63
c. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas merupakan penyimpangan terhadap asumsi
homoskedastisitas, yaitu keberadaan varians yang tidak konstan dalam disturbance term untuk semua pengamatan. Dampak adanya hal tersebut
adalah tidak efisiennya proses estimasi, sementara hasil estimasinya sendiri tetap konsisten dan tidak bias serta akan mengakibatkan hasil uji t
dan uji F dapat menjadi tidak berguna misleading. Heteroskedastisitas terjadi apabila varian tidak konstan atau
berubah-ubah. Menurut Agus Widarjono 2009:235 permasalaahn heteroskedastisitas bisa diatasi dengan menggunakan metode GLS
Generalized Least Square. Metode GLS Generalized Least Square yang pada intinya memberikan
pembobotan kepada variasi data yang digunakan dengan kuadrat varians dari model sehingga dapat dikatakan dengan menggunakan GLS masalah
heteroskedastisitas sudah dapat teratasi.
4. Uji Signifikansi
a. Uji-F
Uji F dilakukan untuk melihat apakah semua variabel bebas mempengaruhi variabel terikat secara bersama-sama.
Untuk menentukan nilai F-tabel, tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 5 dengan derajat kebebasan degree of freedom df = n-k dan
64
k-1 dimana n adalah jumlah observasi, k adalah jumlah variabel termasuk intersep dengan kriteria uji yang digunakan adalah :
Jika F-hitung F-tabel α ; n-k; k-1, maka H
ditolak Jika F-hitung F-tabel
α ; n-k; k-1, maka H diterima
b. Uji-t
Uji-t digunakan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel bebas secara individual terhadap variabel terikat, dengan asumsi variabel
bebas yang lain konstan. Tanda + dan minus - menunjukkan arah hubungan yang terjadi, apakah perubahan variabel terikat searah positif
dengan perubahan variabel bebas atau berlawanan arah negatif. Untuk menentukan t-tabel ditentukan tingkat signifikansi 5 dengan
derajat kebebasan df = n – k – 1 dimana n adalah jumlah observasi dan k
adalah jumlah variabel termasuk intersep dengan kriteria uji sebagai berikut :
Jika t-hitung t-tabel α, n–k1, maka H
ditolak atau menerima H
a
Jika t-hitung t-tabel α, n–k–1, maka H
diterima atau menolak H
a
c. Adjusted R
2
Untuk menentukan seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen, maka perlu diketahui nilai koefisien
determinasi Adjusted R
2
. Nilai koefisien determinasi dapat menjelaskan
65
kebaikan dari regresi dalam memprediksi variabel dependen. Semakin tinggi nilai koefisien determinasi maka semakin baik kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan perilaku variabel dependen.
E. Operasional Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, terdapat dua jenis variabel yaitu variabel terikat dependent variable dan variabel bebas independent variable. Penelitian
ini menggunakan 1 variabel terikat dan 4 variabel bebas. Variabel terikat yang digunakan adalah rasio leverage LEV. Dan variabel bebas yang digunakan
adalah struktur aset, ukuran perusahaan, pertumbuhan, dan LDR. Definisi dari masing-masing variabel sebagai berikut :
1. Rasio Leverage LEV Leverage LEV merupakan hasil operasi pembagian
antara total hutang perusahaan dengan total aset yang dimiliki. Menurut Ross 2004, leverage merupakan rasio
dari :
Total Asset – Total Equity
Total Asset
66
2. Struktur Aset Asset Structure Struktur aset dapat menggambarkan adanya jaminan
yang dapat digunakan untuk memperoleh hutang guna membiayai pendanaan perusahaan. Struktur aset dapat
dirumuskan Januarino:2006
Asset Structure : Total Fixed Assets
Total Assets
3. Ukuran Perusahaan Firm Size Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya
aset yang dimiliki perusahaan. Mengacu pada penelitian Krishnan dan Moyer 1996 dalam Ariyanto 2011:57
ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan natural log of asset perusahaan atau dapat ditulis dengan
menggunakan rumus :
Ukuran Perusahaan : log total aset
4. Tingkat Pertumbuhan Growth Pertumbuhan dalam penelitian ini dihitung dengan
menggunakan prosentase
kenaikan atau
penurunan penjualan dari suatu periode ke periode berikutnya.
67
Pertumbuhan dapat diformulasikan sebagai berikut Januarino:2006
Rasio Pertumbuhan : nilai periode t
– nilai periode t-i nilai periode t-i
5. Likuiditas Liquidity LDR Loan to Deposit Ratio merupakan rasio yang
mengukur perbandingan jumlah kredit yang diberikan bank dengan
dana yang
diterima oleh
bank, yang
menggambarkan kemampuan bank dalam membayar kembali
penarikan dana
oleh deposan
dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber
likuiditasnya. Oleh karena itu, semakin tinggi rasionya memberikan indikasi rendahnya kemampuan likuiditas
bank tersebut, hal ini disebabkan jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar,
dengan rumusan sebagai berikut .Veithzal Rivai dkk, 2007 :724
LDR = Jumlah Kredit yang Diberikan
Total Dana Pihak Ketiga � 100