62
Tabel 6. Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Kelompok Umur dan Lapangan Usaha di Provinsi Jawa Barat Tahun
2009
Kelompok Umur
Pertani An
Industri Konstruksi
Perdagang an
Transpor tasi
Jasa Lain
nya
15-19 17,35
32,47 53,17
27,13 7,07
12,19 0,63
20-24 13,76
30,48 4,52
24,96 8,96
14,36 2,96
25-29 14,51
24,90 5,87
25,74 10,11
15,81 3,07
30-34 18,35
21,30 6,58
26,06 10,69
14,41 2,61
35-39 21,13
17,17 7,20
28,09 8,98
14,40 3,04
40-44 23,13
15,73 6,94
25,96 9,14
16,58 2,52
45-49 29,08
10,69 6,17
25,20 8,67
17,62 2,59
50-54 34,08
10,01 5,84
24,48 7,12
16,53 1,95
55-59 40,84
8,26 5,67
24,49 6,48
12,95 1,31
60-64 57,47
7,61 2,36
21,18 3,06
6,87 1,45
65+ 62,40
7,59 1,50
19,39 2,79
5,44 0,88
Rata-rata 26,97
16,93 5,07
24,79 7,55
13,38 2,09
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010
5.3. Perekonomian
Produk Domestik Regional Bruto merupakan gambaran kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumberdaya alam yang dimiliki. PDRB yang dihitung
berdasarkan harga pada tahun berjalan disebut PDRB atas dasar harga tahun berlaku sedangkan PDRB yang dihitung berdasarkan harga pada tahun dasar disebut PDRB
atas dasar harga konstan. PDRB Provinsi Jawa Barat setiap sektor ekonomi dan kontribusinya berdasarkan harga berlaku dari tahun 2008 sampai tahun 2009 dapat
dilihat pada Tabel 7. Kontribusi nilai tertinggi PDRB Provinsi Jawa Barat pada tahun 2008 dicapai
oleh sektor industri pengolahan disusul oleh sektor perdagangan hotel dan restoran serta sektor pertanian masing-masing sebesar 44,91, 19,11, dan 11,26.
Sedangkan pada tahun 2009 kontribusi nilai PDRB sektor industri pengolahan menurun menjadi 42,20, sektor perdagangan hotel dan restoran meningkat menjadi
63
20,32, dan sektor pertanian meningkat menjadi 12,25. Sedangkan kontribusi terkecil diberikan oleh sektor pertambangan dan penggalian sebesar 1,76.
Tabel 7. PDRB Provinsi Jawa Barat tiap Sektor Ekonomi dan Kontribusinya atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008-2009 Juta Rupiah
Sektor 2008
2009 Pertanian
67.849.463 11,26
79.896.246 12,25
Pertambangan dan Penggalian 14.453.535
2,40 11.469.346
1,76 Industri Pengolahan
270.551.853 44,91
275.165.264 42,20
Lisrik, Gas dan Air Bersih 16.913.616
2,81 20.139.267
3,09 Bangunan
19.440.248 3,23
21.226.757 3,26
Perdagangan, Hotel dan Restoran 115.139.072
19,11 132.517.277
20,32 Pengangkutan dan Komunikasi
36.401.476 6,04
41.780.336 6,41
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 17.228.057
2,86 18.802.857
2,88 Jasa-Jasa
44.443.235 7,38
51.031.556 7,83
Total 602.420.555
100 652.028.906
100
Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Barat 2010 diolah
5.4. Pertanian Padi
Jawa Barat merupakan lumbung padi nasional dimana setiap tahunnya terjadi peningkatan produksi yang menimbulkan optimisme tinggi bahwa produksi beras
nasional akan terus mengalami surplus, dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu pemasok beras dunia.
Berdasarkan Tabel 8, jenis lahan sawah yang ada di Jawa Barat adalah lahan sawah irigasi teknis, sawah irigasi setengah teknis, sawah irigasi sederhana, sawah
tadah hujan, sawah non PU, dan sawah lainnya. Rataan luas lahan sawah irigasi teknis pada tahun 2001-2010 merupakan luas lahan sawah terbesar di Jawa Barat sebesar
378.502,5 ha. Luas lahan sawah irigasi teknis terbesar berada di Kabupaten Karawang sebesar 81.974,2 ha. Luas lahan sawah irigasi teknis terbesar berada di Kabupaten
Indramayu sebesar 16.195,8 ha. Luas lahan sawah irigasi sederhana terbesar berada di Kabupaten Sumedang sebesar 13.017,7 ha. Dan luas lahan sawah tadah hujan terbesar
berada di Kabupaten Sukabumi sebesar 19.871,6 ha.
64
Tabel 8. Rataan Luas Lahan Sawah Menurut Jenis Pengairannya di Jawa
Barat Tahun 2001-2010
No KabupatenKota
Sawah Irigasi
Teknis
Sawah Irigasi
Setengah Teknis
Sawah Irigasi
Sederhana Sawah
Tadah
Hujan Sawah
Non PU Sawah
Lainnya KabReg
1 Bogor
3962 8028.9
13453 10061.7
13221.4 2
Sukabumi 4595.4
8941.1 9690.5
19871.6 21583.5
201 3
Cianjur 14108.1
7616.1 7475
15610.8 17803.4
59 4
Bandung 10227.1
7541.2 6144.4
10475.3 12736.8
13.7 5
Garut 8478.1
9368.1 9779.7
9851 12976.8
6 Tasikmalaya
4295.3 3793
4436.9 13976.8
22137.9 7
Ciamis 16240.7
3259.2 5548.7
12332.2 14811.8
271.1 8
Kuningan 4639.3
8396.7 3370.2
7887.4 4843.2
9 Cirebon
35090.5 8938.8
3065.4 5214.5
2786.3 20.1
10 Majalengka
17513.9 8182
5561.6 12120.1
7785.7 15.9
11 Sumedang
3308.6 5137.2
13017.7 6539
5415.9 95.8
12 Indramayu
71297.1 16195.8
3236.5 18805.2
4052.1 1054.1
13 Subang
58085.9 9084.8
3569.6 7485.4
6297.4 14
Purwakarta 1983.5
2988.1 3198.1
5673.7 2002.1
22 15
Karawang 81974.2
4694.4 3748.9
3095.9 836.3
16 Bekasi
37119.4 6390.7
849.4 7384
3167.5 334
17 Bandung Barat
626.7 924.9
702.2 1987.8
1803.2 14.8
KotaCity
18 Bogor
254.4 145.7
222.6 44.5
247.7 19
Sukabumi 421.6
267.6 1333.1
20 Bandung
13.3 134.5
706.2 253.1
706.3 21
Cirebon 108.5
7.9 9
168.9 1195.8
22 Bekasi
186.9 51
1.5 411.4
71.2 23
Depok 243.3
317.4 271.6
156.7 103.1
24 Cimahi
312.4 173
11.1 137.5
186.8 25
Tasikmalaya 2520
838.2 170.1
852.4 1805.5
26 Banjar
1317.9 103.4
24.6 697.1
395.3 11.6
Total 378502.5
121252.1 98686.1
171361.6 160306.1
2113.1
Sumber: Badan Pusat Statistik 2011 diolah
Berdasarkan tabel 9 bahwa rataan luas lahan sawah irigasi teknis terbesar berada di Kabupaten Karawang sebesar 21,66, Indramayu sebesar 18,84, dan
Subang sebesar 15,35. Wilayah ini juga merupakan jalur Pantai Utara Jawa Barat
65
dengan aksesibilitas perekonomian yang tinggi. Sedangkan luas lahan sawah irigasi teknis terendah berada di Kota Cirebon sebesar 0,03. Wilayah yang hamper
samasekali tidak terdapat lahan sawah irigasi teknis adalah Kota Sukabumi dan Bandung.
Tabel 9. Rataan Luas Lahan Sawah Irigasi Teknis di Jawa Barat Tahun 2001-
2010
No KabupatenKota
Sawah Irigasi Teknis ha
KabReg 1
Bogor 3962
1.05 2
Sukabumi 4595.4
1.21 3
Cianjur 14108.1
3.73 4
Bandung 10227.1
2.70 5
Garut 8478.1
2.24 6
Tasikmalaya 4295.3
1.13 7
Ciamis 16240.7
4.29 8
Kuningan 4639.3
1.23 9
Cirebon 35090.5
9.27 10
Majalengka 17513.9
4.63 11
Sumedang 3308.6
0.87 12
Indramayu 71297.1
18.84 13
Subang 58085.9
15.35 14
Purwakarta 1983.5
0.52 15
Karawang 81974.2
21.66 16
Bekasi 37119.4
9.81 17
Bandung Barat 626.7
0.17 KotaCity
18 Bogor
254.4 0.07
19 Sukabumi
0.00 20
Bandung 13.3
0.00 21
Cirebon 108.5
0.03 22
Bekasi 186.9
0.05 23
Depok 243.3
0.06 24
Cimahi 312.4
0.08 25
Tasikmalaya 2520
0.67 26
Banjar 1317.9
0.35
Total 378502.5
Sumber: Badan Pusat Statistik 2011 diolah
Berdasarkan Tabel 10, luas lahan sawah di Jawa Barat pada tahun 2009 sebesar 949.914 ha. Semakin besar luas lahan sawah maka semakin besar juga luas
66
panen dan produksinya. Kabupaten Indramayu merupakan daerah yang memiliki luas lahan sawah yang terbesar di Provinsi Jawa Barat yaitu sebesar 118.663 ha atau 12,49
dengan luas panen sebesar 226,568 ha atau 11,62 dan diikuti oleh peningkatan hasil produksi nya sebesar 1.321.016 ha atau 11,67 di Jawa Barat.
Tabel 10. Luas Lahan Sawah, Luas Panen, dan Produksi Padi di Jawa Barat Tahun 2009
No KabupatenKota
Luas Lahan Sawah
Luas Panen Produksi
Ha Ha
ton Kab
1 Bogor
48837 5.14
85147 4.37
500686 4.42
2 Sukabumi
68188 7.18
144499 7.41
796502 7.03
3 Cianjur
65881 6.94
144026 7.39
766039 6.77
4 Bandung
36398 3.83
75891 3.89
443507 3.92
5 Garut
50273 5.29
135104 6.93
785374 6.94
6 Tasikmalaya
49567 5.22
120254 6.17
724703 6.40
7 Ciamis
52286 5.50
107575 5.52
675637 5.97
8 Kuningan
29045 3.06
61068 3.13
348093 3.07
9 Cirebon
54581 5.75
86187 4.42
509729 4.50
10 Majalengka
51899 5.46
97204 4.98
568955 5.02
11 Sumedang
33176 3.49
78143 4.01
437192 3.86
12 Indramayu
118663 12.49
226568 11.62
1321016 11.67
13 Subang
85362 8.99
184585 9.46
1105550 9.76
14 Purwakarta
16566 1.74
41662 2.14
231285 2.04
15 Karawang
97529 10.27
182425 9.35
1067691 9.43
16 Bekasi
54425 5.73
105825 5.43
620868 5.48
17 Bandung Barat
20654 2.17
43847 2.25
243570 2.15
Kota
18 Bogor
960 0.10
1269 0.07
7112 0.06
19 Sukabumi
1929 0.20
3625 0.19
22687 0.20
20 Bandung
1983 0.21
1897 0.10
10897 0.10
21 Cirebon
333 0.04
656 0.03
3643 0.03
22 Bekasi
664 0.07
1013 0.05
5678 0.05
23 Depok
932 0.10
793 0.04
4596 0.04
24 Cimahi
293 0.03
504 0.03
2933 0.03
25 Tasikmalaya
6172 0.65
14252 0.73
80844 0.71
26 Banjar
3318 0.35
6184 0.32
37895 0.33
Jawa Barat 949914
1950203 11322682
Sumber: Badan Pusat Statistik 2010 diolah
Sedangkan luas lahan sawah yang terkecil ada di kota Cimahi sebesar 293 ha atau 0,03 dari luas lahan sawah di Jawa Barat. Sedangkan luas panennya sebesar
67
504 ha atau 0,03 dan dengan produksi sebesar 2.933 ha atau 0,03 dari total produksi di Jawa Barat. Hal ini dimungkinkan oleh penggunaan teknik intensifikasi
pertanian oleh petani seperti penggunaan pupuk atau penggunaan bibit unggul dalam bercocok tanam.
Peningkatan produksi padi yang terus terjadi menimbulkan optimisme tinggi bahwa produksi beras Jawa Barat terus mengalami surplus dan menjadikan Provinsi
Jawa Barat menjadi pemasok beras utama di Indonesia. Hal ini berpengaruh terhadap peningkatan harga gabah seperti yang dilihat pada Tabel 11 dibawah ini, terlihat
bahwa rataan harga Gabah Kering Panen dan harga Gabah Kering Simpan di tingkat petani serta harga Gabah Kering Giling di tingkat KUD meningkat secara konsisten
setiap tahunnya. Demikian juga untuk harga beras baik di tingkat penggilingan, di tingkat dolog, dan di tingkat pasar juga semakin meningkat setiap tahunnya.
Tabel 11. Rataan Harga Gabah dan Harga Beras di Jawa Barat Tahun 2001- 2010
Sumber: Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Jawa Barat, 2011
Tahun Harga Gabah RpKg
Harga Beras RpKg Di Tingkat
Petani Di Tingkat KUD
GKG Di Tingkat
Penggilingan Di
Tingkat Dolog
Di Tingkat
Pasar GKP
GKS
2001 1340
1590 1445
2645 2100
2875 2002
1400 1661
1718 2846
3076 3119
2003 1247
1443 1590
2533 1959
2736 2004
1151 1339
1478 2377
2357 2562
2005 1401
1661 1718
2846 3076
3119 2006
2021 2263
2399 3890
3605 4182
2007 2358
2603 2759
4525 3943
4820 2008
2425 2711
2880 4589
4181 5042
2009 2469
2804 2969
4893 4438
5298 2010
3078 3542
3788 5717
5112 6261
68
Komoditas unggulan pertanian di Jawa Barat pada tahun 2009, didominasi oleh beberapa komoditas tanaman semusim, palawija dan sayuran. Komoditas
unggulan tanaman palawija adalah ubi kayu, jagung, kedelai, kacang hijau, kacang tanah, dan ubi jalar.
Komoditas lain yang menjadi unggulan di Jawa Barat yaitu sayuran seperti bawang merah, bawang daun, kentang, kubis, sawi, kacang panjang, cabe, tomat, labu
siang, dan jamur. Sedangkan tanaman hortikultura seperti mangga, durian, alpukat, jambu biji, jeruk, rambutan, salak, melinjo, nanas, dan pisang serta tanaman hias dan
obat-obatan. Semakin meningkatnya harga gabah makan Nilai Tukar Petani juga
diharapkan semakin meningkat. Nilai Tukar Petani merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani. Nilai Tukar Petani adalah rasio antara
indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam persentase. Secara konsepsional NTP adalah pengukur kemampuan
tukar barang-barang produk pertanian yang dihasilkan petani dengan barang atau jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah tangga dan keperluan dalam
memproduksi produk pertanian. Secara umum NTP menghasilkan tiga pengertian: a. NTP 100 berarti NTP pada suatu periode tertentu lebih baik dibandingkan
dengan NTP pada tahun dasar. b. NTP = 100 berarti NTP pada suatu periode tertentu sama dengan NTP pada
tahun dasar. c. NTP 100 berarti NTP pada suatu periode tertentu menurun dibandingkan
NTP pada tahun dasar.
69
Tabel 12. Indeks Harga yang Diterima dan Dibayar Petani serta NTP di Jawa Barat Tahun 2001-2010 1993=100
Tahun IH yang Diterima
Petani IH yang Dibayar
Petani NTP
2001 393.42
360.42 109.03
2002 527.89
421.13 125.29
2003 603.11
454.73 132.60
2004 720.28
482.02 117.11
2005 525.30
467.81 101.43
2006 615.04
532.32 110.84
2007 681.30
583.40 116.95
2008 108.37
112.72 96.14
2009 119.17
122.58 97.22
2010 128.75
130.23 99.08
Sumber: Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Jawa Barat, 2011
Indeks harga yang diterima dan dibayar petani serta NTP nya mengalami fluktuatif setiap tahunnya. IH yang diterima dan yang dibayar petani pada tahun
2001-2004 mengalami peningkatan, pada tahun 2005 mengalami penurunan, kemudian pada tahun 2006-2007 meningkat kembali dan pada tahun 2008-2010
mengalami penurunan. Begitu juga dengan Nilai Tukar Petani, pada tahun 2001 NTP sebesar 109.03 dan tahun 2010 menjadi 99.08. Hal ini memperlihatkan bahwa
kesejahteraan petani di Jawa Barat semakin menurun. Perlu adanya keseriusan pemerintah dalam memperhatikan kesejahteraan petani tersebut.
5.5 Lahan Pemukiman