Tabel 18. Kategorisasi Data Empirik Komitmen Kontinuans Rentang Nilai Kategorisasi Jumlah
Persentase
X 25 Rendah
25 ≤ X 47
Sedang 69
98.57 X
≥ 47 Tinggi
1 1.43
Total 70
100 Berdasarkan tabel 18 dapat diketahui bahwa subjek penelitian yang
memiliki komitmen kontinuans yang kategorisasi tinggi sebanyak 0 orang 0, kategorisasi sedang sebanyak 69 orang 98.57 dan kategori rendah sebanyak 1
orang 1.43. Hal ini berarti mayoritas subjek penelitian yaitu guru yang memiliki komitmen kontinuans adalah kategorisasi sedang.
C. PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan negatif antara persepsi guru terhadap gaya kepemimpinan transformasional dengan komitmen
kontinuans guru. Hal ini dapat dilihat dari r = 0.339 dan p = 0.002 dan hasil korelasi adalah positif.
Berdasarkan analisa tersebut maka hipotesa nol Ho diterima dan hipotesa alternatif Ha ditolak. Ini berarti bahwa tidak ada hubungan negatif antara
persepsi guru terhadap gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan komitmen kontinuans guru.
Hasil ini menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional tidak signifikan dan mempunyai pengaruh tidak langsung melalui komitmen
kontinuans. Hal ini ditandai dengan pengujian hipotesis yang menghasilkan “ tidak ada hubungan negatif antara persepsi guru terhadap gaya kepemimpinan
Universitas Sumatera Utara
transformasional kepala sekolah dengan komitmen kontinuans guru” tidak terbukti.
Pada hakekatnya pengujian yang tidak terbukti dikarenakan oleh “sejumlah faktor-faktor lain” yang berhubungan dengan komitmen kontinuans baik sifatnya
positif maupun negatif John dan John, 2003, dalam Thomas dan wahyu, 2007, bahwa komitmen para guru berhubungan secara langsung dengan sejumlah etitas
misalnya komitmen yang terlalu berlebihan terhadap atasannya dapat mengakibatkan perilaku “Asal Bapak Senang” seperti pada desain struktur
organisasi yang berorientasi pada aspek senioritas dan sentralistis untuk mengendalikan perilaku anggota, loyal kepada organisasi dan melegitimasi
tindakan mereka berdasarkan peraturan-peraturan organisasi Fachruddin, 2004 dalam Thomas dan wahyu, 2007.
Menurut Meyer dan Allen, 1997 bahwa komitmen organisasi merupakan sikap yang dihasilkan dari perilaku diharapkan menghasilkan perilaku yang
berkelanjutan berdasarkan pengidentifikasian seperangkat kondisi tertentu. Karena itu dengan mendesain suatu kondisi suasana belajar-mengajar, suasana
kerja yang baik akan mempengaruhi perilaku berkelanjutan sebagai konsekuensi dari sikap individu dalam hal ini para gutru.
Dalam penelitian bahwa telah teridentifikasi sejumlah faktor yang berhubungan dengan komitmen, baik bersifat negatif maupun positif.
menyimpulkan selain bersifat positif tidak semua komitmen akan memberikan keuntungan bagi organisasi John dan John, 2003, dalam Thomas dan wahyu,
2007. Menurut Iverson dan Buttigieg, 1998, dalam Thomas dan wahyu, 2007 hal
Universitas Sumatera Utara
ini disebabkan adanya sejumlah faktor pribadi dan sekolah memiliki hubungan negatif dengan komitmen kontinuans pada guru meliputi ketidakserasian tujuan
dan nilai perorangan dengan organisasi, kurangnya kepercayaan dan komunikasi, tingginya konflik personil, dan penyelesaian kurang efektif .
Berbeda dengan karyawan yang memiliki komitmen positif berarti karyawan yang setia dan produktif yang mengidentifikasikan dirinya pada tujuan
dan nilai perusahaan didasarkan pada pendapat Buchanan dalam Meyer dan Allen, 1997 maka banyak bentuk perilaku yang dihubungkan dengan pekerjaan
seperti komitmen untuk tetap bekerja, pelaksanaan tugas, kehadiran, komitmen kerja, kualitas kerja dan pengorbanan pribadi demi kepentingan organisasi
didasarkan pada pendapat Robinowitz, dkk dalam Meyer dan Allen, 1997. Adapun pandangan secara eksternal dibuktikan Fisher, 1986, dalam Thomas
dan wahyu, 2007 bahwa ketika seorang karyawan baru memutuskan untuk bergabung dengan organisasi tertentu, maka sebenarnya mereka telah siap untuk
melakukan berbagai perubahan peran dalam dirinya untuk dapat menyesuaiakan peran yang diberikan dalam organisasi tersebut. Akan tetapi bila pada akhirnya
kenyataan yang ada berbeda dimana kondisi demikian tidak tercapai baik pada karakteristik kerja, pelatihan, dan pengembangan, dan kompensasi maupun
perlakuan adil sehingga mempengaruhi komitmen organisasi karyawan itu sendiri. Demikian halnya guru-guru di sekolah Sekolah Menengah Pertama di
Medan, sebagian mungkin mempersepsikan komitmen kontinuans dalam arti yang berbeda misalnya profesi guru itu sendiri atau perannya, pada sekolah tempatnya
bekerja.
Universitas Sumatera Utara
Komitmen organisasi umumnya ditegaskan dengan: a keyakinan yang kuat dalam penerimaan dari nilai-nilai dan sasaran organisasi normatif, b kemauan
melakukan usaha untuk kepentingan organisasi afektif, c keinginan untuk mempertahankan organisasi kontinuans. Komitmen organisasi sebagai indikasi
dari partisipasi yang penting dalam keberhasilan organisasi didasarkan pada pendapat Porter, dkk dalam Silalahi, 2008.
Menurut Becker’s dalam Meyer Allen, 1997 adalah yang mempengaruhi komitmen kontinu dalam organisasi yaitu 1 variabel investasi
yaitu melibatkan investasi dari sesuatu yang berharga seperti waktu, tenaga, uang
yang merupakan bagian dari internal individu, bahwa seorang karyawan akan kehilangan itu jika ia meninggalkan organisasi. 2 variabel alternatif yaitu
melibatkan persepsi karyawan terhadap alternatif pekerjaan. Karyawan berpikir bahwa mereka memiliki alternatif yang sedikit. Misalnya, seorang karyawan
mungkin mendasarkan persepsinya terhadap lingkungan eksternal tingkat lapangan kerja dan iklim ekonomi karyawan lain mungkin mendasarkan
alternatif sejauh mana keahliannya tampak berharga, masih dapat dipakai dan cocok di organisasi yang lain.
Hubungan antara kepemimpinan transformasional dan komitment kerja karyawan dikemukakan oleh Bass 1985, ditegaskan bahwa seorang pemimpin
transformasional yang mempunyai nilai-nilai internal yang standart yang dapat diserap oleh pengikut atau bawahan akan merubah sikap, kepercayaan dan tujuan
yang akan dicapai bawahan. Perubahan itu merupakan wujud komitmen kerja
Universitas Sumatera Utara
bawahan pada nilai-nilai pimpinannya yang menyebabkan pimpinannya berpengaruh pada bawahan melalui organisasi.
Penelitian lain tentang kepemimpinan transformasional juga menekankan hal yang sama bahwa pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan
transformational berhubungan pada komitmen organisasi, dimana pemimpin bergaya transformasional mempengaruhi dan membantu bawahannya untuk
mencapai level yang lebih tinggi dari komitmen dan performansi dengan mengawasi hasil kelompok sasaran dan membangun anggota kelompok secara
individu untuk mencapai potensi yang lebih tinggi, memberi semangat pada bawahan untuk berpikir secara kritis dan setia pada organisasi didasarkan pada
pendapat Parry, dkk dalam Silalahi, 2008. Menurut Bass 1985 kepemimpinan transformasional mengandung empat
komponen yakni: Idealized Influence, Inspirational Motivation, Intellectual
Stimulation dan Individualized Consideration. Keempat komponen ini saling
berhubungan dan dapat menumbuhkan komitmen karyawan pada organisasi dan mempengaruhi efektivitas dan performasi karyawan yang loyal pada organisasi.
Seorang pemimpin yang idealized influence yaitu pemimpin yang
memberikan pengaruh kepada karyawannya untuk menerima nilai-nilai, norma- norma dan prinsip-prinsip, dan pemimpin transformasional memiliki karakter
berani untuk membuat suatu keputusan menegur bahkan memberhentikan tidak hormat kepada bawahannya yang tidak sesuai dan tidak disiplin. Oleh sebab itu,
karyawan yang memiliki komitmen kontinuan yang tinggi pada organisasi dapat menurun dikarenakan seorang pemimpin yang memiliki gaya transformasional.
Universitas Sumatera Utara
Pemimpin transformasional memiliki karakter-karakter seperti mereka berani, mengidentifikasikan dirinya sebagai alat perubahan, memiliki kemampuan
menghadapi ketidakpastian, dan lain-lain menurut Tichy Devanna dalam Wahjonno, 2010, ini akan membuat seorang guru yang memiliki komitmen
kontinuan tinggi akan rendah dengan keberanian pemimpin untuk memberikan teguran bahkan diberhentikan tidak hormat dengan proses yang panjang apabila
guru-guru tidak dapat disiplin dan hanya mementingkan keuntungan diri sendiri. Kepemimpinan transformasional pada subjek penelitian ini yang paling
besar berada pada kategori sedang. Berdasarkan hasil penelitian terdapat 55 orang 78.57 dengan kategori sedang yang dapat diartikan bahwa atasan memiliki
hubungan yang baik dengan karyawan dan atasan memberikan kesempatan untuk lebih terbuka walaupun ada beberapa hal dari atasan yang tidak sejalan dengan
mengungkapkan pikiran, opini, informasi dan ide yang mereka miliki. 8 orang 11.43 dengan kategori tinggi yang dapat diartikan bahwa atasan selalu
menginspirasi serta memotivasi bawahannya untuk mencapai visi organisasi, lebih membimbing bawahannya dalam bekerja, mampu mengurangi sejumlah konflik
yang sering terjadi dalam organisasi, menanamkan nilai kekeluargaan dengan bawahannya. 7 orang 10 dengan kategori rendah yang dapat diartikan bahwa
atasan tidak memiliki motivasi dan inspirasi untuk mencapai visi organisasi. Sementara komitmen organisasi yang kategorisasi tinggi sebanyak 0 orang
0 yang dapat diartikan bahwa individu tersebut mempunyai kebutuhan yang besar untuk mengembangkan diri didalam perusahaan dan senang berpartisipasi
dalam proses pengambilan keputusan di organisasi tempat mereka bekerja serta
Universitas Sumatera Utara
berusaha menampilkan kinerja yang terbaik, kategorisasi sedang sebanyak 69 orang 98.57 yang dapat diartikan bahwa individu tersebut memiliki keinginan
untuk menampilkan kinerja yang terbaik walaupun ada beberapa hal dari perusahaan yang masih tidak sejalan dengan nilai-nilai mereka dan kategori
rendah sebanyak 1 orang 1.43 dapat diartikan bahwa individu tidak memiliki keinginan dan tidak termotivasi untuk memberikan kinerja mereka yang terbaik
didalam perusahaan tempat mereka bekerja. Hal ini berarti mayoritas subjek penelitian yaitu guru yang memiliki komitmen kontinuans adalah kategorisasi
sedang. Pada penelitian ini berdasarkan perbandingan mean empirik dengan mean
hipotetik gaya kepemimpinan transformasional diketahui bahwa mean empirik lebih besar dari mean hipotetik X
E
X
H
. Hal ini berarti gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah yang dipersepsikan oleh subjek penelitian lebih
besar dari populasi yang diasumsikan. Dan berdasarkan kategorisasi data empirik diketahui bahwa rata-rata yang mempersepsikan gaya kepemimpinan
transformasional kepala sekolah di SMPN 3 Medan dalam kategori sedang sebanyak 55 orang 78.57 subjek penelitian mempersepsikan bahwa atasan
yaitu kepala sekolah cukup besar dalam menerapkan gaya kepemimpinan transformasional.
Sedangkan diperoleh hasil perbandingan antara skor mean empirik dengan
mean hipotetik menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar dari mean hipotetik X
E
X
H
. Hal ini berarti komitmen kontinuans subjek penelitian lebih besar dari populasi yang diasumsikan. Dan berdasarkan kategorisasi data empirik diketahui
Universitas Sumatera Utara
bahwa rata-rata yang memiliki komitmen kontinu sebanyak 69 orang 98.57 yang dalam kategori sedang. Hal ini berarti mayoritas subjek penelitian yaitu guru
yang memiliki komitmen kontinuans adalah kategorisasi sedang.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan dan hasil penelitian, yang diharapkan dapat berguna bagi penelitian ini.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data yang diperoleh dalam penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan negatif antara persepsi guru terhadap gaya kepemimpinan transformasional kepala
sekolah dengan komitmen kontinuans guru. 2. Berdasarkan hasil penelitian ternyata sebagian besar subjek penelitian tidak
tergolong ke dalam kategori tinggi dan rendah pada kedua variabel. 3. Berdasarkan hasil penelitian ternyata sebagian besar subjek penelitian memiliki
tingkat komitmen kontinuans dan gaya kepemimpinan transformasional yang tergolong kategori sedang.
B. Saran 1. Saran Metodologis
a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperbanyak jumlah subjek
penelitian yang akan diteliti sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih representatif.
Universitas Sumatera Utara