Pola komunikasi organisasi pimpinan pusat ikatan pelajar puteri nahdlatul ulama (Pp Ippnu) dalam mengembangkan dan membina organisasi
POLA KOMUNIKASI ORGANISASI
PIMPINAN PUSAT IKATAN PELAJAR PUTERI NAHDLATUL ULAMA (PP IPPNU) DALAM MENGEMBANGKAN DAN MEMBINA
ORGANISASI Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Disusun Oleh :
SITI DAHLIA NIM. 109051000105
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2013
(2)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas llmu Dakwah dan llmuKomunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
SITIDADLIA NIM:109051000105
Di bawah Bimbingan
セN@
セ@
Dr.
sゥィ。「u、、セ@
NIl': 19692211997031001 ,
-JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKW AD DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2013 r
(3)
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul POLA KOMUNlKASI ORGANISASI PIMPINAN PUSAT lKATAN PELAJAR PUTERI NAHDLATUL ULAMA (PP IPPNU) DALAM MENGEMBANGKAN DAN MEMBINA ORGANISASI telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas IImu Dakwah dan IImu Komunikasi UlN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 1 Agustus 2013. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I.) pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 1 Agusutus 2013 Sidang Munaqasyah
Ketua Sekretaris
セセM
-Drs. Jumroni, M.Si NIP.19630515 1992031 006
Anggota,
Penguji 2
Pembimbing
_セ@
Dr. Sihabuddin Noor, MA NIP. 19690221199703 1 001
(4)
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan basil karya asH saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleb gelar strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, yang telab berlaku di Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian bari terbukti bahwa karya itu bukan basil karya asH saya atau merupakan basil jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 30 Juli 2013
(5)
i
ABSTRAK Siti Dahlia
POLA KOMUNIKASI ORGANISASI PIMPINAN PUSAT IKATAN PELAJAR PUTERI NAHDLATUL ULAMA (PP IPPNU) DALAM MENGEMBANGKAN DAN MEMBINA ORGANISASI
Di Indonesia, terdapat organisasiorganisasi yang berbasis ke Islaman, di antaranya Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, dan lain sebagainya. Organisasi Islam ini tentunya bertujuan untuk menyampaikan ajaran Islam. Selain daripada organisasi ke Islaman terdapat organisasi khusus pelajar, yang tetap memiliki tujuan yang sama yaitu menyampaikan ajaran Islam. Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (IPPNU) merupakan salah satu Badan Otonom Nahdlatul Ulama yang membidangi pelajar, santri dan remaja puteri NU. Ikatan Pelajar Puteri NU adalah organisasi yang bersifat nirlaba, yang memfokuskan pada keterpelajaran, pengkaderan, kemasyarakatan, kebangsaan dan keagamaan yang berhaluan pada
paham Ahlussunah wal Jama’ah.
Banyaknya tantangan yang terjadi pada kaum pelajar khususnya perempuan dengan halhal yang negatif, terlebih lagi minimnya agama (untuk pelajar sekolah umum). Maka dari itu, IPPNU menjadi wadah bagi para pelajar puteri agar mereka dapat mengaktualisasikan dirinya dan melakukan kegiatan kegiatan yang positif. Komunikasi merupakan penyampai pesan antar individu, sama halnya dalam sebuah organisasi. Oleh karena itu, Komunikasi sangat penting dan dibutuhkan dalam sebuah organisasi agar tujuan yang dicapai sesuai harapan. Komunikasi dalam organisasi tentunya dapat menjadi sarana yang tepat guna menciptakan interaksi antar individu yang lainnya di dalam organisasi.
Berdasarkan teks di atas, maka timbul pertanyaan, bagaimana pola komunikasi organisasi Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (PP IPPNU) di dalam mengembangkan dan membina organisasinya? Pada penelitian ini penulis memilih objek penelitian di Pimpinan Pusat IPPNU yang berkedudukan di gedung PBNU lantai 6 di Jl. Kramat Raya No. 164 Jakarta Pusat. Metode penelitian yang penulis gunakan adalah pendekatan kualitatif metode analisis deskriptif. Analisis deskriptif yaitu menggambarkan hasil penelitian dalam bentuk katakata. Penulis juga melakukan tinjauan langsung ke Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Puteri Nahldatul Ulama, melakukan wawancara dengan pihak terkait, menganalisis datadata melalui dokumentasi, serta website resmi.
Hasil penelitian yang penulis lakukan, telah penulis temukan bahwa Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (PP IPPNU) menggunakan pola lingkaran untuk mengembangkan dan membina organisasinya. Pola aliran komunikasi yang terjadi di PP IPPNU yang dominan adalah aliran komunikasi formal, yang mana arah aliran komunikasi ini secara vertikal yakni komunikasi ke atas yang disebut koordinasi dan komunikasi ke bawah disebut konsolidasi, dan arah komuniksi secara horisontal. Selain itu, pola aliran komunikasi informal juga terjadi di PP IPPNU, yang mana aliran komunikasi informal ini melibatkan komunikasi antar pribadi di antara para pengurus maupun kader IPPNU.
Kata Kunci: Islam, organisasi, pelajar, PP IPPNU, pola aliran komunikasi.
Pembimbing : Dr. Sihabuddin Noor, MA
(6)
ii
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayahNya, serta memberikan daya dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat teriring salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda besar kita Nabi Muhammad SAW, tak lupa juga kepada keluarganya, sahabatnya, serta ummatnya hingga akhir zaman.
Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit hambatan dan rintangan yang penulis hadapi. Namun penulis tetap semangat dan tidak berputus asa, karena penulis yakin dan percaya bahwa Allah SWT akan memudahkannya dalam menyelesaikan skripsi ini, dan Alhamdulillah skripsi ini selesai dengan baik.
Terima kasih yang tulus, penulis ucapkan kepada pihakpihak yang telah membantu, membimbing dan memotivasi penulis. Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik. Bapak Drs. H. Mahmud Djalal, M.A selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi dan Keuangan, dan Bapak Drs. Study Rizal LK, M.A selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Drs. Jumroni, M.Si selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan
(7)
iii
3. Ibu Umi Musyarofah M.Ag selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Dr. Sihabuddin Noor, MA, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
dengan sabar membimbing, mengarahkan, memotivasi serta memberikan saran dan kritik kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, yang telah memberikan ilmu dan wawasan kepada penulis selama penulis menuntut ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Dakwah dan
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan literatur yang penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi ini.
8. Keluarga besar PP IPPNU yang telah memberikan informasi dan datadata
yang diperlukan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Orang Tua Tercinta Yahya dan Mudzalifah, yang telah mendidik dan
membesarkan penulis, terima kasih telah mencurahkan cinta dan kasih sayangnya, yang telah memberikan dorongan moral dan perhatiannya, serta atas doadoanya yang tiada henti dan ridhonya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih kepada adikadikku (Muhammad Firdaus, Muhammad Firmansyah, dan Muhammad Fauzan) yang telah memberikan semangat.
(8)
iv
11.Sahabatsahabat terdekatku, Ratna Levyana (Vhie), Sri Aminah(Cici),
Larasati (Ayaz), dan Dwi Permata Sari (whie) yang telah memberikan semangat dan doa kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
12.Sahabatsahabat terdekatku Fatmawati Harahap, Nany Suryaningsih, dan
Popy Oktarini yang selama ini menjadi teman berbagi, teman belajar, canda dan tawa, serta telah memberikan semangat kepada penulis. Terima kasih kepada rekanrekan kelas KPI C angkatan 2009 yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Demikianlah ucapan terima kasih penulis, semoga Allah SWT membalas amal kebaikan mereka yang telah mendukung penulis hingga skripsi ini selesai. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan. Namun penulis berharap semoga skripsi dapat bermanfaat khususnya bagi penulis, pembaca dan semua pihak yang memerlukannya, serta bisa menjadi referensi bagi dunia akademik khususnya di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
Jakarta, 30 Juli 2013
Penulis
(9)
v
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Metodologi Penelitian... 9
F. Tinjauan Pustaka... 14
G. Sistematika Penulisan ... 15
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Komunikasi dan Organisasi ... 17
B. Pengertian dan Fungsi Komunikasi Organisasi ... 19
C. Bentukbentuk Komunikasi ... 23
D. Pola Komunikasi Organisasi ... 26
1. Aliran Komunikasi Formal ... 29
2. Aliran Komunikasi Informal ... 31
E. Pengertian Pengembangan dan Pembinaan Organisasi ... 33
(10)
vi
BAB III PROFIL PIMPINAN PUSAT IKATAN PELAJAR PUTERI NAHDLATUL ULAMA (PP IPPNU)
A. Sejarah Berdirinya Ikatan Puteri Pelajar NU ... 37
1. Sejarah Berdirinya IPPNU ... 37
2. Makna dan Lambang IPPNU ... 39
3. Fungsi IPPNU ... 40
4. Landasan Bersikap ... 41
B. Visi dan Misi Ikatan Pelajar Puteri NU ... 42
C. Struktur Organisasi Ikatan Pelajar Puteri NU ... 43
D. Programprogram Ikatan Pelajar Puteri NU ... 53
E. Sarana Komuikasi ... 60
BAB IV POLA KOMUNIKASI ORGANISASI PIMPINAN PUSAT IKATAN PELAJAR PUTERI NAHDLATUL ULAMA Pola Komunikasi Organisasi Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (PP IPPNU) Dalam Mengembangkan dan Membina Organisasi ... 63
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 80
B. Saran ... 83
DAFTAR PUSTAKA... 84 LAMPIRAN
(11)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi adalah persyaratan kehidupan manusia. Kehidupan manusia akan hampa atau tidak ada kehidupan sama sekali apabila tidak ada komunikasi. Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dari kehidupan seharihari di rumah tangga, di tempat pekerjaan atau di mana saja berada. tidak ada manusia yang tidak terlibat dalam komunikasi.
"Setiap kegiatan manusia, baik itu aktifitas seharihari, organisasi, lembaga dan sebagainya tidak akan terlepas dari komunikasi, sehingga dapat dipastikan di mana manusia hidup baik sebagai individu maupun anggota masyarakat selalu berkomunikasi, mengapa demikian? karena komunikasi merupakan kebutuhan hidup manusia. Tidak mungkin seseorang dapat menjalani hidupnya tanpa berkomunikasi dan komunikasi itu sendiri merupakan unsur penting yang membentuk dan memungkinkan
berlangsungnya suatu masyarakat"1.
Pentingnya komunikasi tidak dapat dipungkiri oleh manusia sebagai alat interaksi dengan individuindividu lainnya, untuk memenuhi kebututuhan informasi, baik informasi dari dalam maupun dari luar lingkungannya. Komunikasi adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Begitupun sama halnya di dalam sebuah organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik, suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar untuk mencapai tujuan organisasinya. Begitu sebaliknya, jika komunikasi dalam suatu organisasi tidak berjalan dengan baik maka
1
Zulkarnain Nasution, "Sosiologi Komunikasi Massa", (Jakarta: Universitas Terbuka, 1993) cet ke1, h.2.
(12)
organisasi tersebut akan berantakan atau bermasalah.
Atas dasar itu, maka komunikasi organisasi perlu mendapat perhatian untuk dipelajari dan dipahami oleh setiap orang yang terlibat dalam dunia organisasi. Sebab, komunikasi yang efektiflah yang dapat menjamin tercapainya tujuantujuan organisasi dan kemampuan berkomunikasi secara efektif pada dasarnya akan menentukan keberhasilan seseorang, di manapun ia berada, bukan hanya dalam dunia organisasi saja. Tujuan utama dalam dunia organisasi adalah memperbaiki organisasi, memperbaiki organisasi biasanya ditafsirkan sebagai memperbaiki halhal untuk mencapai tujuan manajemen. dengan kata lain, orang memperlajari komunikasi organisasi untuk menjadi yang lebih baik. oleh karena itu, penulis memandang sangat penting untuk mengkaji komunikasi organisasi sebagai landasan kuat bagi pengembangan sumber daya manusia melalui pengkaderan dalam menjalankan roda organisasi.
Dari permasalahan tersebut, maka dapat disadari bahwa komunikasi sangatlah penting dalam kehidupan sebagai penyampai pesan, pikiran atau perasaan kepada orang lain dengan menggunakan baik bahasa verbal maupun non verbal (isyarat/lambang), melalui media tertentu dan diterima kemudian diolah melalui sistem syaraf dan interpretasikan,
setelah diinterpretasikan pesan dapat menimbulkan reaksi2.
2 Siti Latifah, “Komunikasi Organisasi Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia (PII) dalam Kaderisasi”, h.22.
(13)
3
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola adalah sistem3. Pola
juga dapat disebut dengan model, contoh, rancangan. Pola adalah bentuk
sebagaimana keterkaitan dengan kata yang digandengnya4. Pola pada
dasarnya adalah gambaran tentang sebuah proses yang terjadi. Dalam bahasan ini, pola lebih diartikan sebagai bentuk ataupun model yaitu sesuatu yang dihasilkan dari cara atau metode sebagaimana keterkaitannya dengan kata yang digandengnya, yaitu komunikasi. Sebagai model, maka pola menunjukkan sebuah objek yang mengandung kompleksitas proses di dalamnya dan hubungan antara unsurunsur pendukungnya. Menurut Little John model dapat diterapkan pada setiap
representasi simbolik dari suatu benda5.
Pola atau model diciptakan agar dapat mengidentifikasikan dan mengkategorikan unsurunsur yang relevan dari suatu proses. Menurut Wiesman dan Barher, model ataupun pola komunikasi mempunyai tiga fungsi, yaitu menggambarkan proses komunikasi, menunjukkan hubungan visual dan membantu untuk menemukan pola dan memperbaiki kemacetan
dalam komunikasi6.
Di dalam organisasi selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup suatu organisasi, yang terdiri dari atasan, bawahan dan anggota. Di antara mereka harus ada
3
Departemen Pendidikan Nasional, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), edisi ke3, h.885.
4 Departemen Pendidikan Nasional, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”
, h.1076.
5 Dikutip dari Wiryanto, “Pengantar Ilmu Komunikasi”, (Jakarta: Gramedia Widiasavina, 2004), h.9.
6 Wiryanto, “Pengantar Ilmu Komunikasi”
(14)
komunikasi dua arah atau timbal balik, maka dari itu diperlukannya kerja sama untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Kerja sama tersebut meliputi hubungan sosial, hubungan yang terjadi merupakan suatu proses dengan adanya suatu keinginan masingmasing individu yang terlibat bertujuan untuk mencapai atau memperoleh hasil dan juga dapat memberikan manfaat untuk kehidupan yang berkelanjutan (jangka panjang).
Oleh karena itu, komunikasi sangat dibutuhkan dalam organisasi, karena komunikasi dapat menjadi sarana yang tepat untuk menciptakan interaksi di dalam suatu organisasi. Dalam suatu organisasi harus mampu berbicara dengan baik agar terciptanya komunikasi yang harmonis. Interaksi yang harmonis antara para anggota dalam suatu organisasi akan membuat roda organisasi berjalan ke arah tujuan, namun bila yang terjadi sebaliknya tentu akan mengakibatkan terjadinya konflik antara sesama anggota. Maka dari itu, komunikasi antar atasan dengan bawahannya harus
berjalan secara proporsional.7
Bila sasaran komunikasi dapat diterapkan dalam suatu organisasi, baik organisasi pemerintah, organisasi kemasyarakatan, maupun organisasi perusahaan, maka sasaran yang dituju akan beraneka ragam. Akan tetapi tujuan utamanya untuk mempersatukan individuindividu yang tergabung dalam organisasi tersebut.
Di Indonesia, terdapat organisasi yang berbasis ke Islaman
7 Toto Tasmara, “Komunikasi Dakwah”, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), Cet.Ke2, h. 6.
(15)
5
diantaranya Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, dan lain sebagainya. Dari organisasi tersebut, Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (IPPNU) merupakan salah satu Badan Otonom NU yang membidangi pelajar, santri dan remaja puteri NU. Dalam sejarahnya, kelahiran IPPNU di mulai saat wacana perlu adanya organisasi pelajar di kalangan Nahdliyat di angkat pada kalangan NU, terutama Muslimat, Fatayat, GP Anshor, IPNU dan
Badan Otonom (banom) NU lainnya8.
Pada awalnya, sejak berdirinya IPPNU bernaung di bawah LP
Ma‟arif, namun sejak tahun 1966 melalui kongresnya di Surabaya, IPPNU
berdiri sendiri sebagai salah satu Badan Otonom NU. Struktur kepengurusannya terdiri dari Pucuk Pimpinan di tingkat pusat, Pimpinan Wilayah di tingkat propinsi, Pimpinan Cabang di tingkat kabupaten/kota, Pimpinan Anak Cabang di tingkat kecamatan dan Pimpinan Ranting di tingkat desa/kelurahan serta khusus untuk pondok pesantren, dan sekolah
di namakan Komisariat9.
Sejak tahun 1988 melalui kongresnya yang ke9 di Jombang Jawa Timur (2931 Januari 1988), kepanjangan IPPNU berganti menjadi Ikatan PuteriPuteri Nahdlatul Ulama, karena harus menyesuaikan diri dengan UndangUndang nomor 8 tahun 1985 tentang keormasan, yang melarang adanya organisasi pelajar di sekolah, kecuali OSIS.
8“Sejarah Singkat Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (IPPNU)”, http://www.ippnu.org/index.php/profil/sejarahpendirianippnu, (Diakses pada tanggal 22 Februari 2012).
9“Sejarah Singkat Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (IPPNU)”,
http://www.ippnu.org/index.php/profil/sejarahpendirianippnu, (Diakses pada tanggal 22 Februari 2012).
(16)
Hingga saat ini, IPPNU sudah berdiri 58 tahun dan telah melaksanakan 15 kali muktamar kepengurusan, tentunya bukan hal yang mudah bagi IPPNU untuk dapat bertahan dalam menjalankan dan mengembangkan organisasinya, sehingga dapat terus eksis memberikan kontribusi bagi pelajar puteri di Indonesia, terlebih di zaman globalisasi, westernisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan teknologi atau IPTEK
yang sangat tinggi10.
Dalam menjalankan roda organisasi, Pengembangan dan Pembinaan di IPPNU menjadi hal yang sangat diperhatikan, karena dapat membawa organisasi menjadi lebih baik dalam pencapaian tujuan dan tepat sasaran secara efektif dan efisien. Langkahlangkah yang diterapkannya dalam mencapai tujuan yang akan dicapai yaitu dengan mengikuti perkembangan teknologi dan keadaan eksternal yang mempengaruhi pencapaian tujuan dalam suatu organisasi. Dalam pengembangan dan pembinaan terkadang ditemukan gagasan baru yang secara tidak sadar menjadi senjata ampuh untuk pencapaian tujuan juga, gagasan baru yang membuat organisasi bekerja secara efektif dan efisien.
Dari pemaparan di atas dapat terlihat bahwa IPPNU merupakan salah satu organisasi yang sangat memberikan perhatian terhadap pengembangan dan pembinaan organisasinya. Dalam suatu organisasi maka diperlukan komunikasi organisasi agar pengembangan dan pembinaaan dapat berjalan dengan baik. Berangkat dari latar belakang
10“Sejarah Singkat Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (IPPNU)”,
http://www.ippnu.org/index.php/profil/sejarahpendirianippnu, (Diakses pada tanggal 22 Februari 2012).
(17)
7
tersebut, perlu dilakukan kajian lebih lanjut dan mendalam. Atas dasar beberapa pemikiran diatas, penulis mencoba untuk menyusun sebuah tulisan dalam bentuk skripsi dengan judul
POLA KOMUNIKASI ORGANISASI PIMPINAN PUSAT IKATAN PELAJAR PUTERI NAHDLATUL ULAMA (PP IPPNU) DALAM MENGEMBANGKAN DAN MEMBINA ORGANISASINYA
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah
Dalam kajian ini, penulis membatasi kajian tentang komunikasi
organisasi yang diterapkan oleh Pimpinan Pusat IPPNU, baik yang bersifat vertikal yaitu aliran komunikasi dari tingkat atas ke bawah ataupun sebaliknya dari tingkat yang rendah ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu antara Ketua umum dengan Sekretaris Umum hingga kepada Ketua Departemen. Sedangkan horizontal merupakan aliran komunikasi antara rekanrekan sejawat yang memiliki otoritas yang sama yaitu komunikasi yang dilakukan antara Ketua Departemen.
2. Perumusan Masalah
Bagaimana pola komunikasi organisasi yang dijalankan oleh
Pimpinan Pusat IPPNU di dalam mengembangkan dan membina organisasinya?
C. Tujuan Penelitian
Berkenaan dengan pokok permasalahan di atas, maka tujuan
(18)
menganalisa bagaimana pola komunikasi organisasi yang dijalankan oleh Pimpinan Pusat IPPNU di dalam mengembangkan dan membina
organisasinya”.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Dalam konteks akademis, penelitian ini dapat memberikan
sumbangan pemikiran kepada pembaca, tokoh masyarakat, politisi, lembaga pendidikan, khususnya Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Ikatan Pelajar Puteri Nadhlatul Ulama (IPPNU).
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya studi mengenai
Komunikasi Organisasi dan Ilmu Komunikasi. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihakpihak yang terkait.
2. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan dokumentasi ilmiah untuk perkembangan ilmu pengetahuan, terutama di bidang dakwah dan komunikasi organisasi.
(19)
9
E. Metodologi Penelitian
Metode dalam hal ini diartikan sebagai suatu cara yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan alatalat tertentu.
Sedangkan penelitian adalah suatu usaha untuk menemukan,
mengembangkan, dan menguji suatu pengetahuan yakni usaha dimana
dilakukan dengan menggunakan metodemetode tertentu11. Adapun
metode dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Penelitian ini menggunakan metode penelitian analisis deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu suatu penelitian yang berupaya menghimpun data, mengelola, menganalisa dan menafsirkan secara kualitatif. Oleh karena itu, datadata penelitian yang dikumpulkan dalam wujud konsepkonsep.
Menurut Bogdan dan Taylor, penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata
tertulis atau lisan dari subjek penelitian yang dapat diamati12.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada (Denzin dan
Lincoln, 1987)13.
11 Sutrisno Hadi, “Metodologi Riset”, (Yogyakarta: UGM Press, 1997) hal. 3
12 Lexy J. Moleong, “Metodologi Penelitian Kualitatif”. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h.4.
(20)
Definisi lain penelitian kualitatif adalah merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok orang14.
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini
adalah penelitian kualitatif yang bersumber pada data deskriptif15,
yaitu dengan cara penulis menggambarkan permasalahan dengan didasari oleh datadata yang ada kemudian dianalisis lebih lanjut untuk kemudian ditarik kesimpulan.
2. Data Penelitian
a. Sumber Data
Dalam penelitian ini menggunakan sumber data yang berasal dari dua sumber yang berbeda, yaitu :
1) Data Primer, yaitu merupakan data utama. Data primer
merupakan hasil wawancara secara langsung kepada pihak Pimpinan Pusat IPPNU.
2) Data Sekunder, yaitu sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data yang berfungsi sebagai data pendukung. Data sekunder didapat dari buku buku, koran, majalah, internet, penelitian terdahulu, dan sumbersumber tertulis lainnya yang mengandung informasi
14 Lexy J. Moleong, “Metodologi Penelitian Kualitatif”,h.5.
15 Widodo, “Cerdik Menyusun Proposal Penelitian Skripsi, Tesis, dan Disertasi”. (Jakarta : MAGNA Script, 2004).
(21)
11
yang berhubungan dengan masalah yang dibahas. 3. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Subjek yaitu pelaku pokok pembicaraan, sesuatu yang menjadi pusat pengamatan. Adapun yang menjadi subjek penelitian ini Pimpinan Pusat IPPNU.
b. Objek Penelitian
Objek yaitu sesuatu yang menjadi sasaran pembicaraan. Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah Pola Komunikasi Organisasi Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (PP IPPNU).
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara untuk mendapatkan data yang sedang diperlukan dalam penelitian. Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
a. Riset Lapangan (Field Research)
Penulis melakukan peninjauan langsung ke lokasi yang dalam hal ini adalah Sekretariat Pimpinan Pusat IPPNU, Gd PBNU lt.6 Jalan Kramat raya no.164 Jakarta Pusat.
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan datadata yang digunakan dalam penelitian ini, dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi (Pengamatan Langsung) yaitu teknik pengumpulan
(22)
perusahaan untuk mencatat data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.
2. Wawancara (Interview) yaitu teknik pengumpulan data dengan
melakukan tatap muka secara langsung dengan pihak yang bersangkutan yakni dengan mengadakan tanya jawab sesuai dengan datadata yang diperlukan dalam memecahkan masalah yang akan dibahas. Penelitian ini menggunakan wawancara tidak terstruktur, yaitu wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis besar permasalahan yang akan ditanyakan kepada Ketua umum, Sekretaris Umum dan Ketua Departemen I bidang pengorganisasian.
3. Dokumentasi yaitu Sumber data yang berupa catatan resmi,
juga termasuk dokumendokumen yang mengungkapkan suatu
gambaran, seperti : biografi, autobiografi, suratsurat, buku
harian, dan lainlain, termasuk hasil dari wawancara terhadap
orangorang terkait dalam kegiatan penelitian ini.
b. Riset Kepustakaan (Library Research)
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penulisan ini adalah studi kepustakaan (Library Research)
dengan membaca, memahami dan menganalisa bukubuku serta menelusuri berbagai literature yang relevansinya dengan pembahasan ini, serta literature lain sebagai penunjang untuk dikaji lebih jauh guna mencari landasan pemikiran dalam upaya
(23)
13
pemecahan masalah.
5. Teknik mengolah dan Analisis Data a. Mengolah Data
Semua data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis berdasarkan metode analisis yang sesuai dengan metode penelitian yang digunakan, karena peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif, maka analisis berdasarkan pernyataan keadaan dan ukuran kualitas (bersifat nonstatistik) yaitu cara melaporkan data dengan menguraikan, menerangkan, member gambaran dan mengklasifikasikan serta menjelaskan semua data yang terkumpul secara apa adanya.
b. Analisis Data
Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilahmilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada
orang lain (Bogdan dan Biklen, 1982)16.
16 Lexy J. Moleong, “Metodologi Penelitian Kualitatif”. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h.248.
(24)
F. Tinjauan Pustaka
Sepanjang penelusuran yang penulis lakukan, ada beberapa buku
maupun tulisan yang berkaitan dengan skripsi yang akan penulis tulis. Peneliti hanya menemukan dua bentuk yang berkaitan dengan komunikasi organisasi, di antaranya :
Penelitian yang dilakukan oleh Siti Latifah. Fakultas Ilmu dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul
skripsi “Komunikasi Organisasi Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia
(PII) dalam Kaderisasi”. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2011.
Pembahasan skripsi ini menjelaskan bentuk komunikasi organisasi PB PII dalam kaderisasi , metode yang digunakan serta materi yang diberikan PB PII dalam kaderisasi. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif, dilakukan di tempat Pengurus Besar Jalan Menteng Raya No.58 Jakarta Pusat.
Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Riadul Muslim.
Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Dengan judul skripsi “Komunikasi Organisasi Baitul Muslimin
Indonesia dalam Pembinaan Akhlak Kader”. Penelitian ini dibatasi pada
bagaimana pola komunikasi organisasi yang diterapkan Baitul Muslimin Indonesia dalam Pembinaan Akhlak Kader. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dilakukan pada tahun 2011.
(25)
15
Dari dua bentuk penelitian mengenai komunikasi organisasi yang
telah dilakukan oleh Siti Latifah17 dan Muhammad Riadul Muslim18
skripsi terdahulu, belum adanya penelitian mengenai “Pola komunikasi Organisasi Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama”. Pada
penelitian ini, penulis memfokuskan pada pola komunikasi organisasi yang diterapkan oleh PP IPPNU baik yang bersifat vertikal maupun horizontal, yaitu antara Pimpinan Pusat dengan Pimpinan Wilayah dan cabang, begitu sebaliknya dalam satu periode kepengurusan. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilakukan di tempat Pimpinan Pusat IPPNU.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan ini adalah penulis memprioritaskan isi tulisan ini menjadi lima bab yang terdiri dari subsub bab yang sesuai dengan pokok yang hendak dibahas. Adapun pembahasan sistematika dalam penulisan secara lengkap adalah sebagai berikut:
BAB I : Terdiri dari Pendahuluan, mencakup Latar Belakang Masalah, Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat dan Kegunaan Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan.
17
Siti Latifah, “Komunikasi Organisasi Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia (PII) dalam Kaderisasi”, Skripsi SI Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
18
Muhammad Riyadul Muslim, “Komunikasi Organisasi Baitul Muslimin Indonesia dalam Pembinaan Akhlak Kader”, Skripsi SI Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,2011.
(26)
BAB II : Meliputi Landasan Teoritis, mencakup Pengertian Komunikasi, Pengertian Komunikasi Organisasi, Fungsi Komunikasi dalam Organisasi, Bentukbentuk Komunikasi Organisasi, Pola Komunikasi Organisasi. Pengertian pengembangan dan pembinaan.
BAB III : Menjelaskan tentang Profil Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (IPPNU), mencakup Sejarah Berdirinya IPPNU, Visi dan Misi IPPNU, Struktur Organisasi dan Program Kegiatan IPPNU. Sarana Komunikasi di Pimpinan Pusat IPPNU.
BAB IV: Meliputi Analisis Data, mencakup Pola Komunikasi Organisasi Pimpinan Pusat IPPNU, Pola Arah Aliran Komunikasi Pimpinan Pusat IPPNU.
(27)
17 BAB II
TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Komunikasi dan Organisasi
Secara etimologi atau menurut asal katanya, komunikasi berasal
dari bahasa Latin “Communicare” yang berarti memberitahukan atau
berlaku di manamana1. Sedangkan ditinjau dari segi terminologi atau
istilah, menurut Barelson dan Steiner (1964) mengemukakan bahwa
“Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi,
keahlian dan lainlain melalui penggunaan simbolsimbol seperti kata
kata, gambar, angkaangka dan lainlain”2.
Menurut Carl I. Hovland, mengatakan bahwa komunikasi adalah
“Proses di mana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang
perangsang (biasanya lambanglambang dalam bentuk katakata) untuk
merubah tingkah laku orangorang lain (komunikan)”.
Menurut William Albiq, mengatakan dalam bukunya Public
Opinion bahwa komunikasi adalah: proses pengoperan lambanglambang
yang berarti di antara individuindividu”3.
Hovland, Janis Dan Kelley;1953 mengatakan bahwa “Komunikasi
adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk katakata) dengan tujuan mengubah atau
membentuk perilaku orang lainnya (khalayak)”.
1 Hj. Roudhonah, “Ilmu Komunikasi”, (Jakarta: UIN Press, 2007), h.19. 2 Hj. Roudhonah, “Ilmu Komunikasi”, h.21.
(28)
Everett M. Rogers, mengemukakan bahwa komunikasi adalah
“Proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima
atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka”.
Sedangkan komunikasi menurut Kenneth dan Gary (1992), komunikasi dapat didefinisikan sebagai penyampaian informasi antara dua orang atau lebih yang juga meliputi pertukaran infomasi antara manusia
dan mesin4.
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan proses pertukaran informasi antara dua orang atau lebih melalui katakata, gambar, angka, dan juga dapat melalui emosi atau perasaan dengan tujuan untuk mengubah tingkah laku dan membentuk perilaku orang lainnya.
Istilah organisasi berasal dari bahasa Latin Organizare, yang secara
harfiah berarti paduan dari bagianbagian yang satu sama lainnya saling bergantung. Organisasi menurut Everet M. Rogers dalam bukunya Communication in Organization, mendefinisikan organisasi sebagai suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama melalui jenjang kepangkatan dan pembagian tugas, sedangkan
menurut Robert Bonnington dalam buku Modern Business: A Systems
Approach, mendefinisikan organisasi sebagai sarana di mana manajemen mengoordinasikan sumber bahan dan sumber daya manusia melalui pola
4 Husein Umar, “Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi”, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997),h.26.
(29)
19
struktur formal dari tugastugas dan wewenang5.
Dari definisi organisasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa organisasi merupakan suatu sistem yang saling bekerja sama antara satu sama lain untuk mencapai tujuan yang sama melalui pola struktur formal dari tugas dan wewenang.
B. Pengertian dan Fungsi Komunikasi Organisasi 1. Pengertian Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi menurut Ahli komunikasi adalah :
Zelko dan Dance mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Kemudian Lesikar menambahkan satu dimensi lagi dari komunikasi organisasi yaitu dimensi komunikasi pribadi di antara sesama anggota organisasi yang berupa pertukaran secara informal mengenai informasi dan perasaan di antara sesama anggota organisasi6.
Redding dan Sanborn mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi
yang kompleks7.
Katz dan Kahn mengatakan bahwa komunikasi organisasi merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti di
5 Khomsahrial Romli, M.Si, “Komunikasi Organisasi Lengkap”, (Jakarta: PT. Grasindo, anggota Ikapi, 2011), h.1.
6 Khomsahrial Romli, M.Si, “Komunikasi Oragnisasi Lengkap”, h.11. 7 Khomsahrial Romli, M.Si, “Komunikasi Organisasi Lengkap”, h.11.
(30)
dalam suatu organisasi8.
Thayer mengatakan komunikasi organisasi sebagai arus data yang akan melayani komunikasi organisasi dan proses interkomunikasi dalam beberapa cara. Dia memperkenalkan tiga sistem komunikasi dalam organisasi, yaitu : a) berkenaan dengan kerja organisasi; b) berkenaan dengan pengaturan organisasi seperti perintahperintah, aturanaturan, dan petunjukpetunjuk; c) berkenaan dengan pemeliharaan dan pengembangan organisasi9.
Greenbaunm mengatakan bahwa bidang komunikasi organisasi termasuk arus komunikasi formal dan informal dalam organisasi10.
Dari definisi ahli komunikasi, maka dapat disimpulkan bahwa
komunikasi organisasi merupakan suatu sistem terbuka yang kompleks yang saling tergantung dari lingkungannya baik dari internal maupun eksternal, dan dapat juga melibatkan komunikasi antarpribadi di antara sesama anggotanya guna untuk mengetahui informasi dan perasaan sesamanya, juga meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah dan media. 2. Fungsi Komunikasi dalam Organisasi
Komunikasi di dalam suatu organisasi memiliki beberapa
fungsi. Sendjaja (1994) menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi adalah sebagai berikut:
8 Khomsahrial Romli, M.Si, “Komunikasi Organisasi Lengkap”, h.11. 9 Khomsahrial Romli, M.Si, “Komunikasi Organisasi Lengkap”, h.12. 10Khomsahrial Romli, M.Si, “Komunikasi Oragnisasi Lengkap”, h.12.
(31)
21
a. Fungsi Informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan
informasi (information-processing system). Maksudnya, seluruh anggota
dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat
memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan
pekerjaannya secara lebih pasti. Orangorang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan, di samping itu juga informasi tentang jaminan
keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya11.
b. Fungsi Regulatif
Fungsi ini berkaitan dengan peraturanperaturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu: pertama, berkaitan dengan orangorang yang berada dalam tataran manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan, juga memberi perintah atau instruksi supaya perintahperintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya. Dan kedua, berkaitan dengan pesan. Pesanpesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk
11
Adi Prakosa, “Teori Komunikasi Organisasi”,
http://adiprakosa.wordpress.com/2007/12/teorikomunikasiorganisasi/, (Diposting pada tanggal 4 Desember 2007, pkl 18:39).
(32)
dilaksanakan12.
c. Fungsi Persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan
tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
d. Fungsi Integratif
Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu: pertama, saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam
organisasi tersebut (buletin, newsletter) dan laporan kemajuan organisasi.
Dan kedua, saluran komunikasi informal seperti perbincangan antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi13.
12
Adi Prakosa, “Teori Komunikasi Organisasi”,
http://adiprakosa.wordpress.com/2007/12/teorikomunikasiorganisasi/, (Diakses pada tanggal 4 Desember 2007, pkl 18:39).
13 Adi Prakosa, “Teori Komunikasi Organisasi”,
http://adiprakosa.wordpress.com/2007/12/ teorikomunikasiorganisasi/, (Diposting pada tanggal 4 Desember 2007, pkl 18:39).
(33)
23
C. Bentuk-bentuk Komunikasi
Bentukbentuk komunikasi menurut Onong Uchjana Effendi dalam
bukunya berjudul “Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek” ada beberapa
bentuk komunikasi, di antaranya komunikasi verbal dan non verbal, komunikasi personal (intrapersonal dan interpersonal), dan komunikasi
kelompok (besar dan kecil)14.
1) Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah pernyataan lisan antara manusia
lewat katakata dan simbol umum yang sudah disepakati antara individu, kelompok, bangsa dan Negara.
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan
simbolsimbol atau katakata, baik dinyatakan secara lisan maupun tulisan. Komunikasi lisan dapat didefinisikan sebagai proses di mana seorang pembicara berinteraksi secara lisan dengan pendengar untuk mempengaruhi tingkah laku penerima. Sedangkan komunikasi tulisan apabila keputusan yang akan disampaikan oleh pimpinan itu disandikan dalam simbolsimbol yang dituliskan pada kertas atau pada tempat lain yang bisa dibaca kemudian dikirimkan kepada
karyawan yang dimaksudkan15.
14
Onong Uchjana Effendi, “Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006),cet.ke6, h.7.
15
Arni Muhammad, “Komunikasi Organisasi”, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), cet.ke 4,h.95.
(34)
2) Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata
kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan kecuali rangsangan verbal dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima, jadi definisi ini mencakup perilaku yang disengaja atau tidak sengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi
secara keseluruhan16.
3) Komunikasi Personal
Komunikasi personal dibedakan atas dua kelompok, yaitu
komunikasi Intrapersonal dan komunikasi Interpersonal.
Komunikasi Intrapersonal (Intrapersonal Communication) atau
disebut komunikasi dengan diri sendiri. Komunikasi ini merupakan landasan komunikasi antara pribadi dengan komunikasi dalam kontekskonteks lainnya, dengan kata lain komunikasi ini adalah komunikasi dalam dua orang, tiga orang dan seterusnya karena sebelum berkomunikasi de gan orang lain biasanya kita dengan diri sendiri yaitu mempersepsi makna pesan orang lain, hanya saja caranya tidak kita sadari bahwa keberhasilan komunikasi kita dengan orang
lain bergantung pada keefektifan komunikasi kita dengan diri sendiri17.
16 Hafied Cangara, “Pengantar Ilmu Komunikasi”, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), cet.ke4, h.103.
17 Phil Astrid S. Susanto, “Komunikasi dalam Teori dan Praktek”, (Bandung: Bina Cipta, 1998), cet.ke3,h.7.
(35)
25
Sedangkan komunikasi antarpribadi (Interpersonal
Communication) adalah komunikasi antara dua orang atau lebih secara
tatap muka (face to face) yang memungkinkan setiap individu
menangkap reaksi secara langsung baik secara verbal maupun non verbal18.
4) Komunikasi Kelompok
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan
bersama, yang berinteraksi satu sama lainnya untuk mencapau tujuan bersama, mengenal satu dengan lainnya dan memandang mereka
sebagai bagian dari kelompok tersebut19.
Adapun yang dimaksud dengan komunikasi kelompok adalah
pesan yang disampaikan terencana dan bukan spontanitas untuk
segmen khalayak tertentu20.
Komunikasi kelompok terbagi dua yaitu kelompok besar dan
kelompok kecil. Komunikasi kelompok besar yaitu komunikasi yang mana penyampaian pesannya berlangsung secara terusmenerus, interaksi antara sumber dan penerima sangat terbatas dan jumlah khalayak relatif besar. Sedangkan komunikasi kelompok kecil komunikasi yang mana interaksi antara sumber dan penerima pesan
18
Alo Liliweri, “Komunikasi Antar Pribadi”, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997), cet.ke2, h.12.
19 Deddy Mulyana, “Ilmu Komunikasi”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1986),h.7. 20
Nuruddin, “Sistem Komunikasi Indonesia”, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), cet.ke2, h.33.
(36)
tidak terbatas dan jumlah khalayak kecil21. D. Pola Komunikasi Organisasi
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, pola adalah bentuk atau
sistem22. Sedangkan kata pola dalam kamus ilmiah popular diartikan
sebagai model, contoh atau pedoman (rancangan)23. Pola dapat juga
dikatakan model, yaitu cara untuk menunjukkan sebuah obyek yang mengandung kompleksitas proses di dalamnya dan hubungan antara unsur
unsur pendukungnya24.
Analisis eksperimental polapola komunikasi menyatakan
bahwa pengaturan tertentu mengenai “siapa berbicara kepada siapa”
mempunyai konsekuensi besar dalam berfungsinya organisasi. Maka dari itu, kita akan membandingkan dua pola yang berlawanan antara pola roda dan pola lingkaran. Untuk menggambarkan pengaruh aliran komunikasi yang dibatasi dalam organisasi, dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 1 (Pola Roda) Gambar 2 (Pola Lingkaran)
21 Hafied Cangara, “Pengantar Ilmu Komunikasi”, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003),cet.ke4, h.3435.
22 Departemen Pendidikan Nasional, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, edisi ke-3, (Jakarta:Balai Pustaka, 2002),h.885.
23 Puis A. Partanto dan M. Dahlan AlBarry, “Kamus Ilmiah Popular”, (Surabaya: Arkola, 1994),h.605.
24 Wiryanto, “Pengantar Ilmu Komunikasi”, (Jakarta: Gramedia Widiasavina, 2004), h.9.
A
B
C
D
E
A
B
C D
(37)
27
a. Pola Roda
Pola roda adalah pola yang mengarahkan seluruh informasi
kepada individu yang menduduki posisi sentral. Orang dalam posisi sentral menerima kontak, informasi, dan memecahkan masalah dengan
sasaran/persetujuan anggota lainnya25. Jadi, dapat dijelaskan bahwa
seseorang berkomunikasi pada banyak orang, yaitu B,C,D, dan E. komunikasi ini lebih cenderung bersifat satu arah tanpa adanya reaksi timbal balik.
b. Pola Lingkaran
Pola lingkaran memungkinkan semua anggota berkomunikasi satu dengan yang lainnya hanya melalui sejenis sistem pengulangan pesan. Tidak ada seorang anggotapun yang dapat berhubungan langsung dengan semua anggota lainnya. Demikian pula tidak ada anggota yang memiliki akses langsung terhadap seluruh informasi yang diperlukan untuk
memecahkan persoalan26. Pola lingkaran yaitu hampir sama dengan pola
rantai, namun orang terakhir di sini adalah (E) berkomunikasi pula kepada orang pertama (A).
Ada beberapa kombinasi yang berbeda, yang mungkin A dapat berkomunikasi dengan B dan E tetapi tidak dapat berkomunikasi dengan C dan D; B dapat berkomunikasi dengan A dan C tetapi tidak dengan D dan
25 R. Wayne Pace dan Don F. Faules, “Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h.174.
26 R. Wayne Pace dan Don F. Faules, “Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan”, h.175.
(38)
E; C dapat berkomunikasi dengan B dan D tetapi tidak dengan A dan E; D dapat berkomunikasi dengan C dan E tetapi tidak dengan A dan B; dan E dapat berkomunikasi dengan D dan B tetapi tidak dengan B dan C. bila D ingin berkomunikasi dengan A, informasi harus disampaikan melalui E
atau C dan B27.
Hasil penelitian pada kedua pola tersebut menyatakan bahwa keduanya menghasilkan konsekuensi yang amat berbeda (Bavelas, 1950;Bavelas dan Barrett, 1951; Burges, 1969; Leavitt, 1951; Shaw, 1958).
Di antara keduanya, pola lingkaran meliputi kombinasi orang orang penyampai pesan yang cenderung lebih baik dibandingkan dengan pola roda yang hanya mencakup aliran komunikasi yang amat terpusat dalam keseluruhan aksebilitas anggota antara yang satu dengan yang lainnya, moral atau kepuasan terhadap prosesnya, jumlah pesan yang dikirimkan, dan kemampuan beradaptasi dengan perubahanperubahan dalam tugas. Di sisi lain, pola roda memungkinkan pengawasan yang lebih baik atas aliran pesan, kemunculan seorang pemimpin bisa lebih cepat dan organisasi lebih stabil, menunjukkan kecermatan tinggi dalam pemecahan masalah, cepat dalam memecahkan masalah, tetapi terlihat
cenderung mengalami kelebihan beban pesan dan pekerjaan28.
Meskipun semua organisasi harus melakukan komunikasi dengan
27
R. Wayne Pace dan Don F. Faules, “Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan”, h.175.
28 R. Wayne Pace dan Don F. Faules, “ Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan”, h.175.
(39)
29
berbagai pihak untuk mencapai tujuannya, pendekatan yang dipakai antara satu organisasi dengan organisasi yang lain berbedabeda. Untuk itu, menentukan suatu pola komunikasi yang tepat dalam suatu organisasi merupakan suatu keharusan, terdapat dua macam jaringan komunikasi organisasi (Muhammad, 1995:102), yaitu:
1. Aliran Komunikasi Formal
Dalam struktur garis, fungsional maupun matriks, nampak berbagai macam posisi yang masingmasing sesuai batas dan tanggung jawab dan wewenangnya. Dalam kaitannya dengan proses penyampaian informasi dari atasan kepada bawahan, pola transformasinya dapat dibedakan
menjadi empat bentuk, yaitu: komunikasi ke bawah (downward
communication), komunikasi ke atas (upward communication),
komunikasi horizontal (horizontal communication), dan komunikasi
diagonal (diagonal communication).
a. Komunikasi dari atas ke bawah (downward communication)
Komunikasi dari atas ke bawah merupakan aliran komunikasi
dari tingkat atas ke tingkat bawah melalui hierarki organisasi29, atau
informasi yang mengalir dari jabatan yang lebih tinggi kepada yang berotoritas lebih rendah. Di mana komunikasi ini umumnya terkait dengan tanggung jawab dan wewenang seseorang dalam suatu organisasi30.
29 Khomsahrial Romli, M.Si, “Komunikasi Organisasi Lengkap”, (Jakarta: PT. Grasindo, anggota Ikapi, 2011), h.176.
30 R. Wayne Pace dan Don F. Faules, “Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h.184185.
(40)
Ada lima jenis informasi yang biasa dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan (Katz dan kahn, 1966), yaitu :
1. Informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan
2. Informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan
3. Informasi mengenai kebijakan dan praktikpraktik organisasi
4. Informasi mengenai kinerja pegawai (bawahan), dan
5. Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of
mission)
b. Komunikasi dari bawah ke atas (upward communication)
Komunikasi dari bawah ke atas merupakan informasi yang
mengalir dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi. Komunikasi ini menunjukkan partisipasi bawahan dalam proses pengambilan keputusan akan sangat membantu pencapaian tujuan organisasi31.
c. Komunikasi Horizontal (horizontal communication)
Komunikasi horizontal merupakan penyampaian informasi
antara bagianbagian yang memiliki tingkat otoritas yang sama atau
yang memiliki posisi sejajar dalam suatu organisasi32. Komunikasi
horizontal terdiri dari penyampaian informasi di antara rekanrekan sejawat dalam unit kerja yang sama. Unit kerja meliputi individu individu yang ditempatkan pada tingkat otoritas yang sama dalam
31 R. Wayne Pace dan Don F. Faules, “Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan”, h.189.
32 R. Wayne Pace dan Don F. Faules, “Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan”,h.195.
(41)
31
organisasi dan mempunyai atasan yang sama33.
Bentuk komunikasi ini yang paling umum mencakup semua
jenis kontak antarpersona. Bahkan bentuk komunikasi ini tertulis cenderung menjadi lebih lazim. Komunikasi ini paling sering terjadi dalam rapat komisi, interaksi pribadi, selama waktu istirahat, obrolan di telepon, memo dan catatan, kegiatan sosial dan lainlain.
Hambatanhambatan komunikasi ini banyak persamaannya
dengan hambatan yang mempengaruhi komunikasi ke atas dan komunikasi ke bawah. Ketidakadanya kepercayaan di antara rekan rekan kerja, perhatian yang lebih tinggi pada mobilitas ke atas, dan persaingan dalam sumber daya dapat mengganggu komunikasi
bawahan yang sama tingkatnya dalam organisasi dengan sesamanya34.
d. Komunikasi Diagonal (Lintas Saluran)
Komunikasi diagonal merupakan aliran komunikasi dari orang
orang yang memiliki otoritas yang berbeda dan tidak memiliki
hubungan kewenangan secara langsung35.
2. Aliran Komunikasi Informal
Komunikasi informal adalah komunikasi antara orang yang ada dalam suatu organisasi, akan tetapi tidak direncanakan atau tidak ditentukan dalam
33 R. Wayne Pace dan Don F. Faules, “Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan
Kinerja Perusahaan”,h.195.
34 R. Wayne Pace dan Don F. Faules, “Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan”,h.197.
35
Khomsahrial Romli, M.Si., “Komunikasi Organisasi Lengkap”, (Jakarta: PT. Grasindo, 2011), h.177.
(42)
struktur organisasi36. Bila bawahan berkomunikasi satu sama lainnya tanpa mengindahkan posisinya dalam organisasi, faktorfaktor yang mengarahkan aliran informasi lebih bersifat pribadi. Arah aliran informasi kurang stabil. Informasi mengalir ke atas, ke bawah, horizontal, dan melintasi saluran, hanya dengan sedikit kalau ada. Karena informasi informal/personal ini muncul dari interaksi di antara orangorang, informasi ini mengalir dengan arah yang tidak
dapat diduga, dan jaringannya digolongkan sebagai selentingan (grapevine).
Grapevine adalah mendengar sesuatu bukan dari sumber resmi, tetapi dari
desasdesus, kabar angin atau “selentingan”).
Sistem komunikasi “grapevine” ini cenderung dianggap merusak atau
merugikan, karena tidak jarang terjadi penyebaran informasinya tidak tepat,
tidak lengkap, dan menyimpang. Di lain pihak, komunikasi “grapevine”
mempunyai peranan fungsional sebagai alat komunikasi tambahan bagi organisasi. Banyak penelitian yang membuktikan bahwa komunikasi ini lebih cepat, lebih akurat, dan lebih efektif dalam menyalurkan informasi. Atasan
harus menyadari bahwa komunikasi informal dan terutama “grapevine” tidak
dapat dihilangkan. Bahkan sebaliknya, atasan perlu memahami dan
menggunakan “grapevine” sebagai pelengkap komunikasi formal37.
Informasi yang mengalir sepanjang jaringan kerja, selentingan juga terlihat berubahubah dan tersembunyi. Komunikasi informal cenderung
36 Ahyriza Affandi Muhammad, “Seminar 9 Hubungan Internal Komunikasi Formal dan Informal: Komunkasi Formal dan Informal”, http://afmalovelydiamond.wordpress.com /2012/11/seminar9hubunganinternalkomunikasi/, (Diposting pada tanggal 06 November 2012, Pukul : 17.01 ).
37 Khomsahrial Romli, M.Si, “Komunikasi Organisasi Lengkap”, (Jakarta: PT. Grasindo, anggota Ikapi, 2011), h.177.
(43)
33
mengandung laporan “rahasia” tentang orangorang dan peristiwa yang tidak mengalir melalui saluran organisasi yang formal. Informasi yang diperoleh
selentingan lebih memperhatikan “apa yang dikatakan atau didengar oleh seseorang” daripada “apa yang dikeluarkan oleh pemegang kekuasaan.
Selentingan juga cenderung mempengaruhi organisasi, apakah untuk kebaikan atau keburukan, jadi pemahaman mengenai selentingan dan bagaimana selentingan ini dapat member andil positif kepada organisasi merupakan hal
yang penting38.
E. Pengertian Pengembangan dan Pembinaan Organisasi
1. Pengertian Pengembangan
Pengembangan organisasi adalah suatu perspektif tentang perubahan sosial yang direncanakan dan yang dibina. Hal ini menyangkut inovasi yang menyiratkan perubahan kualitatif dalam norma, pola perilaku dalam hubungan perorangan dan hubungan kelompok dalam persepsi tujuan maupun metode. Pengembangan organisasi dapat dirumuskan sebagai perencanaan, penataan dan bimbingan dari organisasi baru atau yang disusun kembali:
a. yang mewujudkan perubahan dalam nilainilai, teknologi fisik dan
atau sosial.
b. Menetapkan, mengembangkan dan melindungi hubungan
hubungan normatif dan polapola tindakan yang baru.
(44)
c. Memperoleh dukungan dan kelengkapan dalam lingkungan tersebut.
Secara ringkas pengembangan organisasi mencakup juga penyusunan kembali struktur organisasi, dan berkaitan dengan keseluruhan faktor yang mempengaruhi tugas dan fungsi seluruh organisasi. Faktorfaktor yang mempengaruhi perubahan organisasi atau mempengaruhi desain organisasi adalah faktor lingkungan eskternal dan internal organisasi.
Dengan demikian struktur organisasi baru dibentuk karena dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal di mana organisasi eksis. Organisasi tidak berada dalam ruang isolasi. Organisasi harus menetapkan dan memelihara suatu jaringan untuk tetap hidup dan berfungsi. Organisasi harus memelihara suatu jaringan hubungan pertukaran dengan sejumlah organisasi lain dimana organisai itu eksis dan melibatkan diri dalam transaksitransaksi dengan maksud memperoleh dukungan, mengatasi perlawanan, pertukaran sumber daya, penataan lingkungan dan memindahkan sistem norma dan nilai. Yang sangat penting adalah strategi dan taktik atau kiat, di mana kepemimpinan menyesuaikan diri atau melakukan adaptasi dalam
lingkungan tersebut39.
39
Aliwear, “Konsep Pengembangan Organisasi”,
http://alisadikinwear.wordpress.com/2012/05/17/konseppengembanganorganisasi, (Diposting Pada Tanggal 12 Mei 2012).
(45)
35
2. Pengertian Pembinaan
Pembinaan merupakan totalitas kegiatan yang meliputi
perencanaan, pengaturan dan penggunaan pegawai sehingga menjadi pegawai yang mampu mengemban tugas menurut bidangnya masing masing sehingga dapat mencapai prestasi kerja yang efektif dan efisien. Pembinaan juga dapat diartikan sebagai suatu tindakan, proses, hasil atau pernyataan lebih baik. Dalam Buku Pembinaan Militer Departemen HANKAM disebutkan, bahwa pembinaan adalah:
“Pembinaan adalah suatu proses penggunaan manusia, alat peralatan, uang, waktu, metode dan sistem yang didasarkan pada prinsip tertentu untuk pencapaian tujuan yang telah ditentukan dengan
daya dan hasil yang sebesarbesarnya”. (Musanef,1991:11).
Dalam hal suatu pembinaan menunjukkan adanya suatu kemajuan peningkatan, atas berbagai kemungkiinan peningkatan, unsur dari pengertian pembinaan ini merupakan suatu tindakan, proses atau pernyataan dari suatu tujuan dan pembinaan menunjukkan kepada
“perbaikan” atas sesuatu istilah pembinaan hanya diperankan kepada unsur manusia. Oleh karena itu, pembinaan haruslah mampu menekan dan dalam halhal persoalan manusia. Hal ini sejalan dengan pendapat
Miftah Thoha dalam bukunya yang berjudul “Pembinaan Organisasi”
mendefinisikan, pengertian pembinaan bahwa :
a. Pembinaan adalah suatu tindakan, proses, atau pernyataan menjadi
(46)
b. Pembinaan merupakan suatu strategi yang unik dari suatu sistem
pambaharuan dan perubahan (change).
c. Pembinaan merupakan suatu pernyataan yang normatif, yakni
menjelaskan bagaimana perubahan dan pembaharuan yang berencana serta pelaksanaannya.
d. Pembinaan berusaha untuk mencapai efektivitas, efisiensi dalam
suatu perubahan dan pembaharuan yang dilakukan tanpa mengenal berhenti40.
40
Aliwear, “Konsep Pengembangan Organisasi”,
http://alisadikinwear.wordpress.com/2012/05/17/konseppengembanganorganisasi, (Diposting Pada Tanggal 12 Mei 2012).
(47)
37 BAB III
PROFIL PIMPINAN PUSAT IKATAN PELAJAR PUTERI NAHDLATUL ULAMA (PP IPPNU)
A. Sejarah Berdirinya Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (IPPNU) 1. Sejarah Berdirinya IPPNU
Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama atau disingkat IPPNU adalah organisasi kader yang bersifat nirlaba yang merupakan Badan Otonom organisasi masyarakat Nahdlatul Ulama (NU) yang fokus pada pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia pelajar dan santri. Organisasi ini berkedudukan di Ibu Kota Negara Republik Indonesia yang merupakan tempat kedudukan Pimpinan Pusat, Jalan Kramat Raya No. 164 Jakarta Pusat.
Organisasi IPPNU didirikan pada tanggal 2 Maret 1955 bertepatan dengan 8 Rajab 1374 H di Malang Jawa Timur, dengan kepanjangan Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama. Mulamula, organisasi ini didirikan untuk melakukan pembinaan dan pengkaderan terhadap remaja puteri Nahdlatul Ulama (NU) yang masih duduk di bangku sekolah/madrasah tingkat menengah dan tingkat atas serta santri puteri yang statusnya setaraf dengan sekolahsekolah tersebut. Pada perkembangan berikutnya, sesuai dengan kondisi zaman, pada tahun 1988, organisasi ini berubah menjadi Ikatan PuteriPuteri Nahdlatul Ulama, karena harus menyesuaikan diri dengan Undang Undang nomor 8 tahun 1985 tentang keormasan, yang melarang
(48)
adanya organisasi pelajar di sekolah, kecuali OSIS1.
Hal ini membuat sasaran organisasi IPPNU tidak lagi hanya terbatas pada pelajar puteri melainkan semua puteri Nahdlatul Ulama (NU). Namun, perubahan akronim ini selanjutnya telah disalahartikan menjadi gerakan bebas yang bisa merembet pada politik praktis sehingga basis awal yang harus diperjuangkan menjadi terbengkalai dan visi intelektual yang selama ini menjadi Ghiroh bagi perjuangan IPPNU menjadi pudar.
Pada tanggal 23 Juni tahun 2003, bertepatan dengan 29 Rabi‟ul
Akhir 1424 H, organisasi IPPNU selanjutnya memperjelas wadah perjuangannya pada basis awal, yaitu pelajar puteri dengan mengubah kembali akronimnya menjadi Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama. Namun, interpretasi pelajar pada tahun 2003 berbeda dengan pelajar puteri yang dimaksudkan pada tahun 1955. Pelajar puteri yang dikandung pada tahun 2003 diartikan sebagai sebuah komunitas generasi muda yang mengawal visi intelektual yang memiliki fase usia 1230 tahun meliputi : pelajar, santri, remaja puteri dan mahasiswi. Dengan kata lain, pelajar puteri adalah orang yang mau belajar.
IPPNU sebagai organisasi yang bersifat keterpelajaran, pengkaderan, kemasyarakatan, kebangsaan dan keagamaan yang
berhaluan faham Islam Ahlussunah Waljama‟ah dan mengikuti salah
satu madzhab : Hanafi, Maliki, Syafi‟I dan Hambali. IPPNU ini
1PP.IPPNU,“id.mc1909.mail.yahoo.com/mc/showMessage?filterBy=&.r…&cmd=msg.sc an&pid=2&tnef=&fn=Draft+profil+ippnu.rtf”, (Diterima pada tanggal 18 April 2013, pukul 10:03).
(49)
39
berazaskan Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmad Kebijaksaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kedaulatan IPPNU ini berada ditangan
anggota dan dilaksanakan oleh Kongres2.
2. Makna dan Lambang IPPNU
Gambar (3) Logo IPPNU
a. Warna hijau : kebenaran, kesuburan serta dinamis.
b. Warna putih : kesucian, kejernihan serta kebersihan.
c. Warna kuning : hikmah yang tinggi/kejayaan.
d. Segitiga : Iman, Islam dan Ihsan.
e. Dua buah garis tepi mengapit warna kuning: dua kalimat syahadat.
f. Sembilan bintang : keluarga Nahdlatul Ulama, yang diartikan;
2 Margaret Aliyatul Maimunah, dkk, “Hasil-hasil Keputusan Kongres XV IPPNU”, (Jakarta: PP IPPNU, 2010), h.19.
(1)
Wawancara Pertama : Farida Farichah (Ketua Umum PP) Hari/tanggal : Senin, 20 Mei 2013
Waktu : 13.45 WIB
1. Pertanyaan : Bagaimana proses komunikasi yang anda lakukan dalam
mengembangkan dan membina organisasi IPPNU?
Jawaban : Komunikasi yang saya jalankan dalam menjalankan organisasi ini,
khususnya dalam pengembangan dan pembinaan organisasi yaitu bersifat kepada kekeluargaan. Tujuannya agar tidak ada hijab atau dinding pemisah diantara pengurus dan anggota ippnu, baik yang berada di pusat maupun yang berada di wilayah, cabang sampai ke ranting. Sehingga rasa kebersamaan dan memiliki IPPNU terdapat pada jiwa mereka, walaupun pada moment moment tertentu tentunya kita memakai komunikasi yang formal seperti pada rapatrapat kepengurusan.
2. Pertanyaan : Kapan proses komunikasi tersebut di jalankan?
Jawaban : Proses komunikasi itu kami jalankan terdapat pada dua tempat dan kegiatan, seperti pada kegiatan yang formal dan non formal. Pada kegiatan formal tentunya kita menggunakan gaya bahasa yang resmi dan prosedur dan mekanisme yang sudah diatur dalam organisasi, seperti perintah dalam melaksanakan kegiatan rapat pimpinan atau acaraacara besar Islam yang alurnya memakai komunikasi dari atas ke bawah yang kita sebut dengan konsolidasi dan dari bawah ke atas kita sebut dengan koordinasi. Sedangkan pada acara non formal biasanya kita melaksanakan proses komunikasi dengan saling sapa apabila bertemu atau bercengkerama baik secara langsung ataupun melalui jejaring sosial seperti facebook, twitter, email dan lain sebagainya yang sasarannya adalah seluruh kader IPPNU baik yang berada di pusat, wilayah, cabang dan ranting.
3. Pertanyaan : Programprogram apa saja yang dijalankan IPPNU dalam
mengembangkan dan membina organisasi ini?
Jawaban : Programprogram yang PP IPPNU jalankan dalam pengembangan dan
pembinaan organisasi sebenarnya sudah ada bidangnya tersendiri untuk mengurusi hal tersebut. Yang saya akan jelaskan hanya dalam garis besarnya saja, seperti kami
(2)
membuat program IPPNU Award yang tujuannya untuk memotivasi serta mengapresiasi kader atau pengurus IPPNU yang berada di setiap tingkatan agar tertib organisasi administrasi. Sehingga dapat menghasilkan kaderkader yang tertib akan organisasi dan administrasi.
4. Pertanyaan : Bagaimana proses komunikasi dari PP ke Wilayah, dari Wilayah ke Cabang, ataupun sebaliknya?
Jawaban : Komunikasi dari Pimpinan Pusat ke Wilayah dan dari Wilayah ke
Cabang, berdasarkan setiap laporan yang kita terima dari bawah Alhamdulillah semua berjalan dengan baik dan sesuai dengan aturan administrasi di dalam organisasi IPPNU. 5. Pertanyaan : Menurut anda, apakah proses komunikasi yang dijalankan selama ini
sudah berhasil?
Jawaban : Proses komunikasi yang kami terapkan dan jalankan hingga sampai saat
ini sudah bisa dikatakan berhasil. Hal tersebut dapat dilihat dari kader IPPNU yang sudah mencapai 3 juta yang tersebar di 30 provinsi atau Pimpinan Wilayah. Walaupun didalam menjalankan proses komunikasi tentunya terdapat kelemahankelemahan dan kekurangan. Namun, kita dari tahun ke tahun terus melakukan evaluasi agar komunikasi yang kita jalankan dapat terus berjalan sehingga organisasi ini dapat lebih baik dan berusaha untuk menjadi yang terbaik.
6. Pertanyaan : Apa saja kelemahan, kekuatan, peluang dan tantangan yang dijalankan IPPNU dalam mengembangkan dan membina organisasi ini?
Jawaban : Kelemahan dalam mengembangkan dan membina organisasi ini, yang
paling lemah dan sulit yaitu menemukan kader yang bagus atau militan. Hal tersebut sangat dipengaruhi dari latar belakang daerah tersebut, apakah daerah tersebut merupakan penganut alirah Nahdlatul Ulama atau tidak?, ada perhatian atau tidak? Jadi, jikalau daerah tersebut merupaka daerah yang mayoritas NU dan mendapatkan perhatian dari pengurusnya, sudah dapat dipastikan di sana terdapat kader yang militant. Begitupun sebaliknya, intinya kita memerlukan dukungan dari pengurus NU baik yang berada di Pusat, Wilayah hingga ke Cabang. sehingga, pengembangan dan pembinaan organisasi dapat berjalan dengan baik. Kelemahan dari kaderisasi yang paling sulit yaitu
(3)
memperkenalkan visi dan misi IPPNU ke sekolahsekolah umum yang notabennya sangat minim pembelajaran agama.
Kekuatan IPPNU dalam mengembangkan dan membina organisasi, lagilagi terdapat pada faktor masa NU nya baik dari segi perhatiannya dan publikasinya akan visi dan misi NU.
Peluang IPPNU sangat besar sekali untuk mengembangkan dan membina organisasi, dikarenakan organisasi pelajar khususnya puteri sangat jarang sekali. walaupun ada, mereka itu bersatu putera dan puterinya seperti di PII, KAPRI, dan lain sebagainya. Sehingga kita berkesempatan untuk mewadahi para pelajar puteri untuk mengapresiasikan dan mengaktualisasikan dirinya untuk melakukan kegiatankegiatan yang positif melalui IPPNU.
Tantangan IPPNU untuk saat ini yaitu terdapatnya ajaran dan gerakan WAHABI yang sangat bertentangan dengan ajaran Islam yang dianut oleh Ahlusunnah wal jama'ah. Kita berusaha menanggulanginya dengan mengadakan kegiatan yang bersifat mendidik dengan membawa visi dan misi dakwah aliran Ahlusunnah wal jama'ah.
Jakarta, 20 Mei 2013
Pewawancara Narasumber,
Siti Dahlia Farida Farichah
(4)
Wawancara Kedua : Wilda Tussururoh (Sekretaris Umum) Hari/tanggal : Senin, 10 Juni 2013
Waktu : 13.20 WIB
1. Pertanyaan : Seberapa pentingkah koordinasi di PP IPPNU dalam mengembangkan dan membina organisasinya?
Jawaban : Koordinasi disetiap organisasi sangat dibutuhkan untuk mengetahui dan
menyampaikan informasi yang dilakukan bawahan terhadap pekerjaan yang diperintahkan. Begitu juga di PP IPPNU, koordinasi sangat dibutuhkan di organisasi ini, khususnya dalam mengembangkan dan membina organisasi. Koordinasi ke pihak atas dapat menumbuhkan rasa kebersamaan dan memiliki akan organisasi sekaligus memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengajukan pertanyaan, menyumbang gagasan serta kritik dan saran. Komunikasi dan koordinasi ke pihak atas tentunya menjadi barometer bagi pimpinan untuk menilai apakah bawahan memahami apa yang diperintahkan, apakah sudah sesuai dengan target yang diinginkan.
2. Pertanyaan : Bagaimana proses komunikasi dari bawah ke atas dalam PP IPPNU?
Jawaban : Proses komunikasi dari bawah ke atas dalam PP IPPNU semua sudah diatur di dalam Peraturan Rumah Tangga, tepatnya pada bab Permusyawaratan. Di sana diatur dalam rapatrapat yang berkaitan dengan koordinasi baik dari pihak Pimpinan Komisariat sampai ke Pimpinan Pusat, yang bertujuan untuk mengetahui informasi terkait programprogram dan perkembangan IPPNU, dan lainlain.
(5)
Jawaban : Komunikasi dan koordinasi dari bawah ke atas di IPPNU dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Rumah Tangga, seperti pada Kongres, Kongres Luar Biasa, Konferensi Besar, Rakernas, Rapimnas, Konferensi Wilayah, Konferensi Wilayah Luar Biasa, Rapat Kerja Wilayah, Rapat Pimpinan Wilayah, Konferensi Cabang, Konferensi Cabang Luar Biasa, Rapat Kerja Cabang, Rapat Pimpinan Cabang, Konferensi Anak Cabang, Konferensi Anak Cabang Luar Biasa, Rapat Kerja Anak Cabang, Rapat Pimpinan Anak Cabang, Konferensi Pimpinan Komisariat Perguruan Tinggi, dan lain lain.
4. Pertanyaan : Apakah proses komunikasi tersebut sudah berjalan efektif, khususnya dalam mengembangkan dan membina organisasi ini?
Jawaban : Alhamdulillah, proses komunikasi tersebut sudah bisa dikatakan berjalan
efektif, terlebih dalam mengembangkan dan membina organisasi. Hal tersebut diperkuat di mana, pada saat ini IPPNU sudah mempunyai kader sebanyak tiga juta yang tersebar di tiga puluh provinsi atau wilayah.
5. Pertanyaan : Apa yang dikomunikasi dalam koordinasi dari bawah ke pihak atas?
Jawaban : Yang dikomunikasikan biasanya yang terkait dengan programprogram
kerja, prestasi organisasi, kemajuan organisasi, kendala dan hambatan dalam menjalankan program kerja dan rencana untuk waktu mendatang. Biasanya ada juga kader yang memberikan kritik dan saran untuk kemajuan IPPNU baik dari PP hingga ke Wilayah.
6. Pertanyaan : Apa kendala komunikasi koordinasi dari pihak bawah kepada pihak atas?
Jawaban : Kendala yang paling sering kami dapatkan yaitu berkaitan dengan waktu.
(6)
berkesinambungan dan bertatap muka secara langsung, sehingga informasi yang akan kita berikan ke atas dapat berjalan efektif, baik itu mencakup tindakan untuk menanggapi masalah ataupun memberikan kritik dan saran kepada kedua belah pihak. Walaupun dengan adanya perkembangan teknologi komunikasi, kami dapat berkoordinasi melalui email, facebook, twitter, handphone.
Jakarta, 10 Juni 2013
Pewawancara Narasumber,