Menurut Awang 2001, sangatlah penting untuk memperkuat organisasi masyarakat pengelola hutan kemasyarakatan agar mereka memahami dengan
benar hak dan kewajiban atas sumber daya hutan. Hanya dengan institusi sosial yang kuat, peranti organisasi dan norma-norma yang benar yang dibangun dalam
institusi sosial masyarakat, program hutan kemasyarakatan akan dapat berlangsung dengan baik. Kelembagaan bukan hanya terbatas pada membentuk
organisasi masyarakat, tetapi harus lebih menjangkau batas-batas yuridiksi atas lahan, permodalan, dukungan kebijakan dan pemberdayaan demokratis.
5.2.3. Perubahan Kemandirian Masyarakat
Dari strategi pembangunan nasional mengacu pada Triple Track Strategy seperti yang diuraikan pada Bab II sebelumnya, bahwa strategi pembangunan dapat
dijabarkan pro job, pro growth dan pro poor strategy. Jika ketiga strategi tersebut tercapai, maka akhir yang diperoleh yaitu kemandirian masyarakat.
Penilaian kemandirian masyarakat berbeda antara sebelum dan sesudah bergabung dengan hutan kemasyarakatan. Sebelum bergabung dengan hutan kemasyarakatan,
penilaian lebih ditekankan kepada kemandirian dalam pengelolaan usaha tani atau pekerjaan sebelumnya. Penilaian tingkat kemandirian masyarakat sebelum
kehadiran hutan kemasyarakatan dinilai dengan 6 parameter yaitu: 1
Kemampuan masyarakat dalam mengusahakan usaha tani secara swadaya. 2
Kesadaran masyarakat dalam mengembangkan usaha taninya menjadi lebih produktif.
3 Kemampuan masyarakat dalam mengelola hasil usaha tani tindakan pasca
panen.
Universitas Sumatera Utara
4 Kemitraan dan jaringan yang dibangun dalam mengelola usaha tani.
5 Peningkatan kapasitas dan kualitas SDM.
6 Dukungan terhadap perekonomian desa.
Sesudah kehadiran hutan kemasyarakatan, penilaian tingkat kemandirian masyarakat ditekankan pada 6 parameter yang mengacu pada pengelolaan hutan
kemasyarakatan: 1
Kemampuan masyarakat dalam mengusahakan hutan kemasyarakatan secara swadaya.
2 Kesadaran akan pemeliharaan hutan.
3 Kemampuan masyarakat dalam mengelola hasil kegiatan hutan
kemasyarakatan walaupun belum maksimal. 4
Kemitraan dan jaringan yang dibangun hutan kemasyarakatan. 5
Peningkatan kapasitas dan kualitas SDM. 6
Dukungan terhadap perekonomian desa.
Tabel 14. Perubahan tingkat kemandirian masyarakat sebelum dan sesudah kehadiran Hutan Kemasyarakatan HKm
Total Mean Rata-rata
Sebelum 583
17,67 Sesudah
813 24,64
Peningkatan 39,45
39,45
Sumber : Data diolah dari lampiran 14 dan 15
Pada Tabel 14, tingkat kemandirian masyarakat sebelum adanya hutan kemasyarakatan mencapai 583 dengan rata-rata tingkat kemandirian per orang
17,67. Sebelum adanya hutan kemasyarakatan, hanya sedikit di antara para responden yang memiliki lahan usaha tani sendiri sebelumnya. Selebihnya mereka
bekerja sebagai buruh atau sektor lain di luar usaha tani. Sehingga perekonomian
Universitas Sumatera Utara
desa tidak bertumpu pada usaha tani milik sendiri saja tetapi bertumpu pada sektor lain di luar usaha tani. Walaupun terdapat pekerjaan di luar sektor usaha tani,
tetapi tidak menjanjikan bagi kesejahteraan masyarakat, karena sifat pekerjaan yang bersifat musiman, seperti buruh harian atau buruh bangunan.
Tingkat kemandirian masyarakat mengalami peningkatan menjadi 813 dengan rata-rata tingkat kemandirian per orang sebesar 24,64 setelah bergabung dengan
hutan kemasyarakatan. Terjadi peningkatan tingkat kemandirian masyarakat total sebesar 39,45 dan peningkatan rata-rata sebesar 39,45 dari kondisi
sebelumnya. Hal ini dipengaruhi oleh 6 parameter tingkat kemandirian masyarakat sebelum dan sesudah kehadiran hutan kemasyarakatan yang telah
diuraikan sebelumnya. Masyarakat dinilai mampu melanjutkan kegiatan hutan kemasyarakatan walaupun tanpa dukungan pemerintah lagi, sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan hidup bagi peserta hutan kemasyarakatan tersebut. Berdasarkan analisis statistik uji beda tanda dengan menggunakan Wilcoxon’s
Signed Rank Test pada Lampiran 21 diperoleh Z
hitung
sebesar -5,063 dan signifikansi 0,000
α
0,05
. Hal ini berarti Z
hitung
lebih kecil daripada -Z
α2
-Z
α2
= -1,96. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H ditolak dan H
1
diterima, artinya ada perbedaan tingkat kemandirian masyarakat sebelum dan sesudah kehadiran hutan kemasyarakatan. Kegiatan hutan kemasyarakatan yang
dilakukan berhasil meningkatkan kemandirian masyarakat, maka hipotesis 2 diterima.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1 Ada perbedaan pendapatan total, pengeluaran usaha tani dan curahan tenaga
kerja masyarakat sesudah kehadiran program Hutan Kemasyarakatan HKm. a
Terdapat peningkatan pendapatan total masyarakat sebelum dan sesudah mengikuti program hutan kemasyarakatan yaitu Rp 19.206.221,35
sebelum bergabung dengan program hutan kemasyarakatan dan Rp 81.312.286,57 sesudah bergabung dengan program hutan
kemasyarakatan serta hasil uji analisis berdasarkan analisis statistik uji beda rata-rata dengan menggunakan t-test berpasangan diperoleh t
-hitung
lebih kecil daripada –t
-tabel
t
-hitung
= -12,444 dan –t
-tabel
b Terdapat peningkatan pengeluaran usaha tani rata-rata sebelum dan
sesudah mengikuti program hutan kemasyarakatan yaitu Rp 437.336,65 sebelum bergabung dengan program hutan kemasyarakatan dan
Rp 14.441.905,42 sesudah bergabung dengan program hutan kemasyarakatan serta hasil uji analisis berdasarkan analisis statistik uji
beda rata-rata dengan menggunakan t-test berpasangan diperoleh t = -2,042.
-hitung
lebih kecil daripada –t
-tabel
t
-hitung
= -5,773 dan –t
-tabel
c Terdapat peningkatan curahan tenaga kerja sebelum dan sesudah
mengikuti program hutan kemasyarakatan yaitu 1.691,25 HKPTahun sebelum bergabung dengan program hutan kemasyarakatan dan
8.062,75 HKPTahun sesudah bergabung dengan program hutan = -2,042.
Universitas Sumatera Utara