2.3. Kerangka Pemikiran
Hutan merupakan salah satu sumber kekayaan alam kita yang mempunyai makna dan kepentingan tinggi bagi seluruh lapisan rakyat Indonesia. Pengusahaan hutan
di Indonesia dimulai sekitar tahun 70-an sesuai UU No. 5 Tahun 1967 yang masih didominasi oleh pengusaha swasta yang mengantongi izin HPH Hak
Pengusahaan Hutan dari pemerintah. Namun sayangnya, pengusahaan hutan oleh pihak swasta ini menimbulkan dampak yang buruk bagi kondisi hutan di
Indonesia karena hutan terus dieksploitasi secara terus-menerus tanpa memperhatikan kelestarian hutan itu sendiri. Selain itu, pengusahaan hutan dari
sosial ekonomi tidak memberikan pengaruh terhadap peningkatan perekonomian masyarakat di sekitar hutan. Masyarakat hanya diikutsertakan dalam kegiatan
tertentu yang tidak memberikan kontribusi yang berarti dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Karena keadaan yang demikian, maka pemerintah mulai melibatkan masyarakat dalam kegiatan pengelolaan kehutanan melalui UU No.41 Tahun 1999. Niat baik
pemerintah ini kemudian diwujudkan dengan digulirkannya Program Hutan Kemasyarakatan melalui Peraturan Menteri Kehutanan No. P. 37Menhut-II2007
tentang Hutan Kemasyarakatan. Melalui program ini diharapkan msayarakat dapat menjadi pelaku utama dalam pengelolaan hutan mulai dari segi pengambilan
keputusan sampai dengan menikmati hasil pembangunan sektor kehutanan. Kita mengetahui bahwa tidak mudah mengadakan perubahan dalam masyarakat,
terutama pada masyarakat pedesaan, sebab nilai-nilai sosial dan tradisi masyarakat pedesaan sangat bervariasi di dunia ini. Di setiap tempat dan setiap saat, nilai-nilai
Universitas Sumatera Utara
sosial dan perubahan tradisi ini menggambarkan penyesuaian terhadap kondisi, dimana kelompok manusia itu telah hidup turun-temurun.
Dalam suatu proyek pembangunan harus diusahakan agar supaya dampak pembangunan ekonomi memberikan efek positif atau merupakan pendongkrak
kemajuan masyarakat melalui suatu proses spread effect menyebar luas, sentrifugal tertentu berupa momentum ekspansioner yang memancar dari pusat-
pusat ekspansi ekonomi ke daerah-daerah sekitarnya atau ke daerah-daerah lainnya. Dengan kata lain, pusat-pusat kegiatan ekonomi harus mampu menjadi
sebagai wadah kegiatan penampungan kesempatan kerja bagi masyarakat di sekelilingnya, baik dalam bentuk penyerapan tenaga kerja maupun dalam bentuk
kegiatan ekonomi lainnya yang merupakan kegiatan supply untuk barang-barang kebutuhan proyek ekonomi tersebut.
Pembangunan itu, dampak mengakibatkan dampak primer, biofisik atau sosial- ekonomi-budaya. Dampak primer ini akan mempengaruhi sasaran kesejahteraan
yang ingin dicapai. Dapat juga terjadi dampak primer yang menimbulkan dampak sekunder, tersier dan seterusnya yang masing-masing dapat bersifat biofisik atau
sosial-ekonomi-budaya Soemarwoto, 2005. Masyarakat di dalam dan di sekitar hutan merupakan suatu kelompok masyarakat
yang dapat menjadi sumber daya yang sangat berharga untuk mendukung tercapainya pengelolaan hutan yang lestari. Melalui kegiatan pembinaan
masyarakat yang tepat, maka partisipasi mereka dapat memberikan manfaat bagi usaha pemanfaatan dan pelestarian hutan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Hutan Kemasyarakatan HKm
Masyarakat
Perubahan Sosial Ekonomi dan Budaya
Pemberian hak pengelolaan
lahan oleh pemerintah
Sosial Ekonomi Sosial Budaya
Sebelum Mengikuti HKm
Sesudah Mengikuti HKm
Pendapatan Total
Pengeluaran Usaha Tani
Curahan TK
Partisipasi Masyarakat
Keterlibatan Lembaga
Kemandirian Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
2.4. Hipotesis Penelitian