Nilai kemungkinan Prior dan Posterior Penghitungan Nilai Kemungkinan Posterior

Dari hasil terakhir itulah, Dedi akan mengambil keputusan berkenaan dengan pengaturan mesin tersebut. Bila dari hasil terakhir tersebut, mesin dapat dikatakan telah dipengaturan dengan benar, maka mesin tersebut sudah dapat digunakan untuk menghasilkan produk selanjutnya. Tapi bila pengaturan mesin tersebut tidak benar maka mesin tersebut akan dipengaturan lagi.

2.3.1. Nilai kemungkinan Prior dan Posterior

Dalam contoh kasus di atas, Dedi telah mempunyai suatu informasi awal, bahwa kemungkinan pengaturan mesin sudah benar adalah 0,8. Informasi awal tentang nilai kemungkinan ini disebut sebagai nilai kemungkinan Prior. Bila sampel produk yang diukur ternyata ukurannya tidak tepat, pastinya dedi akan berpendapat bahwa nilai kemungkinan pengaturan mesin tersebut benar lebih kecil dari 0,8. Sebaliknya, jika sampel tersebut ternyata bagus, tentunya akan memperkuat dugaan Dedi bahwa pengaturan mesin sudah benar. Persoalan yang timbul adalah bagaimana caranya agar Dedi dapat memperbaiki kemungkinan Prior-nya, setelah dia mendapatkan informasi baru, sehingga dia pada akhirnya bisa mendapatkan nilai kemungkinan yang telah diperbaiki. Nilai kemungkinan akhir ini yang disebut sebagai nilai kemungkinan Posterior. Dalam hal ini dapat diambil definisi bahwa: 1. Nilai kemungkinan Prior adalah nilai adalah nilai kemungkinan mesin tersebut pengaturannya telah benar B atau dinyatakan sebagai PB. 2. Nilai kemungkinan Posterior adalah nilai kemungkinan pengaturan mesin benar setelah memperhatikan sampel. Bila sampel tersebut tepat T, maka kemungkinan posteriornya adalah PB|T. Universitas Sumatera Utara

2.3.2. Penghitungan Nilai Kemungkinan Posterior

Untuk dapat menghitung nilai kemungkinan Posteriornya, terlebih dahulu diagram kemungkinan untuk situasi tersebut akan digambarkan. Gambar 2.3.2.1 Diagram Kemungkinan Nilai kemungkinan Prior adalah PB = 0,8 dan PS = 0,2. Kemudian juga diketahui bahwa bila pengaturan mesin telah benar, kemungkinan hasilnya tepat adalah 0,9, tetapi bila pengaturan mesin salah, kemungkinan hasilnya tepat hanya sebesar 0,4. Hal ini disebut likelihood. Likelihood-nya adalah sebagai berikut: PT|B = 0,9 PT|S = 0,4 Jika setelah diperiksa, sampel produk tersebut tenyata tepat T, nilai kemungkinan Posteriornya adalah PB|T, dan nilainya dapat diperoleh dengan menggunakan perhitungan untuk kemungkinan bersyarat: Dimana, Pengaturan Benar Pengaturan Salah PB=0,8 PB=0,2 Tepat T 6 ,  S T P 9 ,  B T P Tidak T 1 ,  B T P Tepat T 4 ,  S T P Tidak T Universitas Sumatera Utara Dapat dilihat bahwa dengan mengetahui sampel yang diperiksa ternyata ukurannya tepat, maka perkiraan nilai kemungkinan pengaturan mesin sudah tidak benar, meningkat dari 0,8 menjadi 0,9. Sebaliknya bila ternyata sampel tersebut ternyata ukurannya tidak tepat __ T , maka nilai kemungkinan Posteriornya adalah: Terlihat bahwa bila sampel yang diambil ternyata tidak tepat, nilai kemungkinan bahwa pengaturan mesin adalah benar, yang semula 0,8 turun menjadi 0,4. Cara perhitungan nilai kemungkinan Posterior dengan menggunakan perhitungan nilai kemungkinan bersyarat, sering juga disebut perbaikan nilai kemungkinan Bayes.

2.4. Teorema bayes