51
C. Pengaruh CAR, FDR dan NPF terhadap Return Bagi Hasil Deposito
Mudharabah 1.
Capital Adequacy Ratio
CAR adalah rasio kecukupan modal yang harus disediakan untuk menjamin dana deposan. Tujuannya adalah agar likuiditaskemampuan bank
membayar kepada deposan cukup terjamin. Modal merupakan salah satu faktor penting dalam rangka pengembangan usaha bisnis dan menampung
resiko kerugian, semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung resiko dari setiap kreditaktiva produktif yang
berisiko. Jika nilai CAR tinggi sesuai ketentuan BI 8 maka bank tersebut mampu membiayai operasi bank, keadaan yang menguntungkan bank tersebut
akan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi profitabilitas dan tentunya akan meningkatkan return bagi hasil yang akan diterima oleh
nasabah deposan.
45
resiko bobot
bersih x tagihan
RWAATMR Capital
CAR =
2. Non Performing Financing
Setiap bank tidak mengharapkan terjadinya NPF, namun dalam kegiatan usaha, walaupun telah dilaksanakan dengan baik, pasti masih ada
45
Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi Yogyakarta : BPFF, 2002, h. 573
52 resiko-resiko lain yang tidak terprediksi sebelumnya dalam perencanaan awal.
Perkembangan pemberian pembiayaan yang paling tidak menggembirakan bagi pihak bank adalah apabila pembiayaan yang diberikannya ternyata
menjadi bermasalah. Hal ini terutama disebabkan oleh kegagalan pihak debitur memenuhi kewajibannya untuk membayar angsuran cicilan pokok
pembiayaan beserta bagi hasil yang telah disepakati oleh kedua belah pihak dalam perjanjian pembiayaan. NPF merupakan situasi dimana persetujuan
pengembalian kredit mengalami risiko kegagalan, bahkan menunjukkan kepada bank akan mengalami risiko kegagalan.
Ada beberapa pengertian pembiayaan bermasalah, yaitu : 1 Pembiayaan yang di dalam pelaksanaannya belum mencapaimemenuhi
target yang diinginkan oleh pihak bank; 2 Pembiayaan yang memiliki kemungkinan timbulnya risiko di kemudian
hari bagi bank dalam arti luas; 3 Mengalami kesulitan di dalam menyelesaikan kewajiban-kewajibannya,
baik dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya dan atau pembayaran bungadenda keterlambatan serta ongkos-ongkos bank yang menjadi
beban nasabah yang bersangkutan; 4 Kredit atau pembiayaan golongan perhatian khusus, kurang lancar,
diragukan dan macet serta golongan lancar yang berpotensi menunggak.
46
46
Veithzal Rivai, Credit Management Handbook Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2006, h.476
53 Kelancaran nasabah membayar angsuran pokok maupun bagi
hasilprofit margin pembiayaan menyebabkan adanya kolektabilitas pembiayaan dikategorikan menjadi 5 macam, yaitu :
47
1 Lancar atau Kolektabilitas 1 2 Kurang Lancar atau Kolektabilitas 2
3 Diragukan atau Kolektabilitas 3 4 Perhatian khusus atau Kolektabilitas 4
5 Macet atau Kolektabilitas 5 I’tikad nasabah untuk menyelesaikan kredit bermasalah, dinilai
berdasarkan penilaian mengenai kemauan dan kesediaannya, antara lain :
48
a. Berinisiatif dan aktif melakukan negosiasi dengan bank. b. Melakukan full disclosure mengenai keadaan perusahaan dan grupnya
kepada nasabah. c. Memikul beban kerugian yang akan ditetapkan sebagai hasil negosiasi.
d. Mempunyai rencana restrukturisasi atau menyampaikan rencana restrukturisan untuk dibicarakan dengan bank.
KAP Jumlah
3,4,5 itas
Kolektabil Produktif
Aktiva Gross
NPF =
NPF Nett = dikurangi dulu pembentukan PPA
47
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah Yogyakarta : AMPKN, 2005, h.165- 167
48
Opcit, h. 477.
54
3. Financing to Deposit Ratio