Tahun 1983 Tahun 1988 Tahun 1989 Tahun 1994

tindak pidana korupsi. Yang dimaksud dengan ”instansi yang berwenang” adalah Kepolisian, Kejaksaan, termasuk BPK, BPKP, KPKPN, Inspektorat pada Departemen atau Lembaga Pemerintah Non Departemen. Kerjasama antara Kejaksaan khususnya dengan BPKP, telah lama terjalin. Kerjasama antara BPKP dan Kejaksaan Agung RI sejak tahun 1983 yang dilegitimasi dalam beberapa peraturan, sebagai berikut :

I. Tahun 1983

1. Keppres No. 31 Tahun 1983 Pasal 44 hasil audit yang diperkirakan terdapat unsur tindak pidana korupsi, Kepala BPKP melapor kepada Jaksa Agung. 2. Inpres No. 15 Tahun 1983, Pasal 16 butir 2 huruf c : a. Tindak Pidana Umum, perkaranya diserahkan kepada Kepolisian RI. b. Tindak Pidana Khusus, perkaranya diserahkan kepada Kejaksaan RI.

II. Tahun 1988

1. Instruksi Kepala BPKP kepada Kepala Perwakilan BPKP di seluruh Indonesia No. INS-416 aK1998 tanggal 20 April 1988 tentang Pemantapan Kerjasama BPKP dan Kejaksaan. Dalam instruksi tersebut penanganan kasus tindak pidana korupsi sejak bahan awal, penyelidikan dan penyidikan dan prioritas penanganannya. 2. Instruksi Jaksa Agung kepada seluruh Kepala Kejaksaan Tinggi di seluruh Indonesia No. R-046A-641988 tanggal 20 April 1988 dalam upaya memantapkan kerjasama Kejaksaan dan BPKP dalam penanganan kasus yang Universitas Sumatera Utara berindikasi korupsi. Isi instruksi tersebut sama dengan instruksi Kepala BPKP. 3. Surat Edaran Deputi Bidang Pengawasan Khusus No. SE-213DVII1988 tanggal 22 April 1988 tentang upaya memantapkan kerjasama dengan Kejaksaan. Dalam surat edaran tersebut diatur bahwa bila hasil audit dijumpai adanya indikasi korupsi, sebelum LHPK terbit, agar disusun flow chart modus operandi secara lengkap sebagai bahan pembicaraan dengan pihak Kejaksaan Tinggi. Selain itu, diatur mengenai expose intern dan ekstern serta kesepakatan penanganan kasus tindak pidana korupsi oleh Kejaksaan.

III. Tahun 1989

Petunjuk Pelaksanan Jaksa Agung RI dan Kepala BPKP No. : Juklak- 001J.A.21989 dan No. : KEP-145K-1989 tanggal 25 Februari 1989 tentang upaya memantapkan kerjasama Kejaksaan dan BPKP dalam penanganan kasus yang berindikasi korupsi. Dalam juklak tersebut mengatur mekanisme kerjasama penanganan kasus berindikasi korupsi baik yang ditemukan BPKP maupun Kejaksaan sejak awal penyelidikan dan atau penyidikan.

IV. Tahun 1994

Keputusan Bersama Jaksa Agung RI dan Kepala BPKP No. : Kep- 017J.A21994 dan No. : Kep-42K1989 tanggal 25 Februari 1994 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kerjasama Kejaksaan dengan BPKP dalam Menangani Kasus yang menimbulkan Kerugian KeuanganKekayaan Negara. Dalam JUKLAK Kerjasama ini diatur mengenai mekanisme penanganan kasus dari hasil audit BPKP. Universitas Sumatera Utara

V. Tahun 2005

Dokumen yang terkait

Pendampingan Aparatur Sipil Negara Yang Terkait Tindak Pidana Korupsi Dalam Pelaksanaan Tugas Kedinasan Berdasarkan Permendagri No. 12 Tahun 2014 Di Lingkungan Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara

1 109 101

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Tindak Pidana Korupsi pada Program Konpensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak Infrastruktur Pedesaan (Studi Putusan MA No. 2093 K / Pid. Sus / 2011)

3 55 157

Analisis Gugatan bersifat in rem terhadap hasil tindak pidana korupsi pada sistem hukum Common Law

1 77 152

Kewenangan Jaksa Pengacara Negara Dalam Gugatan Pengembalian Kerugian Keuangan Negara Akibat Tindak Pidana Korupsi Yang Terdakwanya Meninggal Dunia (Studi Putusan No. Reg 02/Pdt. G/2010/PN.DPK)

0 55 105

Analisis Hukum Terhadap Dakwaan Tindak Pidana Korupsi Oleh Jaksa Penuntut Umum (Putusan Mahkamah Agung No.2642 K/Pid/2006)

0 37 127

Penerapan Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Secara Berlanjut (Studi Kasus No. 1636/Pid.B/2006/PN-MDN dan No. 354/PID/2006/PT-MDN)

5 123 163

Pertimbangan Hakim Terhadap Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Pejabat Negara (Studi Putusan Nomor : 01/Pid.Sus.K/2011/PN.Mdn)

2 43 164

TINJAUAN YURIDIS TENTANG KEWENANGAN BPK DAN BPKP MENGHITUNG KERUGIAN NEGARA DALAM RANGKA PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI.

0 1 12

TINJAUAN YURIDIS TENTANG KEWENANGAN BPK DAN BPKP MENGHITUNG KERUGIAN NEGARA DALAM RANGKA PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

0 0 12

OPTIMALISASI KEJAKSAAN DALAM PENGEMBALIAN KERUGIAN NEGARA AKIBAT TINDAK PIDANA KORUPSI

0 0 19