Pengertian Belajar dan Pembelajaran

b. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Belajar adalah kunci yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. 8 Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. 9 Kemudian Lester D. Crow mengemukakan, belajar ialah upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap-sikap. 10 Belajar dikatakan berhasil manakala seseorang mampu mengulangi kembali materi yang telah dipelajarinya, maka belajar seperti itu disebut ”rotelearning”. Kemudian, jika yang telah dipelajari itu mampu disampaikan dan diekspresikan dalam bahasa sendiri, maka disebut ”overlearning”. Secara umum belajar dapat dimaknai dengan suatu proses bagi seseorang untuk memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap. 11 James O. Wittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Belajar sering juga diartikan sebagai penambahan, perluasan, dan pendalaman pengetahuan, nilai dan sikap, serta keterampilan. 12 Sedangkan definisi belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 13 8 Muhibbin Syah. Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003, hlm. 59. 9 Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, hlm.10. 10 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2009, hlm.13. 11 Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Press, 2006, hlm.117. 12 Udin S. Wiranataputra, dkk, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Universitas Terbuka, 2007, hlm. 1.8. 13 Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2003, hlm. 2. Beberapa definisi para ahli tentang belajar, diantaranya adalah sebagai berikut:  Skiner dalam Barlow,1985 mengartikan belajar sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara prograsif.  M. Sobry Sutikno dalam bukunya Menuju Pendidikan Bermutu 2004, mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.  Thursan Hakim dalam bukunya belajar secara efektif 2002, mengartikan belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya fikir, dan lain-lain kemampuannya. 14  Witherington, belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaain atau suatu pengertian.  Menurut Hilgard dan Bower, dalam buku Theories of Learning 1975 mengemukakan, belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan sesaat seseorang. 15 14 Pupuh Fathurrohman, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: PT. Rineka Aditama, 2007, hlm 5. 15 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidika, Bandung: Remadja Karya, 1984, hlm. 81.  James O Wittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. 16 Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar pada hakikatnya adalah ”perubahan” yang terjadi dalam diri seseorang setelah melakukan aktifitas tertentu. Peruhahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi ada juga mengarah ketingkah laku yang lebih buruk. Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut. 17 Bertitik tolak dari berbagai pandangan sejumlah ahli tersebut mengenai belajar, meskipun diantara para ahli tersebut ada perbedaan mengenai pengertian belajar, namun baik secara eksplisit maupun implisit diantara mereka terdapat kesamaan maknanya, yaitu definisi manapun konsep belajar itu selalu menunjukan kepada ”suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan peraktek atau pengalaman tertentu”. Hal-hal pokok dalam pengertian belajar adalah belajar itu membawa perubahan tingkah laku, karena pengalaman dan latihan, perubahan itu pada pokoknya didapatkanya kecakapan baru, dan perubahan itu didapat karena usaha yang sengaja. 18 Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku dapat berupa memperoleh perilaku yang baru atau memperbaikimeningkatkan perilaku yang sudah ada dan dapat berupa yang positif atau negatif dan bukan perubahan yang bersifat sementara atau tiba-tiba terjadi kemudian menghilang. Perubahan itu didapat melalui mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati, memikirkan, menghayati, meniru, melatih dan mencoba sendiri atau berarti dengan pengalaman. Tingkah laku yang mengalami perubahan menyangkut semua aspek kepribadiantingkah laku individu, 16 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, hlm.104. 17 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2001, hlm. 30. 18 Syaiful Sagala, Op. Cit, hlm. 37. pengetahuan, kemampuan, keterampilan, kebiasaan, sikap, dan aspek lainnya. Proses yang terjadi yang membuat seseorang melakukan proses belajar disebut pembelajaran. Undang-undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa pembelajaran adalah “proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan su mber belajar pada suatu lingkungan belajar”. 19 Istilah pembelajaran merupakan istilah baru yang digunakan untuk menunjukkan kegiatan guru dan siswa. Sebelumnya kita menggunakan istilah “proses belajar-mengajar” dan “pengajaran”. Menurut Gagne, Bringgs, dan Wager 1992, pembelajaran adalah “serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa ” . 20 Pembelajaran lebih mengacu pada segala kegiatan yang berpengaruh langsung terhadap proses belajar siswa. Kalau kita menggunakan kata “pengajaran”, kita membatasi diri hanya pada konteks tatap muka antara guru dan siswa di dalam kelas. Sedangkan dalam istilah pembelajaran, interaksi siswa tidak dibatasi oleh kehadiran guru secara fisik. Siswa dapat belajar melalui bahan ajar cetak, program radio, program televisi atau media lainnya. Guru tetap memainkan peranan penting dalam merancang setiap kegiatan pembelajara. Dengan demikian pengajaran merupakan salah satu bentuk kegiatan pembelajaran. Pembelajaran adalah adanya interaksi. Interaksi tersebut antara siswa yang belajar dengan lingkungan belajarnya, baik dengan guru, siswa lainnya, tutor, media, atau sumber lainnya. Ciri lain dari pembelajaran adalah “adanya komponen-komponen yang saling 19 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah dan Pemudah, 2003 , hlm. 74. 20 Udin S. Wiranataputra, Op. Cit, hlm 1.19 berkaitan satu sama lain dan komponen-komponen tersebut adalah tujuan, materi, kegiatan, dan evaluasi pembelajaran”. 21 Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. 22 Sedangkan yang dimaksud dengan kegiatan pembelajaran adalah suatu usaha dan proses yang dilakukan secara sadar dengan mengacu pada tujuan pembentukan kompentensi, yang dengan sistematik dan terarah pada terwujudnya perubahan tingkah laku. 23 Pembelajaran mempunyai dua karakteristik yaitu: pertama, dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki aktifitas siswa dalam proses berfikir. Kedua, dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memberbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa, yang pada giliranya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri. 24 Tujuan pembelajaran mengacu pada kemampuan atau kompetensi yang diharapkan, dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran tertentu. Pandangan behavioristik tentang tujuan pembelajaran ditentukan tentang penambahan pengetahuan sedangkan pandanga konstruktivisme tujuan pembelajaran ditentukan tentang bagaimana belajar. Kegitan pembelajaran mengacu pada penggunaan pendekatan, strategi, metode, 21 Ibid, hlm. 1.19. 22 Syaiful, Op. Cit, hlm. 62. 23 Zurinal, Ilmu Pendidikan, Jakarta: LP UIN Jakarta, 2006. Loc. Cit. 24 Syaiful, Op. Cit, hlm 63. dan teknik, serta media dalam rangka membangun proses belajar, antara lain membahas materi dan melakukan pengalaman belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal. 25 Setiap tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran matematika pada dasarnya merupakan sasaran yang ingin dicapai sebagai hasil dari proses pembelajaran matematika tersebut, karena sasaran tujuan pembelajaran matematika tersebut dianggap tercapai, bila siswa telah memiliki sejumlah pengetahuan dan kemampuan dibidang matematika yang dipelajari. Bahan pelajaran matematika yang harus dipelajari harus bermakna, artinya bahan pelajaran harus sesuai dengan kemampuan dan struktur kognitif yang dimiliki siswa. Dengan kata lain, pelajaran matematika yang baru perlu dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah ada, sehingga konsep-konsep baru tersebut benar-benar terserap dengan baik. 26 Dari urain di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang disengaja atau upaya yang dirancang oleh pendidik dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan kelassekolah yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan belajar, serta terjadinya interaksi optimal antara guru dengan siswa, serta antara siswa dengan siswa. Sedangkan proses pembelajaranya bersifat exsternal yang sengaja direncanakan dan bersifat rekayasa perilaku atau perubahan perilaku siswa. Pembelajaran matematika harus memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman dalam belajar matematika.

2. Sikap Positif Siswa Terhadap Pelajaran Matematika.

Dokumen yang terkait

Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Kelas Vii-H

0 16 239

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER DENGAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer Dengan Peta Konsep Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika (PTK di

0 0 17

PEMBELAJARAN MODEL ADVANCE ORGANIZER DENGAN PETAKONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PEMBELAJARAN MODEL ADVANCE ORGANIZER DENGAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VII SMP NEGERI 3 SUKOHARJO.

0 1 8

PEMBELAJARAN MODEL ADVANCE ORGANIZER DENGAN PETAKONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PEMBELAJARAN MODEL ADVANCE ORGANIZER DENGAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VII SMP NEGERI 3 SUKOHARJO.

0 2 145

UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN Upaya Meningkatkan Kemandirian Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Model Pembelajaran Advance Organizer Dengan Peta Konsep (PTK Pembelajaran Matematika

0 0 17

UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER Upaya Meningkatkan Kemandirian Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Model Pembelajaran Advance Organizer Dengan Peta Konsep (PTK Pembel

0 0 14

Penggunaan Model Pembelajaran Advance Organizer untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP.

0 0 19

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK.

1 5 58

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL ADVANCE ORGANIZER BERBASIS MATERI PRASYARAT TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA.

0 8 51

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Model Pembelajaran Advance Organizer a. Pengertian Model Pembelajaran Advance Organizer - PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER TERHADAP SIKAP PERCAYA DIRI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN

0 1 26