28
infrastruktur ekonomi lebih tersedia di daerah persawahan daripada daerah tanah kering. Ketiga, daerah persawahan secara umum lebih mendekati daerah konsumen
atau daerah perkotaan yang relatif padat penduduk dibandingkan daerah tanah kering yang sebagian besar terdapat di wilayah perbukitan dan pegunungan.
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah
Isa 2004 mengatakan faktor-faktor yang mendorong terjadinya konversi lahan pertanian menjadi non pertanian adalah:
1 Faktor kependudukan 2 Kebutuhan lahan untuk kegiatan non-pertanian
3 Faktor ekonomi 4 Faktor sosial budaya
5 Degradasi lingkungan 6 Otonomi daerah
7 Lemahnya sistem perundang-undangan dan penegakan hukum Kustiwan 1997 menyatakan bahwa setidaknya ada tiga faktor penting yang
menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan sawah yaitu: 1 Faktor Eksternal. Merupakan faktor yang disebabkan oleh adanya dinamika
pertumbuhan perkotaan fisik maupun spasial, demografi maupun ekonomi. 2 Faktor Internal. Faktor ini lebih melihat sisi yang disebabkan oleh kondisi
sosial-ekonomi rumah tangga pertanian pengguna lahan. 3 Faktor Kebijakan. Yaitu aspek regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah
pusat maupun daerah yang berkaitan dengan perubahan fungsi lahan pertanian.
29
Ilham et al 2004 menyatakan konversi lahan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1 Faktor sosial atau kependudukan. Berkaitan erat dengan peruntukan lahan bagi pemukiman atau perumahan secara luas. Khususnya pertambahan
penduduk di kota, kenaikan itu disebabkan oleh kelahiran alamiah dan urbanisasi.
2 Kegiatan ekonomi dan pembangunan. Merupakan kegiatan pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat.
3 Penggunaan jenis
teknologi. Seperti
penggunaan pestidida
dapat menyebabkan rusaknya potensi lahan yang dikenai dan berakibat lebih jauh
pada penurunan potensi lahan. 4 Kebijaksanaan pembangunan makro. Kebijaksanaan ini akan mempengaruhi
terhadap pemilihan investasi yang ditanam dan akan mempengaruhi konversi lahan.
Pasandaran 2006 menjelaskan paling tidak ada tiga faktor, baik sendiri sendiri maupun bersama-sama yang merupakan determinan konversi lahan sawah,
yaitu: 1 Kelangkaan sumberdaya lahan dan air
2 Dinamika pembangunan 3 Peningkatan jumlah penduduk
Pakpahan, et.al 1993 membagi faktor yang mempengaruhi konversi dalam kaitannya dengan petani, yakni faktor tidak langsung dan faktor langsung. Faktor
tidak langsung antara lain perubahan struktur ekonomi, petumbuhan penduduk, arus
30
urbanisasi dan konsistensi implementasi rencana tata ruang. Sedangkan faktor langsung dipengaruhi oleh pertumbuhan pembangunan sarana transportasi,
pertumbuhan kebutuhan lahan untuk industri, pertumbuhan sarana pemukiman dan sebaran lahan sawah.
Hayat 2002, faktor-faktor yang diduga mempengaruhi konversi lahan sawah di tingkat wilayah dengan metode kuadrat terkecil biasa OLS dengan menggunakan
pendekatan dua variabel, variabel tak bebas yaitu penurunan jumlah luas lahan dan variabel yang bebas yaitu kepadatan penduduk, produktivitas padi sawah, persentase
luas lahan sawah, kontribusi sektor non-pertanian, pertambahan jalan aspal dan proporsi jumlah tenaga kerja sektor non-pertanian. Namun dalam hasil penelitiannya,
faktor tenaga kerja sektor non-pertanian dihilangkan karena terdapat kontribusi positif yang kuat dengan faktor kontribusi sektor non-pertanian. Dari hasil perhitungan,
faktor produktivitas lahan sawah, persentase luas lahan sawah, kontribusi sektor non- pertanian, pertambahan jalan aspal berpengaruh nyata, sedangkan kepadatan
penduduk merupakan faktor yang tidak mempengaruhi secara nyata dalam model ini pada taraf uji 0,1.
Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, secara garis besar terdapat dua faktor penyebab konversi, yaitu pada tingkat makro dan mikro. Dalam bidang makro,
konversi lahan sawah disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi sektor non-pertanian yang pesat, implementasi undang-undang yang lemah,
serta nilai tukar petani yang rendah. Dalam skala mikro, alasan utama petani melakukan konversi lahan adalah karena kebutuhan, lahannya berada dalam kawasan
industri, serta harga lahan yang menarik. Pajak lahan yang tinggi juga cenderung
31
mendorong petani melakukan konversi. Faktor pendorong konversi yang tidak kalah pentingnya khususnya di Pulau Jawa adalah adanya kesempatan membeli lahan di
tempat lain yang lebih murah. Semua penyebab konversi itu akhirnya bermuara pada motif ekonomi, yaitu penggunaan lahan untuk peruntukan yang baru dipandang lebih
menguntungkan daripada digunakan untuk lahan sawah Ashari, 2003.
2.5 Dampak Konversi Lahan Sawah