Perumusan Masalah Ruang Lingkup Pembahasan Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori a. Tinjauan Pustaka

misalnya gabungan wago dengan kango, wago dengan gairaigo, atau kango dengan gairaigo. Klasifikasi kata berdasarkan asal-usulnya seperti ini disebut goshu Iwabuchi dalam Sudjianto,2007:99.

1.2 Perumusan Masalah

Penelitian ini mencoba menjelaskan masalah sinonim kata komu, konzatsu, man-in, dan ippai di dalam kalimat. Kata komu, konzatsu, man-in dan ippai memiliki makna yang sama yaitu ’penuh sesak’, tetapi masing-masing kata berbeda penggunaannya di dalam kalimat. Oleh sebab itu, pembelajar bahasa Jepang menemui kesulitan pada saat menggunakannya dalam kalimat. Untuk membahas masalah kata yang memiliki makna yang sama namun berbeda nuansanya dalam kalimat, maka penulis merumuskan masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan, sebagai berikut : 1. Apa makna kata komu, konzatsu, man-in, dan ippai. 2. Bagaimana penggunaan kata komu, konzatsu, man-in, dan ippai dalam kalimat bahasa Jepang. 3. Bagaimana persamaan dan perbedaan kata komu, konzatsu, man-in dan ippai dalam kalimat bahasa Jepang.

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Kata komu, konzatsu, man-in, dan ippai dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi ’penuh sesak’. Namun, keempat kata tersebut tidak dapat Universitas Sumatera Utara digunakan begitu saja karena harus disesuaikan dengan kondisi yang tepat pada sebuah kalimat. Oleh karena itu, penulis membatasi permasalahan sebagai berikut 1. Apa makna kata komu, konzatsu, man-in, dan ippai. 2. Bagaimana penggunaan kata komu, konzatsu, man-in, dan ippai dalam kalimat bahasa Jepang. 3. Bagaimana persamaan dan perbedaan kata komu, konzatsu, man-in dan ippai dalam kalimat bahasa Jepang.

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori a. Tinjauan Pustaka

Fokus dari penelitian ini analisis pemakaian sinonim kata komu, konzatsu, man-in, dan ippai serta persamaan dan perbedaannya. Untuk itu penulis menggunakan konsep atau definisi yang berkaitan dengan linguistik, terutama dalam bidang semantik. Hocket dalam Chaer, 2003:284 menyatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem yang kompleks dari kebiasaan-kebiasaan. Sistem bahasa ini terdiri dari lima subsistem, yaitu subsistem gramatika, subsistem fonologi, subsistem morfofonemik, subsistem semantik dan subsistem fonetik. Subsistem semantik bersifat periferal, karena makna yang menjadi objek semantik adalah sangat tidak jelas, tidak dapat diamati secara empiris, sebagaimana subsistem gramatika morfologi dan sintaksis. Chomsky dalam Chaer, 2003:285 menyatakan bahwa semantik merupakan salah satu komponen dari tata bahasa dua komponen lain adalah sintaksis dan fonologi, dan makna kalimat sangat ditentukan oleh Universitas Sumatera Utara komponen semantik ini. Sejak Chomsky menyatakan betapa pentingnya semantik dalam studi linguistik, semantik tidak lagi menjadi objek periferal, melainkan menjadi objek yang setaraf dengan bidang-bidang studi linguistik lainnya. Semantik sebagai studi tentang makna merupakan masalah pokok dalam komunikasi, dan karena komunikasi menjadi faktor yang penting di dalam organisasi sosial, kebutuhan untuk memahami semantik menjadi makin mendesak. Geoffrey Leech 1974:2 menyatakan semantik sebagai suatu cabang linguistik, yaitu studi tentang bahasa: sebagai wilayah studi yang sejajar dan berkaitan dengan sintaksis dan fonologi, yang masing-masing membicarakan pola formal dari bahasa, dan bagaimana pola itu dijabarkan menjadi bunyi. Sementara sintaksis dan fonologi menyelidiki struktur bahasa dengan kemungkinan ekspresinya, maka semantik menyelidiki makna yang dapat diekspresikan. Semantik memegang peranan penting, karena bahasa yang digunakan dalam komunikasi tiada lain hanya untuk menyampaikan suatu makna. Objek kajian semantik antara lain makna kata go no imi, relasi makna go no imi kankei, makna frase dalam suatu ideom ku no imi, dan makna kalimat bun no imi. Objek kajian yang berkaitan dengan masalah ini adalah relasi makna. Semantik dapat mencakup bidang yang luas, tetapi dalam hal ini ruang lingkup semantik berkisar pada hubungan ilmu makna itu sendiri di dalam linguistik, meskipun faktor nonlinguistik ikut mempengaruhi sebagai fungsi bahasa yang nonsimbolik emotif dan afektif. Semantik adalah studi suatu pembeda bahasa dengan hubungan proses mental atau simbiolisme dalam aktivitas bicara. Universitas Sumatera Utara Kosakata goi merupakan salah satu aspek kebahasaan yang harus diperhatikan dan dikuasai guna menunjang kelancaran berkomunikasi dengan bahasa Jepang baik dalam ragam lisan maupun dalam ragam tulisan Sudjianto,2007:97. Istilah goi sering disamakan dengan istilah tango, padahal kedua istilah itu masing-masing memiliki konsep yang berbeda. Tango adalah satuan terkecil dari bahasa yang memiliki arti dan fungsi secara gramatikal. Tango merupakan unsur kalimat, misalnya hana ’bunga’, ga ’partikel ga’, saku ’mekarberkembang’ dalam kalimat Hana ga saku ’bunga berkembang’. Sementara goi vocabulary adalah keseluruhan kata tango berkenaan dengan suatu bahasa atau bidang tertentu yang ada di dalamnya Shinmura dalam Sudjianto,2007:97. Kanji i pada kata goi adalah atsumeru koto ’kumpulan’ atau ’himpunan’. Oleh sebab itu goi dapat didefinisikan sebagai go no mure atau go no atsumari ’kumpulan kata’. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa goi adalah kumpulan kata yang berhubungan dengan suatu bahasa atau dengan bidang tertentu dalam bahasa itu. Kosakata goi dapat diklasifikasikan berdasarkan pada cara-cara,standar, atau sudut pandang apa kita melihatnya. Berdasarkan karakter gramatikal, kosakata dapat diklasifikasikan menjadi sepuluh kelas kata yaitu verba doushi, adjektiva-i keiyoushi, adjektiva-na keiyoudoushi, nomina meishi, prenomina rentaishi, adverbia fukushi, interjeksi kandoushi, konjungsi setsuzokushi, verba bantu jodoushi, dan partikel joushi Sudjianto, 2007:98. Universitas Sumatera Utara Karena bahasa itu digunakan untuk berbagai kegiatan dan keperluan dalam kehidupan bermasyarakat, maka makna bahasa itu menjadi bermacam- macam bila dilihat dari segi atau pandangan yang berbeda, antara lain makna leksikal, makna gramatikal, makna kontekstual, makna referensial, makna non- referensial, makna denotatif, makna konotatif, makna konseptual, makna asosiatif, makna kata, makna istilah, makna idiom, dan makna peribahasa. Dalam hal ini makna yang berkaitan dengan permasalahan ini adalah makna kontekstual. Makna kontekstual adalah makna sebuah kata atau leksem yang berada di dalam satu konteks.

b. Kerangka Teori