, respek kepada manajemen, parkir kendaraan, etika atasan, kebijakan dilarang merokok dan kamar P3K.
Berdasarkan pengalaman hasil survei, ternyata karyawan yang menyenangi pekerjaannya lebih produktif dari pada mereka yang kurang menyenangi pekerjaannya. Perusahaan yang ingin sukses dalam mengelola karyawan, mau tidak mau harus memahami posegi berbagai atribut tersebut untuk setiap karyawannya. Perusahaan sebaiknya mengetahui minimal sepuluh urutan terpenting dari semua atribut tersebut bagi masing-masing karyawannya, juga perbagian, per departemen, per tingkatan level pekerjaan dan sebagainya. Perusahaan, termasuk para atasan juga perlu mengetahui ukuran-ukuran kepuasan karyawan.
2.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Mangkunegara (2002) mengemukakan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu faktor yang ada pada diri pegawai dan faktor pekerjaannya.
a. Faktor pegawai, yaitu kondisi kecerdasan (IQ), kecakapan khusus, umur, jenis kelamin, kondisi fisik, pendidikan, pengalaman kerja, masa kerja, kepribadian, emosi, cara berpikir, persepsi dan sikap kerja.
b. Faktor pekerjaan, yaitu jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat (golongan). Kedudukan, mutu pengawasan, jaminan finansial, kesempatan promosi jabatan, interaksi sosial dan hubungan kerja.
2.2.3. Teori-teori Tentang Kepuasan Kerja
Menurut Usmara (2006) terdapat beberapa teori yang mengemukakan tentang kepuasan kerja diantaranya:
a. Teori keseimbangan (Equity Theory)
Teori ini dikembangkan oleh Adam. Adapun komponen dari teori ini adalah input, outcome, comparison person dan equity in equity.
(37)
Wexley dan Yukl (1977) mengemukakan bahwa input adalah semua nilai yang diterima pegawai yang dapat menunjang pelaksanaan kerja. Misalnya: pendidikan, pengalaman, skill, usaha, peralatan pribadi, jumlah jam kerja.
Outcome adalah semua nilai yang diperoleh dan dirasakan pegawai misalnya upah, keuntungan tambahan, status simbol, pengenalan kembali (recognition), kesempatan untuk berprestasi atau mengekspresikan diri.
Comparison person adalah seorang pegawai dalam organisasi yang sama, seseorang pegawai dalam organisasi yang berbeda atau dirinya sendiri dalam pekerjaan sebelumnya.
Menurut teori ini, puas atau tidak puasnya pegawai merupakan hasil dari membandingkan antara input-outcome dirinya dengan perbandingan input-outcome pegawai lain (comparison person). Jadi jika perbandingan tersebut dirasakan seimbang (equity) maka pegawai tersebut akan merasa puas. Tetapi, apabila terjadi tidak seimbang (inequity) dapat menyebabkan dua kemungkinan, yaitu over compensation inequity/ketidakseimbangan yang menguntungkan dirinya dan sebaliknya, under compensation inequity/ketidakseimbangan yang menguntungkan pegawai lain yang menjadi pembanding atau comparison person.
b. Teori Perbedaan atau Discrepancy Theory
Teori ini pertama kali dipelopori oleh Proter. Ia berpendapat bahwa mengukur kepuasan dapat dilakukan dengan cara menghitung selisih antara apa yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan pegawai. Locke (1969) mengemukakan bahwa kepuasan kerja pegawai bergantung pada perbedaan antara apa yang didapat dan apa yang diharapkan oleh pegawai. Apabila yang di dapat pegawai ternyata lebih besar daripada apa yang diharapkan maka pegawai tersebut menjadi puas. Sebaliknya, apabila yang didapat pegawai lebih rendah daripada apa yang diharapkan, maka akan menyebabkan pegawai menjadi tidak puas.
(38)
c. Teori Pemenuhan Kebutuhan (Need Fullfillment Theory)
Menurut teori ini, kepuasan kerja pegawai bergantung pada terpenuhi atau tidaknya kebutuhan pegawai. Pegawai akan merasa puas apabila ia mendapatkan apa yang dibutuhkannya. Makin besar kebutuhan pegawai terpenuhi, makin puas pula pegawai tersebut. Begitu pula sebaliknya apabila kebutuhan pegawai tidak terpenuhi, pegawai itu akan merasa tidak puas.
d. Teori Pandangan Kelompok (Social Reference Group Theory) Menurut teori ini yang dikemukakan oleh Merton (1952) kepuasan
kerja pegawai bukanlah bergantung pada pemenuhan kebutuhan saja, tetapi sangat bergantung pada pandangan dan pendapat kelompok yang oleh para pegawai dianggap sebagai kelompok acuan. Kelompok acuan tersebut oleh pegawai dijadikan tolok ukur untuk menilai dirinya maupun lingkungannya. Jadi, pegawai akan merasa puas apabila hasil kerjanya sesuai dengan minat dan kebutuhan yang diharapkan oleh kelompok acuan.
e. Teori Dua Faktor Herzberg
Teori dua faktor dikembangkan oleh Frederick Herzberg. Ia menggunakan teori Abraham Maslow sebagai titik acuannya. Penelitian Herzberg diadakan dengan melakukan wawancara terhadap subjek insinyur dan akuntan. Masing-masing subjek diminta untuk menceritakan kejadian yang dialami oleh mereka baik yang menyenangkan (memberikan kepuasan) maupun yang tidak menyenangkan atau tidak memberi kepuasan. Kemudian di analisis dengan analisis isi (content analysis) untuk menentukan faktor-faktor yang menyebabkan kepuasan atau ketidakpuasan. Dua faktor yang menyebabkan rasa puas atau tidak puas menurut Herzberg, yaitu faktor pemeliharaan (maintenance factors) dan faktor pemotivasian (motivational factors). Faktor pemeliharaan disebut pula dissatisfiers, hygiene factors, job context, extrinsic factors yang meliputi administrasi dan kebijakan perusahaan, kualitas pengawasan, hubungan dengan pengawas, hubungan
(39)
dengan subordinate, upah, keamanan kerja, kondisi kerja, dan status. Sedangkan faktor pemotivasian disebut pula satisfiers, motivators, job content, intrinsic factors yang meliputi dorongan berprestasi, pengenalan, kemajuan (advancement), work it self, kesempatan berkembang, dan tanggung jawab.
f. Teori Pengharapan (Exceptancy Theory)
Teori pengharapan dikembangkan oleh Victor H. Vroom, kemudian teori ini diperluas oleh Porter dan Lawler. Keith Davis (1985) mengemukakan bahwa motivasi merupakan suatu produk dari bagaimana seseorang menginginkan sesuatu dan penaksiran seseorang memungkinkan aksi tertentu yang menuntunnya.
2.2.4. Survei Kepuasan Kerja
Survei kepuasan kerja menurut Mangkunegara (2002) adalah suatu prosedur dimana pegawai-pegawai mengemukakan perasaan mengenai jabatan atau pekerjaannya melalui laporan kerja. Survei kepuasan kerja juga untuk mengetahui moral pegawai, pendapat, sikap, iklim dan kualitas kehidupan kerja pegawai.
Survei kepuasan kerja dapat bermanfaat dan menguntungkan apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut.
1. Manajer dan pemimpin melibatkan diri pada survei
2. Survei dirancang berdasarkan kebutuhan pegawai dan manajemen secara objektif.
3. Survei diadministrasikan secara wajar
4. Ada tindak lanjut atau follow up dari pemimpin dan adanya aksi untuk mengkomunikasikan kegunaan hasilnya dari pemimpin. Keuntungan dari survei kepuasan kerja, antara lain kepuasan kerja secara umum, komunikasi, meningkatkan sikap kerja dan untuk keperluan pelatihan (training).
a. Kepuasan kerja secara umum
Keuntungan survei kepuasan kerja dapat memberikan gambaran kepada pemimpin mengenai tingkat kepuasan kerja pegawai di perusahaan. Begitu pula untuk mengetahui ketidakpuasan
(40)
pegawai pada bagian dan jabatan tertentu. Survei juga sangat bermanfaat dalam mendiagnosis masalah-masalah pegawai yang berhubungan dengan peralatan kerja.
b. Komunikasi
Survei kepuasan kerja sangat bermanfaat dalam mengkomunikasikan keinginan pegawai dengan pikiran pemimpin. Pegawai yang kurang berani berkomentar terhadap pekerjaannya dengan melalui survei dapat membantu mengkomunikasikan kepada pemimpin.
c. Meningkatkan sikap kerja
Survei kepuasan kerja dapat bermanfaat dalam meningkatkan sikap kerja pegawai. Hal ini karena pegawai merasa pelaksanaan kerja dan fungsi jabatannya mendapat perhatian dari pihak pemimpin.
d. Kebutuhan pelatihan
Survei kepuasan kerja sangat berguna dalam menentukan kebutuhan pelatihan tertentu. Pegawai-pegawai biasanya diberikan kesempatan untuk melaporkan apa yang mereka rasakan dari perlakuan pemimpin pada bagian jabatan tertentu. Dengan demikian kebutuhan pelatihan disesuaikan dengan kebutuhan bagi bidang pekerjaan pegawai-pegawai peserta pelatihan.
2.3. Kepuasan Kerja Dihubungkan dengan Kemangkiran
Robbins (2003) mengungkapkan bahwa ketidakpuasan karyawan dapat dinyatakan dengan sejumlah cara, misalnya, daripada berhenti, karyawan dapat mengeluh, tidak patuh, mencuri milik organisasi, atau mengelakkan sebagian dari tanggung jawab mereka. Terdapat empat respon yang berbeda satu sama lain sepanjang dua dimensi : konstruktif/destruktif dan aktif/pasif. Respon didefinisikan sebagai berikut :
1. Keluar (Exit): Perilaku yang mengarah untuk meninggalkan organisasi. Mencakup pencarian suatu posisi baru maupun meminta berhenti.
(41)
2. Suara (voice): Dengan aktif dan konstruktif mencoba memperbaiki kondisi mencakup saran perbaikan membahas problem-problem dengan atasan dan beberapa bentuk kegiatan serikat buruh.
3. Kesetiaan (loyalty): Pasif tapi optimistis menunggu membaiknya kondisi. Mencakup berbicara membela organisasi menghadapi kritik luar dan mempercayai organisasi dan manajemennya untuk ”melakukan hal yang tepat”.
4. Pengabaian (neglect): Secara pasif membiarkan kondisi memburuk. Termasuk kemangkiran atau datang terlambat secara kronis, upaya yang dikurangi dan tingkat kekeliruan yang meningkat.
Perilaku exit dan pengabaian meliputi atribut-atribut kinerja produktivitas, kemangkiran dan keluarnya karyawan. Tetapi model ini mengembangkan respons karyawan yang melibatkan suara dan kesetiaan, perilaku-perilaku konstruktif yang memungkinkan individu mentolerir situasi yang tidak menyenangkan atau menghidupkan kembali kondisi kerja yang memuaskan. Model itu membantu kita untuk memahami situasi, seperti misalnya yang kadang dijumpai di antara pekerja berserikat buruh dimana kepuasan kerja yang rendah digandeng dengan tingkat keluar masuknya karyawan yang rendah. Anggota serikat buruh sering mengungkapkan ketidakpuasan lewat prosedur keluhan atau lewat perundingan kontrak yang formal. Mekanisme suara ini memungkinkan anggota serikat buruh untuk melanjutkan pekerjaan sementara meyakinkan diri mereka bahwa mereka sedang bertindak memperbaiki situasi.
2.4. Kepuasan Kerja dan Organizational Citizenship Behaviour (OCB)
Robbins (2003) menyatakan bahwa tampaknya logis untuk mengandalkan kepuasan kerja seharusnya merupakan penentu utama dari perilaku kewarganegaraan karyawan Organizational Citizenship Behaviour (OCB). Karyawan yang puas tampaknya akan lebih mungkin berbicara positif tentang organisasi, membantu orang lain dan jauh melebihi harapan yang normal dalam pekerjaan mereka. Lagi pula, karyawan yang puas mungkin menjadi lebih bangga melebihi tuntutan
(42)
tugas karena mereka ingin membalas pengalaman positif mereka. Konsisten dengan pemikiran ini, pembahasan sebelumnya tentang OCB mengandaikan bahwa itu berhubungan erat dengan kepuasan. Ada satu hubungan keseluruhan yang sederhana antara kepuasan kerja dengan OCB. Pada dasarnya kepuasan kerja menghasilkan konsepsi tentang hasil, perlakuan dan prosedur yang adil. Jika anda tidak merasa bahwa penyelia anda, prosedur organisasi, atau kebijakan upah anda itu adil, kepuasan kerja anda mungkin sangat mengenaskan. Akan tetapi bila anda merasakan proses dan hasil organisasi adalah adil, kepercayaan dikembangkan dan bila anda mempercayai majikan anda, anda lebih berkeinginan untuk secara sukarela bergabung dalam perilaku yang melebihi tuntutan pekerjaan formal anda.
Respon yang terjadi terhadap ketidakpuasan kerja adalah seperti Gambar 3 berikut :
Aktif
Exit Suara
Destruktif Konstruktif
Pengakuan Kesetiaan Pasif
Gambar.3. Respon terhadap ketidakpuasan kerja (Robbins, 2003)
2.5. Perencanaan Pemberhentian
Menurut Hasibuan (2003) pemberhentian (Separation) SDM harus direncanakan dengan sebaik-baiknya agar tidak menimbulkan kesulitan bagi perusahaan, karena cepat atau lambat semua karyawan akan berhenti dengan alasan yang beraneka ragam. Setiap karyawan yang berhenti akan membawa biaya (penarikan, seleksi dan pengembangan) yang merugikan perusahaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberhentian SDM antara lain sebagai berikut :
(43)
1) Penetapan syarat-syarat status setiap karyawan dalam perusahaan (tetap, kontrak, percobaan dan lain-lain).
2) Merencanakan peraturan-peraturan pemberhentian yang dikaitkan dengan status SDM dan alasan-alasan pemberhentiannya.
3) Merencanakan persyaratan pensiun dan atau pembayaran pesangonnya.
4) Merencanakan prosedur pemberhentian dengan tidak hormat. 2.6. Pemensiunan
Menurut Manullang (2006), pemensiunan pegawai tidak seluruhnya sama dengan pemberhentian pegawai. Memang ada persamaan diantara keduanya, yakni pemutusan hubungan kerja karena suatu sebab tertentu. Pada pemensiunan sebagaimana pada pemberhentian terdapat juga soal ganti rugi, meskipun sifatnya lain dari ganti rugi pada pemberhentian. Ganti rugi pada pemberhentian bersifat sekali saja, sedangkan ganti rugi pada pemensiunan, lebih tepat disebut jaminan hari tua bersifat pembayaran berulang-ulang. Terdapat pertentangan antara perusahaan dengan pegawai, dimana pada batas produktivitas seseorang pegawai ingin terus melanjutkan hubungan kerja sedangkan perusahaan ingin segera memensiunkannya. Maka dari itu jelas bahwa pengambil inisiatif dalam pemensiunan adalah perusahaan.
Dessler (2003) berpendapat bahwa dalam mengembangkan rencana pensiun untuk memenuhi kebutuhan unik mereka, pengusaha harus mempertimbangkan beberapa masalah kebijakan kunci, yaitu : 1) Persyaratan keanggotaan, yaitu umur minimal lamanya bekerja
dimana karyawan dapat memenuhi syarat untuk pensiun.
2) Rumus tunjangan, yaitu menargetkan pensiun (yang telah didefinisikan) dengan pendapatan akhir karyawan, rata-rata tiga atau empat tahun terakhir pendapatan orang tersebut.
3) Pendanaan rencana, yaitu bagaimana mendanai dana tersebut dalam bentuk kontribusi atau non kontribusi.
(44)
4) Pemberian, yaitu dana yang diberikan adalah uang yang telah dimasukkan oleh pengusaha dan karyawan dalam dana pensiun karyawan yang tidak dapat dikorbankan untuk alasan apapun.
2.6.1. Jendela Pensiun Dini
Dessler (2003) mengemukakan bahwa jendela pensiun dini adalah sejenis penawaran dimana karyawan didorong untuk pensiun lebih awal, insentifnya adalah tunjangan pensiun bebas dan barangkali ditambah dengan sebuah pembayaran tunai. Beberapa rencana mengambil bentuk pengaturan jendela pensiun dini dimana karyawan tertentu (sering berumur 50 tahun atau lebih) memenuhi syarat untuk berpartisispasi. ”Jendela” disini berarti bahwa untuk suatu waktu terbatas, perusahaan membuka kesempatan bagi karyawan untuk pensiun lebih awal dari biasanya.
2.6.2. Cara Pembiayaan Pensiun
Manullang (2006) mengemukakan bahwa dalam perusahaan yang sudah menganut sistem pemberian pensiun umumnya pembiayaan pensiun dilakukan dengan memilih salah satu dari tiga cara. Ketiga cara tersebut adalah sebagai berikut :
1) Dibiayai oleh pegawai
Pembiayaan pemensiunan dilakukan dengan sistem menabung, yakni memotong beberapa persen upah pegawai tiap bulan yang dimasukkan pada dana jaminan hari tua pegawai. Bila sudah sampai pada masa tertentu, dana tersebut dikembalikan kepada pegawai berupa cicilan tiap bulan. Pada dasarnya besarnya uang jaminan hari tua sama dengan uang tabungan pegawai yang bersangkutan. Adapula perusahaan yang memberi tambahan, bila pegawai yang bersangkutan sudah memenuhi syarat, misalnya sudah bekerja pada perusahaan, sedikitnya sepuluh tahun. Pembiayaan ini sering disebut ”upah yang ditunda pembayarannya”.
(45)
2) Dibiayai oleh perusahaan
Pembayaran jaminan hari tua yaitu dengan cara memotong sebagian keuntungan perusahaan untuk disetor kepada dana jaminan hari tua. Dengan cara ini perusahaanlah yang menanggung beban dalam pemberian jaminan hari tua kepada pegawainya.
3) Dibiayai secara bersama oleh kedua belah pihak
Penggabungan antara keduanya, yakni pegawai dibebankan pemotongan upah beberapa persen dan perusahaan membayar sebesar yang dibayarkan oleh pegawai.
Menurut Widoatmojo (2006), terdapat beberapa program dana pensiun yakni : program dana pensiun publik, program dana pensiun perusahaan, program dana pensiun anuitas, program dana pensiun individu dan program dana pensiun mandiri.
Kelebihan dan kekurangan program dana pensiun tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 berikut
(46)
Tabel 1. Program Dana Pensiun
Program Dana Pensiun
Kelebihan Kekurangan
Publik 1. Memaksa peserta menabung 2. Bisa berbagi iuran dengan
perusahaan
3.Bisa dipindahkan jika pindah kerja
4. Disesuaikan dengan inflasi
1. Nilai pensiun kecil/tidak mencukupi biaya hidup masa pensiun
2. Pilihan program terbatas
Perusahaan 1. Memaksa peserta menabung 2. Bisa berbagi iuran dengan
perusahaan
3. Bisa dibayar semua oleh perusahaan
4. Nilai pensiun bisa mencukupi biaya hidup masa pensiun
1.Tidak bisa dipindahkan 2.Tidak bisa dikontrol 3.Nilai pensiun bisa kecil 4. Tidak mampu
mengimbangi inflasi
Anuitas 1. Banyak pilihan 2. Risiko sedang 3. Nilai iuran fleksibel
1. Tidak mampu mengimbangi inflasi 2. Hasil investasi kecil 3. Perlu modal besar jika
dijadikan program utama Individu 1. Ada fasilitas pajak
2. Mudah mengikutinya 3. Bisa dikontrol 4. Risiko moderat 5. Nilai iuran
dan manfaat fleksibel
1. Hasil investasi tidak terlalu tinggi 2. Perlu hati-hati memilih
penyelenggara 3. Perlu dana besar jika
dijadikan program utama Mandiri 1. Nilai investasi tinggi
2. Nilai iuran dan manfaat fleksibel
3. Sepenuhnya dikontrol sendiri
4. Mampu mengatasi inflasi 5. Pilihan investasi variatif
1. Perlu pengetahuan tentang investasi dan program dana pensiun 2. Risiko tinggi 3. Bisa kehilangan total
dana pensiun
Sumber: Widoatmojo (2006) 2.6.3. Pensiun dan Hukum
Dessler (2003) mengemukakan bahwa keluarnya Employee Retirement Income Security Act (ERISA) yang diundangkan oleh presiden Ford pada tahun 1974 untuk menuntut bahwa hak-hak pensiun itu tetap dan dilindungi oleh perwakilan pemerintah, yaitu Pension Benefits Guarantee Corporation (PBGC) merupakan sebuah langkah yang sangat penting dalam melindungi pensiun para pekerja dan mendorong para pensiun. ERISA mengeluarkan Perusahaan Penjamin Tunjangan Pensiun (PPTP) untuk mengawasi dan memastikan pensiun jika sebuah rencana berakhir tanpa dana
(47)
yang cukup untuk memenuhi kewajiban untuk diberikan. Namun PBGC atau PPTP ini hanya menjamin rencana tunjangan terdefinisi bukan rencana kontribusi terdefinisi.
2.6.4. Perampingan SDM ( Sumber Daya Manusia)
Insania (2006) mengungkapkan bahwa dalam pendekatan dan penetapan strategi SDM, kebijakan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh pandangannya terhadap SDM. Begitu pula halnya dalam pengurangan SDM. Kaitannya dengan hal ini ada dua pandangan, yaitu :
1. Karyawan sebagai biaya yang dipangkas, yaitu dalam perampingan organisasi, SDM dipandang sebagai komoditas, seperti microchips, yang dapat ditukar, digantikan dan disubstitusi. Pertanyaan yang secara selalu muncul adalah ”Berapa jumlah minimum karyawan yang dibutuhkan untuk mengoperasikan perusahaan ini? Berapa orang tenaga kerja yang dapat dikurangi agar sesuai kebutuhan perusahaan?”
2. Karyawan sebagai aset yang dapat dikembangkan, yaitu pengurangan SDM merupakan proses restrukturisasi yang bertanggung jawab. SDM dipandang sebagai sumber inovasi dan pembaruan sehingga pertanyaan yang terlontar adalah ”bagaimana kita dapat mengubah cara berbisnis sehingga kita dapat memanfaatkan SDM yang ada secara efektif?”.
(48)
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
3.1.1. Kerangka Pemikiran Konseptual
PT Pertamina (Persero) Perkapalan memiliki visi, misi dan tujuan perusahaan yang dapat terwujud dengan dukungan berbagai pihak diantaranya adalah karyawan sebagai penggerak dalam melakukan kegiatan perusahaan, karyawan sebagai faktor sumber daya manusia yang berharga memiliki peranan penting dalam menjalankan perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan. Manajemen perusahaan membuat kebijakan yang berhubungan dengan pemutusan hubungan kerja, berupa program pemensiunan karyawan yakni pensiun dini APS yang diharapkan mampu memberi hasil yang diinginkan oleh kedua belah pihak yaitu kesejahteraan karyawan dan restrukturisasi perusahaan yang mengarah pada peningkatan kinerja masa depan.
Hubungan kepuasan kerja pensiunan dengan program pensiun dini atas permintaan sendiri, memiliki sepuluh atribut penting kepuasan kerja yaitu turn over, tingkat ketidakhadiran (absen) kerja, umur, tingkat pekerjaan, gaji dan pendapatan, keamanan kerja, kesempatan promosi, pengakuan manajemen, perencanaaan pengembangan karir dan ukuran organisasi perusahaan. Penilaian kepuasan kerja terhadap program kebijakan pensiun dini APS tersebut dapat diketahui melalui hasil pengisian kuesioner karyawan. Kepuasan kerja pensiunan yang baik terhadap program pensiun dini diharapkan mampu memacu keberhasilan program tersebut dari segi karyawan yang mengambil program tersebut yang pada akhirnya tercapai tujuan program itu sendiri serta meningkatkan produktivitas dan kelangsungan kinerja perusahaan di masa yang akan datang setelah program restrukturisasi.
(49)
Gambar 4. Kerangka Pemikiran konseptual Keterangan :
--- = Ruang Lingkup Penelitian
Visi, Misi dan Tata Nilai
PT PERTAMINA (PERSERO) PERKAPALAN
Kebijakan PT PERTAMINA (PERSERO) Program Pensiun Dini APS
(Atas Permintaan Sendiri) PT PERTAMINA (PERSERO) PERKAPALAN
Efektif Kepuasan Kerja meningkat Ya
Tidak
Pengajuan Permohonan Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri (APS) Karyawan
Restrukturisasi Karyawan
PT PERTAMINA (PERSERO) PERKAPALAN Atribut kepuasan kerja :
1. Umur
2. Tingkat Pekerjaan 3. Ukuran Organisasi 4. Turn over 5. Tingkat
Ketidakhadiran (absen) Kerja 6. Gaji dan Pendapatan 7. Pengakuan
Manajemen 8. Keamanan Kerja 9. Perencanaan
Pengembangan karir 10. Kesempatan Promosi
Kinerja Karyawan
PT PERTAMINA (PERSERO) PERKAPALAN
Kinerja
PT PERTAMINA (PERSERO) PERKAPALAN Kepuasan
(50)
3.1.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Program pensiun dini atas permintaan sendiri yang diterapkan perusahaan kepada karyawannya diharapkan mampu menjadi program pemutusan hubungan kerja terbaik dan menjadi alternatif solusi terbaik bagi kedua belah pihak, perusahaan mengharapkan adanya restrukturisasi pola hierarki SDM untuk mencapai efisiensi, efektifitas serta manajemen baru yang diharapkan akan memberikan hasil dan kualitas yang lebih baik dari sebelumnya. Program pensiun dini APS dari pihak karyawan yang mengajukan dinilai sebagai peluang mengembangkan karir atau aktualisasi diri lebih baik di luar perusahaaan dilihat dari beberapa faktor, diantaranya : usia yang masih produktif sehingga tidak menutup kemungkinan untuk bekerja kembali pada perusahaan lain, menjadi wira usaha atau konsultan untuk lembaga/instansi tertentu. Bagi karyawan yang menderita penyakit, program ini menjadi solusi terbaik sebelum diberhentikan atas permintaan perusahaan, selain itu dari segi nominal pesangon, sosialisasi dan fasilitas program pensiun dini atas permintaan sendiri (APS) menjadi pertimbangan bagi beberapa karyawan untuk mengambil program ini. Faktor-faktor lain yang akan dikaitkan adalah beberapa atribut kepuasan kerja yang akan dihubungkan dengan program pensiun dini atas permintaaan sendiri. Penelitian dilakukan dengan mengidentifikasi serta menganalisis persepsi karyawan terhadap kepuasan kerja di PT. Pertamina (Persero) Perkapalan dan persepsi karyawan terhadap program pensiun dini atas permintaan sendiri, dari hasil analisis tersebut, akan diteliti hubungan antara program pensiun dini atas permintaan sendiri dengan kepuasan kerja menggunakan metode analisis Rank Spearman, sehingga dapat diketahui sejauh mana hubungan kepuasan kerja pensiunan dengan program pensiun dini APS. Kerangka Pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 5.
(51)
•
Gambar 5. Kerangka Pemikiran Operasional
Metode Rank Spearman Atribut Kepuasan Kerja
PT. Pertamina (Persero) Perkapalan
1. Umur
2. Tingkat Pekerjaan 3. Ukuran Organisasi 4. Turn over
5. Tingkat Ketidakhadiran (absen) Kerja
6. Gaji dan Pendapatan 7. Pengakuan Manajemen 8. Keamanan Kerja
9. Perencanaan Pengembangan karir
10. Kesempatan Promosi
Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri (APS) Karyawan
1. Kepuasan karyawan terhadap program APS
2. Program APS terbaik yang pernah ada
3. Pesangon
4. Kondisi fisik dan kesehatan 5. Usia
6. Keluarga 7. Rekan sekerja 8. Atasan 9. Beban Kerja 10. Sosialisasi
11. Keuntungan bagi karyawan 12. Keuntungan bagi perusahaan 13. Prosedur pengajuan APS 14. Loyalitas
15. Kinerja perusahaaan pasca APS
Analisis Persepsi Karyawan
Analisis Persepsi Karyawan
(52)
3.1.3. Tahapan Penelitian
Penelitian studi kasus perusahaan yang menyangkut program pensiun dini atas permintaan sendiri (APS) karyawan ini dilakukan dengan beberapa tahap penting dalam pra penelitian untuk mendukung keakuratan data dan penjelasan lebih lanjut.
Gambar 6. Tahapan penelitian Tujuan Penelitian
Pengumpulan Data
(responden, program APS, dan data pendukung lain)
Studi pendahuluan Observasi lapangan Pra Penelitian
(wawancara dengan manajer SDM, Asisten manajer SDM serta Staff Ahli Layanan
Umum Perusahaaan)
Pengumpulan Data Lapangan
studi literatur, penyebaran kuesioner, wawancara dandokumentasi
Perumusan Masalah
(konsultasi penelitian, studi pustaka dan penjelasan studi kasus program pensiun dini atas permintaan sendiri)
Pengolahan data
Uji Validitas, Reliabilitas dan Rank Spearman
Analisis Data
Intrepretasi hasil
(53)
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian tentang hubungan kepuasan kerja pensiunan dengan program pensiun dini atas permintaan sendiri (Studi Kasus PT Pertamina (Persero) Perkapalan Tahun 2006). Dilaksanakan dari bulan Februari sampai dengan April 2007. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan PT Pertamina (Persero) Perkapalan memiliki sistem manajemen yang terstruktur, ketersediaan data yang dibutuhkan dalam penelitian dan harapan sebagai penelitian yang memiliki nilai guna. 3.3. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lokasi penelitian, wawancara dengan karyawan, serta dari kuesioner yang diberikan kepada karyawan yang mengambil program pensiun dini APS. Data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan (buku-buku, jurnal, internet dan literatur-literatur yang relevan) dan data internal perusahaan.
3.4. Metode Penentuan Sampel 3.4.1. Populasi
Jumlah anggota populasi dinyatakan dengan N, yang dalam hal ini adalah jumlah keseluruhan dari karyawan yang mengajukan pensiun dini APS (Atas Permintaan Sendiri) PT Pertamina (Persero) Perkapalan yang berjumlah 122 orang.
3.4.2. Perhitungan Sampel
Perhitungan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin dengan asumsi bahwa populasi tersebut berdistribusi normal, maka perhitungannya adalah sebagai berikut (Umar, 2005) :
2
e
N
1
N
(54)
Berdasarkan rumus Slovin tersebut, penelitian ini menggunakan sampel 55 orang karyawan yang mengajukan pensiun dini APS untuk merepresentasikan seluruh populasi yang mengajukan pensiun dini atas permintaan sendiri.
3.4.3. Teknik Sampling
Teknik sampling menurut Sugiyono (2003) adalah merupakan teknik pengambilan sampel, untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah probability sampling berupa simple random sampling yaitu teknik sampling yang memberikan peluang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel, dikatakan sederhana karena pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi, cara ini dilakukan karena anggota populasi dianggap homogen. Simple random sampling ini dilakukan dengan bantuan Minitab 14 untuk menentukan responden yang akan menjadi sampel. Alasan menggunakan simple random sampling adalah :
1. Untuk n yang sama, simple random sampling lebih efisien dibandingkan dengan teknik random sampling yang lain.
2. Selain meningkatkan efisiensi simple random sampling juga digunakan untuk memastikan kategori-kategori yang proporsinya kecil dalam populasi cukup terwakili.
Dimana:
n = Ukuran Sampel N = Ukuran Populasi
e = Batas kesalahan yang diperbolehkan 122 122
n = = = 54,95 = 55 sampel 1 + 122 (0.1)2 2,22
(55)
3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Tahapan proses yang dilakukan dalam pengolahan data adalah: 1. Memberikan skor pada masing-masing jawaban responden
2. Memindahkan data berupa nilai dari kuisioner ke lembar tabulasi 3. Menghitung nilai total dari masing-masing atribut
4. Memindahkan data ke lembar kerja untuk siap diolah dan dianalisis 3.5.1. Uji Validitas
Menurut Singarimbun dan Effendi (1989), uji validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur itu mengukur hal yang akan dinyatakan. Langkah-langkah dalam menguji validitas kuisioner adalah sebagai berikut:
1. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur, yaitu dengan cara:
a. Mencari definisi dan rumusan konsep dan literatur, jika sekiranya sudah ada rumusan yang cukup rasional, maka rumusan tersebut dapat langsung dipakai. Tetapi bila rumusan tersebut belum operasional, maka peneliti harus merumuskannya seoperasional mungkin.
b. Jika dalam literatur tidak diperoleh definisi atau rumusan konsep yang akan diukur, peneliti harus mendiskusikan dengan para ahli lain. Pendapat para ahli ini kemudian disarikan ke dalam bentuk rumusan yang operasional.
c. Menanyakan langsung kepada calon responden penelitian mengenai aspek-aspek konsep yang menyusun pertanyaan yang operasional.
2. Melakukan uji coba skala pengukuran pada sejumlah responden. Jumlah responden untuk uji coba minimal adalah 30 orang, karena distribusi skor atau nilai akan lebih mendekati normal. Asumsi kurva normal sangat dibutuhkan dalam perhitungan statistik.
(1)
Correlations
1,000 ,448**
. ,001
55 55
,448** 1,000
,001 .
55 55
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
N turn over
pensiun dini Spearman's rho
turn over pensiun dini
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.
NONPAR CORR
/VARIABLES=tdkhadir pensiun /PRINT=SPEARMAN TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE .
Nonparametric Correlations
[DataSet1] E:\SKRIPSI FINAL FULL\SPEARMAN BARU!!\new validitas URGENT!!\input spearman baru urgent 25-55.sav
Correlations
1,000 ,092
. ,505
55 55
,092 1,000
,505 .
55 55
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
N ketidakhadiran
pensiun dini Spearman's rho
ketidakha
diran pensiun dini
NONPAR CORR
/VARIABLES=umur pensiun
/PRINT=SPEARMAN TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE .
(2)
1,000 ,054
. ,695
55 55
,054 1,000
,695 .
55 55
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
N umur
pensiun dini Spearman's rho
umur pensiun dini
NONPAR CORR
/VARIABLES=tktkerja pensiun /PRINT=SPEARMAN TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE .
Nonparametric Correlations
[DataSet1] E:\SKRIPSI FINAL FULL\SPEARMAN BARU!!\new validitas URGENT!!\input spearman baru urgent 25-55.sav
Correlations
1,000 ,225
. ,099
55 55
,225 1,000
,099 .
55 55
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
N tingkat pekerjaan
pensiun dini Spearman's rho
tingkat
pekerjaan pensiun dini
NONPAR CORR
/VARIABLES=ukuranorganisasi pensiun /PRINT=SPEARMAN TWOTAIL NOSIG
(3)
1,000 ,237
. ,081
55 55
,237 1,000
,081 .
55 55
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
N ukuran organisasi
pensiun dini Spearman's rho
ukuran
organisasi pensiun dini
NONPAR CORR
/VARIABLES=kmnankerja pensiun /PRINT=SPEARMAN TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE .
Nonparametric Correlations
[DataSet1] E:\SKRIPSI FINAL FULL\SPEARMAN BARU!!\new validitas URGENT!!\input spearman baru urgent 25-55.sav
Correlations
1,000 ,444**
. ,001
55 55
,444** 1,000
,001 .
55 55
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
N keamanan kerja
pensiun dini Spearman's rho
keamanan
kerja pensiun dini
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.
NONPAR CORR
/VARIABLES=gaji pensiun
/PRINT=SPEARMAN TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE .
(4)
1,000 ,224
. ,100
55 55
,224 1,000
,100 .
55 55
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
N gaji dan pendapatan
pensiun dini Spearman's rho
gaji dan
pendapatan pensiun dini
NONPAR CORR
/VARIABLES=karir pensiun /PRINT=SPEARMAN TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE .
Nonparametric Correlations
[DataSet1] E:\SKRIPSI FINAL FULL\SPEARMAN BARU!!\new validitas URGENT!!\input spearman baru urgent 25-55.sav
Correlations
1,000 ,115
. ,404
55 55
,115 1,000
,404 .
55 55
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
N perencanaan dan
pengembangan karir
pensiun dini Spearman's rho
perencanaa n dan pengemba
ngan karir pensiun dini
NONPAR CORR
/VARIABLES=promosi pensiun /PRINT=SPEARMAN TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE .
(5)
1,000 ,309*
. ,022
55 55
,309* 1,000
,022 .
55 55
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
N kesempatan promosi
pensiun dini Spearman's rho
kesempatan
promosi pensiun dini
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). *.
NONPAR CORR
/VARIABLES=pengakuan pensiun /PRINT=SPEARMAN TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE .
Nonparametric Correlations
[DataSet1] E:\SKRIPSI FINAL FULL\SPEARMAN BARU!!\new validitas URGENT!!\input spearman baru urgent 25-55.sav
Correlations
1,000 ,090
. ,512
55 55
,090 1,000
,512 .
55 55
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
N pengakuan manajemen
pensiun dini Spearman's rho
pengakuan
manajemen pensiun dini
NONPAR CORR
/VARIABLES=kepuasan pensiun /PRINT=SPEARMAN TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE .
(6)
1,000 ,364**
. ,006
55 55
,364** 1,000
,006 .
55 55
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
N kepuasan kerja
pensiun dini Spearman's rho
kepuasan
kerja pensiun dini
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.