tindak pidana korupsi. Yang dimaksud dengan ”instansi yang berwenang” adalah Kepolisian, Kejaksaan, termasuk BPK, BPKP, KPKPN, Inspektorat pada Departemen
atau Lembaga Pemerintah Non Departemen. Kerjasama antara Kejaksaan khususnya dengan BPKP, telah lama terjalin.
Kerjasama antara BPKP dan Kejaksaan Agung RI sejak tahun 1983 yang dilegitimasi dalam beberapa peraturan, sebagai berikut :
I. Tahun 1983
1. Keppres No. 31 Tahun 1983 Pasal 44 hasil audit yang diperkirakan terdapat unsur tindak pidana korupsi, Kepala BPKP melapor kepada Jaksa Agung.
2. Inpres No. 15 Tahun 1983, Pasal 16 butir 2 huruf c : a. Tindak Pidana Umum, perkaranya diserahkan kepada Kepolisian RI.
b. Tindak Pidana Khusus, perkaranya diserahkan kepada Kejaksaan RI.
II. Tahun 1988
1. Instruksi Kepala BPKP kepada Kepala Perwakilan BPKP di seluruh Indonesia No. INS-416 aK1998 tanggal 20 April 1988 tentang Pemantapan Kerjasama
BPKP dan Kejaksaan. Dalam instruksi tersebut penanganan kasus tindak pidana korupsi sejak bahan awal, penyelidikan dan penyidikan dan prioritas
penanganannya. 2. Instruksi Jaksa Agung kepada seluruh Kepala Kejaksaan Tinggi di seluruh
Indonesia No. R-046A-641988 tanggal 20 April 1988 dalam upaya memantapkan kerjasama Kejaksaan dan BPKP dalam penanganan kasus yang
Universitas Sumatera Utara
berindikasi korupsi. Isi instruksi tersebut sama dengan instruksi Kepala BPKP.
3. Surat Edaran Deputi Bidang Pengawasan Khusus No. SE-213DVII1988 tanggal 22 April 1988 tentang upaya memantapkan kerjasama dengan
Kejaksaan. Dalam surat edaran tersebut diatur bahwa bila hasil audit dijumpai adanya indikasi korupsi, sebelum LHPK terbit, agar disusun flow chart modus
operandi secara lengkap sebagai bahan pembicaraan dengan pihak Kejaksaan Tinggi. Selain itu, diatur mengenai expose intern dan ekstern serta
kesepakatan penanganan kasus tindak pidana korupsi oleh Kejaksaan.
III. Tahun 1989
Petunjuk Pelaksanan Jaksa Agung RI dan Kepala BPKP No. : Juklak- 001J.A.21989 dan No. : KEP-145K-1989 tanggal 25 Februari 1989 tentang upaya
memantapkan kerjasama Kejaksaan dan BPKP dalam penanganan kasus yang berindikasi korupsi. Dalam juklak tersebut mengatur mekanisme kerjasama
penanganan kasus berindikasi korupsi baik yang ditemukan BPKP maupun Kejaksaan sejak awal penyelidikan dan atau penyidikan.
IV. Tahun 1994
Keputusan Bersama Jaksa Agung RI dan Kepala BPKP No. : Kep- 017J.A21994 dan No. : Kep-42K1989 tanggal 25 Februari 1994 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Kerjasama Kejaksaan dengan BPKP dalam Menangani Kasus yang menimbulkan Kerugian KeuanganKekayaan Negara. Dalam JUKLAK Kerjasama ini
diatur mengenai mekanisme penanganan kasus dari hasil audit BPKP.
Universitas Sumatera Utara
V. Tahun 2005