PENUTUP A. Perbandingan konsep dan implementasi jaminan pada akad pembiayaan mudharabahah dan musyarakat di Bank Syariah Mandiri cabang Warung Buncit
Pembiayaan perbankan syariah yang didasarkan pada akad bagi hasil, menempatkan bank sebagai pihak penyandang dana. Untuk iu bank berhak atas
kontraprestasi berupa bagi hasil sebesar nisbah terhadap pendapatan atau keuntungan yang diperleh oleh pemilik usaha mudhârib. Sedangkan apabila bank hanya
bertindak sebagai penghubung antara pengusaha dengan nasabah, maka ia berhak atas kontraprestasi berupa fee.
2
Bentuk penyaluran dana yang ditunjukan untuk kepentingan investasi dalam perbankan islam secara umum dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
musyârakah dan mudhârabah. Musyârakah adalah akad bagi hasil ketika dua atau lebih pengusaha milik danamodal bekerjasama sebagai mitra usaha, membiayai
investasi usaha baru atau yang sudah berjalan.
3
Musyârakah merupakan pembiayaan berdasarkan akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu,
dimana masing-masing pihak memberikan konstribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
Seorang mitra dapat melaksanakan kerja lebih banyak dari yang lainnya dan dalam hal ini ia boleh menuntut bagian keuntungan tambahan bagi dirinya. Pada
prinsipnya, dalam pembiayaan musyarakah tidak ada jaminan, namun untuk menghindari terjadinya penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan.
2
Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2007, h. 138.
3
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006, h. 51.
Jaminan pada dasarnya dalam sebuah kontrak bagi hasil mudhârabah, eksistensi dari jaminan tidak dibutuhkan, mengingat didalamnya sudah mengatur mengenai
risiko bagi para pihak ketika terjadi kerugian. Tingkat urgenitas dari jaminan ini adalah berkaitan dengan kekhawatiran shâhibul mâl mengenai kemungkinan
terjadinya penyelewengan yang dilakukan mudhârib. Dengan kata lain moral hazard menjadi faktor mengapa jaminan menjadi penting. Adanya jaminan juga diharapkan
dapat mengcover kemungkinan terjadinya total loss. Akan tetapi jaminan ini masih menjadi perdebatan para ulama
.
4
Mudhârabah adalah bentuk kerjasama antara dua atau lebih pihak di mana pemilik modal shâhibul mâl mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola
mudhârib dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerjasama dengan konstribusi 100 modal dari shâhibul mâl dan keahlian dari
mudhârib. Hasil usaha ini akan dibagi hasilkan berdasarkan nisbah yang disepakati.
5
Perbedaan yang esensial dari musyârakah dan mudhârabah terletak pada besarnya konstribusi atas manajemen dan keuangan. Dalam mudhârabah, modal
hanya berasal dari satu pihak. Sedangakan dalam musyârakah modal berasal dari dua pihak atau lebih.
4
Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, h. 134.
5
Karnaen Perwataatmadja, Apa dan bagaimana Bank Islam, Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1992, cet.1 h. 33.