Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

2 kebijakan pemeritah yang timpang, sebagai akiabat dari terjadinya ketidakadilan dalam kehidupan masyarakat 2 . Definisi lainnya yang senada diberikan F. Magnis suseno. S.J. yaitu kemiskinan dalam arti, bahwa orang tidak menguasai sarana-sarana fisik secukupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, untuk mencapai tingkat minimum kehidupan yang masih dapat dinilai manusiawi 3 . Gender adalah berbagai atribut dan tingkah laku yang dilekatkan pada perempuan dan laki-laki dan dibentuk oleh budaya. Dari sini muncul gagasan tentang apa yang dipandang pantas dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan. Sebagai contoh, masih menjadi kontroversi bila seorang perempuan duduk sebagai pemegang tampuk kepemimpinan, sedangkan jika posisi itu dipegang oleh laki-laki tidaklah demikian 4 . Secara ideal, perempuan menginginkan keadilan dan persamaan peran pada segala dimensi kesehariannya, seperti keadilan di bidang politik, ekonomi, dan sosial. Harapan itu sepertinya hanya sebatas mimpi yang sulit diwujudkan. Misalnya pada dimensi sosial, perempuan seringkali tersubordinasi oleh realitas yang meminggirkan perannya di wilayah publik. Ketidaksetaraan muncul dipermukaan masyarakat tatkala perempuan menikah dan harus mengerjakan pekerjaan domestik, serta mengabaikan peran publik 2 Syaiful Arif,Menolak Pembangunanisme, Yogyakarta: Pusaka Pelajar, 2000, Cet.1, h. 289. 3 Magnis suseno. S.J. Keadialan dan Analisa Sosial : Segi-Segi Etis, Dalam J.B. Bana Wiratman, S. J. ed, Kemiskinan dan Pembebasan, Kannisiius, Yogyakarta: Kannisiius, 1987, Cet.1, h. 37. 4 Edriana Noerdin dkk, Potret Kemiskinan Perempuan, Jakarta: Women Research Institute, 2006, Cet ke-1, h. 1. 3 Bahkan, pada kasus pernikahan dini, perempuan tidak memiliki kecakapan hidup life skill yang memadai untuk berperan aktif pada tataran relasi sosial. Banyaknya perempuan berpendidikan rendah menambah problem pengangguran kerja karena potensinya tenggelam oleh keterbatasan yang memasung kreativitasnya 5 . Menurut data-data yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan ada berbagai alasan kenapa anak perempuan tidak menamatkan sekolahnya atau tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Salah satu alasan tersebut adalah adanya hambatan kultural, yaitu masih kuatnya budaya kawin muda bagi perempuan yang tinggal di daerah pedesaan. Anggapan yang berlaku adalah bahwa setinggi-tingginya perempuan sekolah, akhirnya juga tidak akan bekerja karena perempuan harus bertanggung jawab terhadap pekerjaan rumah tangga. Hal yang paling dominan adalah hambatan ekonomi, yaitu keterbatasan biaya untuk sekolah sehingga keluarga miskin terpaksa menyekolahkan anak laki-laki ketimbang anak perempuan 6 . Pemberdayaan ekonomi masyarakat yang dilakukan merupakan upaya mempersiapkan masyarakat seiring dengan upaya memperkuat kelembagaan ekonomi mikro dan kecil lokal yang ada dalam masyarakat agar komunitas ekonomi mikro tersebut mampu mewujudkan kemajuan, kemandirian dan kesejahteraan dalam suasana keadilan sosial yang berkelanjutan. Untuk itu upaya pengembangan ekonomi masyarakat adalah upaya meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu dhu‟afa 5 Najlah Naqiyah, Otonomi Perempuan, Malang: Bayumedia Publising, 2005, h.1 6 Edriana Noerdin, dkk, Potret Kemiskinan Perempuan, Jakarta: Women Research Institute, 2006 , Cet ke-1, h. 18. 4 untuk melepaskan diri dari perangkap-perangkap kemiskinan dan keterbelakangan yang menghinggapinya. Agar proses perubahan dan pengembangan berjalan lancar menuju era sejahtera dan demokrasi, maka dilakukan pembentukan suatu wadah yang mandiri dan fleksibel, guna mengantisipasi semua problem sosial yang ada dimasyarakat. KopWan Koperasi Wanita memiliki peran penting dalam pemberdayaan perempuan antara lain memberikan pelatihan, konsultasi usaha, peningkatan keterampilan baik dalam hal teknis usaha seperti organisasi, manajemen, administrasiakuntasi usaha, maupun peningkatan kualitas produk, akses kepada sumber-sumber produktif, peningkatan kesadaran perempuan atas hak-haknya dilingkungan kerja maupun keluarga, sosial, hukum, maupun politik. Setiap orang secara naluri berusaha untuk memenuhi kebutuhannya, bentuk usaha tersebut adalah dengan bekerja di suatu tempat baik sektor-sektor swasta maupun sektor negri, jerih payah itu di hargai dengan uang yang sering kali disebut dengan pendapatan, pendapatan pribadi Personal Income menunjukan semua jenis pendapatan, baik diperoleh karena fungsi produksi maupun tanpa memberikan suatu kegiatan apapun, yang diterima oleh penduduk suatu Negara 7 . Perempuan perlu diberikan suatu pelatihan, pendidikan, bahkan suatu pemberdayaan, agar mereka memiliki kemampuan untuk hidup layak dan bisa membantu suaminya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Melihat keadaan seperti itu, maka Kelurahan Cipayung melakukan pemberdayaan masyarakat melalui program keterampilan menjahit oleh KopWan Wira Usaha Bina Sejahtera, 7 Paul A, Samuelson dan William D, Nordhaus, Pemberdayaan Ekonomi, Jakarta: Erlangga, 1991, h. 151. 5 dengan memanfaatkan sumber daya manusia yang ada. Tujuannya agar perempuan di sana memiliki suatu kemampuan keahlian. Adapun pemberdayaan yang dilakukan oleh Kopwan Wira Usaha Bina Sejahtera yaitu dengan cara memberikan pelatihan-pelatihan, mulai dari menjahit, dan keterampilan membuat tas dari payet-payet. Dengan adanya program tersebut diharapkan agar masyarakat khususnya komunitas ibu-ibu PKK RW 09 dapat meningkatkan kemampuannya dengan cara mengembangkan potensinya serta dapat membantu perekonomiannya. Dari permasalahan yang telah dipaparkan maka penulis menyimpulkan bahwa agar wanita tidak lagi dianggap sebagai kaum yang lemah, maka penulis tertarik untuk memberi judul skripsi ini yaitu “Pemberdayaan Perempuan melalui Program keterampilan Menjahit oleh Koperasi Wanita Wira Usaha Bina Sejahtera di Bulak Timur-Depok ”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Agar penulisan skripsi ini terarah, penulis membatasi pada Pemberdayaan Perempuan melalui Program Ketermpilan Menjahit oleh Koperasi Wanita Wira Usaha Bina Sejahtera.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka perumusan masalahnya: a. Bagaimana pelaksanaan Program Keterampilan Menjahit Oleh Koperasi Wanita Wira Usaha Bina Sejahtera di Bulak Timur – Depok 6 b. Apa saja faktor penghambat dan pendukung pada Program Keterampilan Menjahit Oleh Koperasi Wanita Wira Usaha Bina Sejahtera di Bulak Timur – Depok

C. Tujuan dan Manfaat penelitian

1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Program Keterampilan Menjahit Oleh Koperasi Wanita Wira Usaha Bina Sejahtera di Bulak Timur – Depok. b. Untuk mengetahui apa saja faktor penghambat dan pendukung pada Program Keterampilan Menjahit Oleh Koperasi Wanita Wira Usaha Bina di Bulak Timur – Depok. 2. Manfaat Penelitian Sesuai penelitian di atas, maka manfaat dari peneitian ini adalah: a. Manfaat Akademis. 1 Sebagai bahan referensi tentang pengembangan masyarakat dan mutu pembelajaran di Fakutas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah. 2 Untuk memenuhi syarat-syarat menyelesaikan gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam S.Sos.I di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulllah Jakarta.