dengan harga yang tinggi. Salah satu alat yang menggunakan metode electronic capacitance tester yang juga digunakan di PT. Kusumaputra Santosa adalah uster
evenness tester. Selain untuk mengukur ketidakrataan benang, alat ini juga dapat digunakan untuk mengukur dan mendeteksi benang tipis thin, benang tebal
thick, serta neps pada benang. Alat ini terdiri dari tiga bagian yaitu bagian monitor 1, integrator 2, dan spektograf 3. Gambar uster evenness tester dapat
dilihat pada gambar 2.3 dibawah ini.
2 3
1
Gambar 2.3 Uster evenness tester
Sumber: Perusahaan, 2006
Cara pengujian ketidakrataan benang menurut SNI 08-0460-1989 yaitu pada bagian monitor 1, benang dilewatkan melalui kondensor pengukur
kemudian ke pasangan rol penarik agar dihisap oleh kompresor. Sedangkan integrator 2 berfungsi untuk mengukur ketidakrataan pada benang sepanjang
500 meter selama 2,5 menit. Spektograf 3 berfungsi untuk mencatat hasil ketidakrataan benang dalam bentuk grafik.
2.1.4 Kekuatan Tarik Benang dan Single Strength Tester
Kekuatan tarik benang per helai adalah besarnya gaya yang dibutuhkan untuk memutuskan satu helai benang dalam bentuk lurus. Pengujian kekuatan
tarik benang dilakukan pada alat single strength tester dan hasil uji dinyatakan dalam satuan gram. Single strength tester adalah alat uji kekuatan tarik per helai
jenis pendulum yang dilengkapi dengan peralatan beban 1, penjepit atau klem
II-8
untuk memegang contoh uji 23, skala kekuatan 4, dan motor penggerak 5. Gambar single strength tester dapat dilihat pada gambar 2.4 dibawah ini.
Gambar 2.4 Single strength tester
Sumber: Perusahaan, 2006
Cara pengujian kekuatan tarik benang menurut SNI 08-0768-1989 yaitu
sehelai benang dijepit pada klem penjepit atas 2, sedangkan ujung benang yang lain dijepit pada klem penjepit bawah 3 dengan diberi beban atau gaya 1.
Besarnya beban yang diberikan untuk benang 30R adalah 4,9 gram. Setelah dipastikan pada posisi yang benar, handle penggerak motor 5 ditarik. Besarnya
beban atau gaya maksimal yang dapat ditahan oleh benang tersebut menunjukkan kekuatan tarik benang per helai. Benang dengan kualitas baik adalah benang yang
mempunyai kekuatan tarik tinggi.
2 Klem penjepit atas
3 Klem penjepit bawah 4 Skala kekuatan
1 Peralatan beban 5 Handle penggerak
2.1.5 Puntiran Benang dan Twist Tester
Puntiran twist pada benang adalah penggabungan dua serat atau lebih menjadi satu benang tunggal dengan dengan cara dipilin atau dipuntir. Fungsi dari
twist ini adalah memberikan kekuatan pada benang serta menyambung serat yang pendek atau putus, untuk mengukur puntiran pada benang digunakan alat bantu
yang dinamakan twist tester. Jumlah antihan dapat dinyatakan dalam setiap meter
II-9
TPM atau setiap inci TPI. Gambar twist tester dapat dilihat pada gambar 2.5 dibawah ini.
1
2 3
Gambar 2.5 Twist tester
Sumber: Perusahaan, 2006
Cara pengujian menurut SNI 08-0270-1998 yaitu jika sehelai benang dibuka antihannya, maka bertambah panjang, dan bertambah panjang maksmial
dicapai apabila antihan tersebut dibuka 100 . Sebaliknya jika benang yang telah dibuka tadi diberi antihan lagi, maka akan kembali menjadi bertambah pendek.
Panjang benang akan kembali ke panjang semula bila jumlah antihan yang diberikan sama dengan jumlah antihan semula. Alat uji antihan dilengkapi dengan
sepasang klem penjepit 1. Pengujian benang dilakukan dengan mengatur jarak jepit 2 sesuai jarak yang ditentukan yaitu 25 cm atau 10 inci kemudian jepit
ujung benang pada klem yang tidak dapat berputar dan kencangkan. Sisipkan ujung yang lain melalui klem yang dapat berputar. Pasang beban penegang 3
yang ditentukan sesuai dengan nomor benang. Tarik benang melalui ujung klem yang dapat berputar hingga penunjuk mulur berada berada pada posisi nol,
kemudian kencangkan klem pemutar. Potong ujung benang diluar klem yang berputar dan sisakan kurang dari 2,5 cm. Jalankan alat sehingga putaran klem
membuka antihan. Pada saat benang mulai mulur, hentikan alat sementara dan lepaskan beban. Lanjutkan putaran hingga antihan terbuka dan selanjutnya
putaran memberi antihan yang arahnya berlawanan. Pasang kembali beban pada saat jumlah putaran cukup bagi benang untuk menahan selip serat. Lanjutkan
putaran hingga penunjuk mulur kembali ke posisi nol.
II-10
2.2 METODE TAGUCHI