2.3.2 Jenis-jenis Pengangguran Berdasarkan Penyebabnya
Dilihat dari sebab-sebab timbulnya, pengangguran dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis sebagai berikut sukirno, 2004 :
Pengangguran friksional frictional unemploymen adalah jenis
pengangguran yang timbul akibat dari adanya perubahan di dalam syarat-syarat kerja yang terjadi seiring dengan perkembangan atau
dinamika ekonomi yang terjadi. Jenis pengangguran ini dapat pula terjadi karena berpindahnya orang-orang dari satu daerah ke daerah
lain atau dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain atau melalui berbagai tingkat siklus kehidupan yang berbeda.
Pengangguran struktural structural unemploymrnt adalah jenis
pengangguran yang terjadi sebagai akibat adanya perubahan di dalam struktur pasar tenaga kerja yang menyebabkan terjadinya
ketidaksesuaian antara penawaran dan permintaan tenaga kerja. Ketidakseimbangan dalam pasar tenaga kerja yang terjadi antara
lain karena adanya peningkatan permintaan atas satu jenis pekerjaan, sementara jenis pekerjaan lainnya permintaannya
mengalami penurunan dan penawaran itu sendiri tidak dapat
melakukan penyesuaian dengan cepat terhadap situasi tersebut.
Pengangguran siklus cyclical unemployment adalah jenis
pengangguran yang terjadi sebagai akibat merosotnya kegiatan ekonomi atau karena terlampau kecilnya permintaan efektif agregat
aggregate effective demand di dalam perekonomian dibanding dengan penawaran agregat. Singkatnya, pengangguran siklis adalah
Universitas Sumatera Utara
pengangguran di atas tingkat alamiah above the natural rate atau pengangguran yang terjadi ketika output berada di bawah tingkat
kesempatan kerja penuh below full employment level.
Pengangguran teknologi. Pengangguran dapat pula ditimbulkan
oleh adanya penggantian tenaga manusia oleh mesin-mesin dan bahan kimia. Dalam pertumbuhan industri kita bisa mengamati
bahwa teknologi yang dipakai dalam proses produksi selalu berubah. Perubahan teknologi produksi membawa dampak
kesempatan kerja ke berbagai arah. Kekuatan substantif dan kekuatan mengubah spesifikasi jabatan yang ditimbulkan
membawa dampak negatif bagi kesempatan kerja berupa pengangguran. Sebagai contoh dapat disebutkan adanya perubahan
lokomotif tenaga uap menjadi lokomotif diesel sehingga tidak lagi dibutuhkan tukang api. Bila tukang api tidak cepat menguasai
keterampilan yang baru, maka kemungkinan ia tergusur oleh
perubahan teknologi.
2.3.3 Faktor Penyebab Pengangguran di Negara-negara Berkembang a. Kebijakan Pemerintah yang Tidak Tepat
Beberapa peneliti pembangunan ekonomi mencoba menganalisis sukses pertumbuhan kesempatan kerja di perekonomian yang tumbuh pesat di Asia
Timur, dan juga stagnasi kesempatan kerja di negara-negara Afrika dan Dunia Ketiga yang lain. Cerita sukses peningkatan kesempatan kerja di beberapa negara
Asia Timur adalah sebagai berikut Kusumo Siwindo, 1981 :
Universitas Sumatera Utara
Perekonomian-perekonomian di negara berkembang dianggap mempunyai dua sektor, yaitu sektor subsisten yang diasumsikan dan dicirikan sebagai sektor yang
lamban, tradisional, terbelakang, dan banyak mempunyai pengangguran tidak kentara dan sektor modern berupa pertambangan, perkebunan, dan industri.
Pembangunan kemudian disusun dengan strategi perluasan sektor modern melalui akumulasi kapital. Pertumbuhan sektor modern akan menyerap angkatan kerja
dari sektor tradisional sampai pada akhirnya tidak ada lagi yang tersisa. Berbeda dengan kondisi di beberapa negara berkembang yang lain,
kesempatan kerja sektor formal berkembang sangat lambat bahkan menurun. Beberapa ekonom mengatakan bahwa hal ini merupakan akibat dari perubahan
teknologi yang berasal dari negara-negara industri maju. Di negara-negara maju teknik-teknik produksi dikembangkan menjadi sangat padat kapital mengingat
semakin mahalnya tenga kerja di sana. Di negara maju penggunaan teknologi padat kapital adalah pilihan yang benar jika dibandingkan dengan penggunaan
teknologi padat tenaga kerja. Namun di negara berkembang yang kaya tidak selalu demikian. Strategi inilah yang telah dilakukan NICs Asia Timur dengan begitu
suksesnya dan kemudian diikuti oleh negara-negara sekawasan ketika pembangunan industri mulai tersebar. Kebijakan pemerintah di negara-negara
tersebut dilakukan untuk mempromosikan industry-industri yang paling sesuai pada kepemilikan faktor produksinya, dalam hal ini tenaga kerja.
Di kebanyakan negara Afrika dan negara-negara berkembang lainnya, kasusnya tidak seperti itu. Mereka justru mengadopsi kebijakan yang protektif
yang kemudian mendorong penggunaan teknologi yang padat kapital. Dorongan fiskal pada bentuk investasi yang padat kapital ini disebabkan oleh kepercayaan
Universitas Sumatera Utara
yang salah bahwa segala sesuatu yang mendorong investasi kapital pasti akan meningkatakan kesempatan kerja. Namun kenyataannya, dengan teknologi yang
tidak tepat, jumlah kesempatan kerja yang diciptakan sangat kecil. Kebijakan lain yang tidak tepat adalah kecilnya upaya pelatihan tenaga kerja yang menyebabkan
langkanya penduduk yang berskil. Keadaan ini akan mendorong pengusaha untuk memilih proses yang mekanis.
b. Distorsi Harga Faktor Produksi b.1 Tingginya Upah di Sektor Modern