Rangkuman Tema Temuan Penelitian

71 coping, seperti browsing dan membaca informasi seputar glaukoma untuk antisipasi agar kondisinya tidak semakin parah. “…lalu saya browsing segala informasi tentang glaukoma. Koran lah apa semua saya baca kalau ada informasi tentang glaukoma .. “ 1. no. 159 – 165 . “untuk tau lebih jelasnya mbak, apa risikonya, gimana penanganannya.. jadi bisa antisipasi juga menghindari hal – hal yang bikin tambah parah kondisiku “ 1. no. 186 – 191 . Subjek K melakukan emotion focused coping untuk mengurangi dampak psikososial yang dialami dan sebagai upaya dalam menerima diri. Terkait dengan religiusitas, subjek K melakukan berdoa pada saat mengalami ketakutan, yang masih dilakukannya hingga saat ini jika tiba- tiba mengalami ketakutan jika mengalami kebutaan, dan merasakan ketenangan setelah berdoa. “.. saya jadi berusaha tenang berusaha nerima sakit saya, nerima kondisi saya jadi kayak lebih semangat mungkin ngadepi sakitnya, karena sudah tak coba terima jadi harus melawan rasa takut juga ya dengan berdoa “ 1. no. 250 –258 . “..jadi ya dengan berdoa pikirane tenang, neng ati yo adem jadi bisa nerima keadaan “ 1. no. 287 – 290 . Terkait dengan pemikiran subjek K juga berusaha menenangkan pikiran, tidak mengeluh, tdak menjadikan sakit sebagai beban, dan berusaha menerima keadaan. Dengan begitu, subjek mampu menjadi lebih tenang menerima kondisi yang dialaminya. “ … tapi muncul pikiran kalau emang sudah nggak bisa sembuh. ” 1. no. 57 – 59 . “ .. ya tak jalani aja mbak toh juga bantu juga buat nenangin pikiran, jadi 72 tenang dan nerimo … “ 1. no. 237 – 241 . “ya sedih itu cuma di awal lama – lama ya ilang gitu aja, mungkin karena udah terbiasa juga ya… 1. no. 295 – 298 . “ya saya nggak mau jadikan sakit ini sebagai beban .. “ 1. no. 400 – 401 . “lha iya kan jadi dibawa enteng pikirannya .. “ 1. no. 472 – 473 . Dalam upayanya menerima diri, dukungan sosial emosional yang diperolehnya dari pasangan dan orangtua mempengaruhi emotion focused coping subjek K. Dukungan sosial yang diterima subjek membuat ia semakin berusaha untuk tenang menghadapi sakitnya dan kondisi yang dialaminya sehingga menerima diri, tidak menjadikan sakit sebagai beban karena dengan nasehat yang kelurga berikan membuat subjek merasa pasangan dan orangtua memahami dan peduli atas kondisi yang ia alami. “…mereka akhirnya ngerti yang saya alami dan rasakan ” 1. no. 91 – 93 . “…mereka trus kasih saran - saran buat nggak maksain kemampuan mata.ya menasehati lah biar nggak semakin memburuk keadaannya ..“ 1. no. 206 – 212 . “ya lumayan senang karena mereka yo peduli buktinya memberi nasehat juga ” 1. no. 224 – 226 . “ya ngingetin udah pakai obat belum, ngingetin juga jangan lupa berdoa biar dikasih kekuatan untuk hadapi sakit ..” 1. no. 233 – 236 . “..Cuma menasehati dan buat saya tenang menghadapi apapun risiko yang akan saya alami ..” 1. no. 243 – 246 . Dalam prosesnya, subjek K dapat dikatakan mampu menerima diri karena subjek mampu mengelola mengatur emosi yang dirasakannya. Seperti merelaksasikan perasaan sedih dengan menenangkan pikiran.