Kurikulum Pesantren Salaf Nasution, Asas-asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, h. 2

3 Suatu usaha untuk mencapaikan asas-asas dan ciri terpenting dari suatu rencana pendidikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan oleh guru di sekolah. 4 Tujuan-tujuan pengajaran, pengalaman balajar, alat-alat belajar dan cara- cara penilaian yang direncanakan dan digunakan dalam pendidikan 5 Suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mendapat tujuan pendidikan tertentu. 62 Sedangkan pengertian kurikulum menurut Undang-undang SISDIKNAS dan peraturan pelaksanaannya, bahwa kurikulum diartikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. 63 Dari berbagai definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan aktivitas dan kegiatan belajar yang direncanakan, diprogramkan bagi peserta didik di bawah bimbingan sekolah, baik di dalam maupun di luar sekolah.

2. Kurikulum Pesantren Salaf

Kurikulum dapat dipandang sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan intelektual siswa, khususnya kemampuan berpikir agar mereka dapat memecahkan segala masalah yang dihadapinya. Maka pendidikan diharapkan dapat mengubah setiap individu manusia dalam berpikir, berperasaan, dan berbuat. Oleh karena itu, pada hakikatnya dengan penggunaan kurikulum yang 62 Subandijah, Pengambangan dan Inovasi Kurikulum, Jakarta: Rajawali Press, 1996, h. 2 63 Undang-undang SISDIKNAS dan Peraturan Pelaksanaannya 2000-2004, Jakarta: Tamita Utama, 2004, h. 6 baik memiliki peranan dapat mengubah masyarakat pada umumnya serta memberi corak baru kepada masyarakat dalam bertindak dan berpikir. 64 Sebagai bagian struktur internal pendidikan Islam Indonesia, pesantren mempunyai kekhasan, terutama dalam fungsinya sebagai institusi pendidikan, di samping sebagai lembaga dakwah, bimbingan kemsyarakatan, dan bahkan perjuangan. Menurut Mukti Ali seperti yang telah dikutip oleh Amir Haidari, bahwa pola umum pendidikan Islam tradisionalsalaf mempunyai identitas sebagai berikut: a. Adanya hubungan akrab antara kyai dan santri b. Tradisi ketundukan dan kepatuhan seorang santri terhadap kyai c. Pola hidup sederhana zuhud d. Kemandiriaa atau independensi e. Berkembangnya iklim dan tradisi tolong menolong dan suasana persaudaraan f. Disiplin ketat g. Berani menderita untuk mencapai tujuan h. Kehidupan dengan tingkat religiusitas yang tinggi 65 Menurut Zarkasyi, bahwa pada beberapa lembaga pendidikan pesantren tidak dicanangkan secara rinci satuan program pengajaran. Hal ini dikarenakan program itu menjadi mutlak milik tokoh seorang kyai, sehingga target khusus yang diinginkan kurang jelas. Misalnya dalam jangka satu tahun santri harus memiliki kebebasan dalam memahami sebuah kitab tanpa dibatasi dengan usia maupun taarget tertentu. 66 64 Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000, h. 82 65 HM. Amir Haidari, dkk, Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan Kompleksitas Global, Jakarta: IRD Press, 2001, h. 15 66 Abdul Syukri Zarkasyi, M.A, Op Cit, h. 83 Meski pada satu sisi model ini mirip dengan sistem demokrasi pengajaran yang sedang menjadi wacana dewasa ini, namun di sisi lain memiliki kelemahan dapat menimbulkan terjadinya keterlambatan program pada proses pengajaran dan dampak yang paling parah adalah keterlambatan bagi para santri yang kurang disiplin menggunakan waktu, karena mereka cenderung menjadi santai tanpa terkontrol dengan adanya target waktu dan usia. 67 Pada lembaga pendidikan pesantren salaf, menurut Zarkasyi kurikulum sangatlah bervariasi, karena kurikulum pada model pesantren ini sangat ditentukan oleh pengelola lembaganya kyai. Tapi secara umum pengajaran pada lembaga pendidikan pesantren salaf adalah kitab-kitab klasik, terutama karangan ulama yang menganut faham syafi’iyah yang merupakan satu-satunya materi pengajaran yang diberikan dalam lingkungan lembaga pendidikan pesantren pada saat itu. Pada perkembangan selanjutnya, banyak lembaga pesantren yang telah memberi pengajaran ilmu-ilmu umum yang dianggap tidak menyimpang dari tujuan utamanya, yaitu mendidik para calon ulama yang tetap konsisten pada ajaran Islam. 68 Dengan adalnya variasi kurikulum, maka ada lembaga pendidikan pesantren yang lebih mengkhususkan diri pada bidang fiqih dan ushul fiqih, ada pula yang mengkhususkan di bidang nahwu sharaf, ada yang khusus di bidang ilmu Falaq, ada yang khusus di bidang Tasawuf. Bahkan pada perkembagan selanjutnya terdapat beberapa lembaga pendidikan pesantren yang khusus memunculkan 67 Ibid, h. 83 68 Ibid, h. 83 keahlian tidak hanya di bidang keagamaan, misalnya keahlian di bidang pertanian, pertukangan, koperasi, dan sebagainya. 69 Dari gambaran di atas, maka sudah barang tentu setiap lembaga pendidikan pesantren menetapkan sendiri kurikulumnya bila tidak menggunakan kurikulum nasional terutama pada bentuk lembaga terrpadi dengan madrasah. Karena itu lembaga pendidikan pesantren bebas menetapkan secara mandiri kitab-kitab yang harus diajarkan kepada para santrinya. Sebagai gambaran, pada umumnya kitab- kitab yang diajarkan oleh kebanyakan lembaga pendidikan pesantren dari tingkat yang dianggap terendah sampai pada kitab yanng dianggap tertinggi adalah: a. Nahwu Sharaf, terdiri dari Matan ‘Awamil, Matan Jurumiyah, Mutammimah, Imriti, dan Alfiyah ibn Malik, Matan Bina, Al Kailani, Mata Izi, Yaqulu, dan sebagaiya. b. Fiqih, terdiri dari Durus al Fiqih, Matan Taqrib, Al Bajuri, Fath al Mu’in atau I’anat al Thalibin. 70

B. Analisa Gagasan Nurcholish Madjid Tentang Kurikulum Pesantren Salaf