Sejarah Tjokrosuharto Arts and Crafts

commit to user 82 Usaha rumahan yang didirikan dengan modal dan sumber daya yang terbatas ini kemudian mulai berkembang menjadi sebuah industri arts shop yang cukup kompeten. Waktupun berlalu dan sekarang Tjokrosuharto Arts and Crafts menjadi salah satu perusahaan perseorangan yang cukup sukses dan agresif dengan potensi untuk semakin tumbuh di Yogyakarta.

II.1.1 Sejarah Tjokrosuharto Arts and Crafts

Sebagaimana kebiasaan orang Jawa yang memasuki jenjang perkawinan, pasangan, Suyadi dan Masimah, diberi nama tua Tjokrosuharto oleh keluarga besar mereka. Pasangan ini memiliki latar belakang ketrampilan yang akhirnya menjadi modal besar mereka. Suyadi, sang suami yang berasal dari Kotagede, memiliki keahlian dalam bidang seni perak. Sedangkan Masimah, sang istri yang berasal dari Panembahan lingkungan ndalem beteng Kraton Yogyakarta, berlatar belakang keturunan abdi dalem yang menguasai seni batik. Perkawinan ini tidak hanya menyatukan keduanya tetapi juga membentuk usaha bersama dengan mengandalkan kemampuan masing-masing. Bermodal awal dengan mengandalkan ketrampilan mereka dan rumah di tengah kampung pemberian orang tua sebagai tempat usaha, pasangan Tjokrosuharto membuat kerajinan perak dan batik serta berusaha menarik konsumen, saat itu bangsawan Belanda, untuk datang dan berbelanja. Pakaryan perak dan batik Tjokrosuharto Tjokrosuharto Arts and Crafts Panembahan 58 akhirnya didirikan pada awal tahun 1938. Nama diri dipakai sebagai nama usaha merupakan kelaziman pada masa itu dan alamat commit to user 83 yang tanpa menyebutkan jalan menunjukkan bahwa mereka berawal dari rumah di tengah kampung yang tetap dipertahankan sampai sekarang. Bangunan tempat pendirian usaha pertama kali tersebut tetap dipertahankan bahkan semakin dikembangkan sejalan dengan penambahan modal dan ketrampilan serta kreatifitas yang dimiliki oleh pasangan ini. Pembukaan Jalan Panembahan Mangkurat diresmikan pada tahun 1941, yang merupakan pelebaran dari jalan kampung, turut berpengaruh pada perkembangan usaha ini. Pengaruh yang memberikan keuntungan karena tempat usaha ini kemudian dapat dijangkau dari dua arah, Utara dan Barat. Pasangan Tjokrosuharto pun akhirnya dapat memperluas tempat usahanya dari tengah kampung menjadi berada di tepi jalan tersebut. Dekade 1940an merupakan masa yang sangat sulit bagi seluruh bangsa, karena kekuasaan Jepang yang represif dan disusul dengan masa pergolakan penegakan kemerdekaan Indonesia sampai terjadinya pengakuan keberadaan Republik Indonesia oleh Belanda. Masa tersebut dapat dilalui berkat kegotong-royongan bangsa Indonesia yang baru lahir, sedangkan bagi Tjokrosuharto Arts and Crafts kerjasama dengan pekerja dan pemasok serta kepercayaan dari konsumen adalah faktor terpenting bagi kelangsungan usahanya saat itu, dimana sebagian besar konsumennya merupakan bangsa asing. Sikap hati-hati dan selalu menjaga kesinambungan ternyata mampu membawa keberhasilan. Hal itu dilakukan untuk menjaga kelangsungan usaha yang kemudian dijalankan oleh istri dan putra-putrinya. commit to user 84 Pada tahun 1954 lahan usaha dikembangkan lagi menjadi seperti sekarang ini. Pada tahun 1975, Tjokrosuharto Arts and Crafts diberikan kepercayaan untuk turut serta menjadi salah satu arts shop yang merintis pengisian paviliun di Taman Mini Indonesia Indah di Jakarta dengan berbagai macam peragaan kerajinan Daerah Istimewa Yogyakarta selama beberapa tahun sejak pembukaannya pada tahun tersebut. Melalui berbagai event serta peristiwa menjadikan Tjokrosuharto Arts and Crafts sebagai salah satu pelestari budaya yang cukup dikenal. Kini perusahaan yang dirintis oleh Bapak dan Ibu Tjokrosuharto ini, menjadi usaha bersama keluarga besar Tjokrosuharto dalam bentuk toko yang masih terus dikelola oleh generasi ketiga bahkan generasi keempat dengan kebersamaan dan upaya gigih untuk meneruskan, mempertahankan serta mengembangkan nilai-nilai luhur serta tradisi keluarga dan bangsa.

II.1.2 Visi dan Misi Tjokrosuharto Arts and Crafts