Budaya Dan Media Televisi dalam komunikasi

Indonesia yang “bandel” menonton acara semacam itu. Kalau acara-acara semacam itu masih menjamur, artinya harus diakui bahwa selera mayoritas masyarakat kita masih begitu rendah. Sebaliknya, mungkin ada juga orang-orang dunia hiburan yang ingin membuat tayangan berkualitas namun lagi-lagi terbentur rating. Serial Arisan atau Jomblo mungkin cukup seru dan bermutu, namun harus bubar jalan. Barangkali ada yang pernah berniat membuat acara seperti Animal Planet atau National Geography namun terbentur biaya tinggi dan rating yang rendah. Ini memang sudah menjadi pembodohan terselubung yang dilakukan secara berjamaah. Kalau sudah begini, solusinya cuma dua. Pertama, sebisa mungkin minimalkan waktu Anda dan keluarga untuk menonton televisi dan batasi hanya untuk program-program tertentu saja. Kedua, pemerintah mustinya lebih keras membatasi tayangan televisi. Misal, 40 tayangan televisi harus bersifat edukatif dan film dan infotainment masing-masing hanya boleh 20 dan 5 saja. http:pranmedia470-kehadiran-mediadampaknya.htmlomosinet.comhiburan

2.2.6 Budaya Dan Media

Ada sejumlah besar karya dalam kajian budaya dan media yang teoretis dan tidak empiris. Teori dipahami sebagai narasi yang bertujuan memilah-milah dan menguraikan ciri-ciri umum yang mendeskripsikan, mendefinisikan dan menjelaskan kejadian-kejadian yang terus-menerus muncul. Teori tidak bisa memotret dunia realitas secara akurat,teori hanyalah sebuah alat, instrumen atau logika untuk mengatasi dunia realitas melalui mekanisme deskripsi, definisi, prediksi dan kontrol. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Konstruksi teori adalah usaha diskursif yang sadar-diri self-reflexive yang bertujuan menafsirkan dan mengintervensi dunia realitas. Konstruksi teori melibatkan pengkajian konsep dan argumen-argumen, seringkali juga pendefinisian-ulang dan mengkritik hasil kerja sebelumnya, untuk mencari alat-alat baru yang digunakan untuk berpikirmemahami dunia realitas. Hal ini mendapat tempat yang tinggi dalam kajian budaya dan media. Studi kultural atau cultural studies merupakan kelompok pemikiran yang memberikan perhatian pada cara-cara bagaimana budaya dihasilkan melalui perjuangan di antara berbagai ideologi littlejohn, 2005:324 . Studi kultural memberikan perhatiannya pula pada bagaimana budaya dipengaruhi oleh berbagai kelompokdominan dan berkuasa. Tradisi pemikiran cultural studies bermula berkarya Richard Hoggrat dan juga Raymond Williams pada tahun 1950-an, yang meneliti kaum pekerja di ingris usai perang Dunia II Richard, 1957. Namun, dewasa ini, nama Stuart Hall adalah adalah yang paling sering diasosiasikan dengan aliran pemikiran ini Hall, 1981. Menurut Hall, media adalah instrumen kekuasaan kelompok elit dan media berfungsi menyampaikan pemikiran kelompok yang mendominasi masyarakat, terlepas apakah pemikiran itu efektif atau tidak. Studi kultural menekankan pada gagasan bahwa media menjaga kelompok yang berkuasa untuk tetap memegang kontrol atas masyarakat, sementara mereka yang kurang berkuasa menerima apa saja yang disisakan kepada merfeka oleh kelompok yang berkuasa. Kajian budaya dan media dalam ranah efistimologi masih bersifat umum.Ia hidup dalam belantara diantara ilmu pengetahuan humaniora lainnya.Namun kajian Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. ini berupaya menggabungkan teori-teori budaya dan media secara kritis. Membahas media dalam perspektif budaya, adalah memahami cara-cara produksi budaya dalam pertarungan ideologi. Sebagai kajian lintas disiplin dan bertolak dari perspektif ideologis, maka kajian budaya dan media cultural studies and media secara kritis akan mengkaji proses-proses budaya alternatif pada media dalam menghadapi arus budaya. Secara lebih spesifik adalah untuk memahami apa yang menyebabkan budaya alternatif itu tumbuh atau atas ketidak berdayaan dalam menerima arus budaya global, dari kemajuan teknologi informasi. Kajian budaya dan media cultural studies and media sering disebut sebagai wilayah kajian multi-disiplin. Artinya kajian yang dimaksud lebih mengakar pada lintas disiplin ilmu humaniora. Kajian tersebut merupakan sebuah fenomena pascamodern dalam dunia akademis tentang mengaburnya batas-batas antar-disiplin ilmu.Jika dilihat dari sudut pandang nominalis disiplin’sebenarnya konsep ini hanyalah merupakan istilah untuk melegitimasi metode dan teori-teori dalam kajian yang bersangkutan.Kajian ini lebih melihat berbagai persoalan media dari perspektif budaya. Relasi kajian budaya dan media dengan kekuasaan dan politik, dengan keinginan akan perubahan lebih banyak merepresentasikan kondisi kelompok- kelompok sosial masyarakat yang terpinggirkan. Terutama kelompok kelas, gender dan ras tapi juga kelompok usia, kecacatan, kebangsaan, dsb pada kultur tertentu. Kajian budaya dan media cultural studies and media merupakan sebuah bangunan teori yang dihasilkan para pemikir yang menganggap produksi pengetahuan teoritis sebagai suatu praktik politis. Pada konstelasi ini pengetahuan tidak pernah dipandang sebagai sebuah fenomena yang bersifat netral atau objektif. Setiap fenomena Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. senantiasa di lihat sebagai persoalan posisional, yaitu persoalan dari mana, kepada siapa dan dengan tujuan apa seseorang bicara. Ciri kajian budaya dan media yang di anggap menonjol, di antaranya persoalan diskursif yang selalu mengedepan di lingkungan masyarakat kontemporer. Apa yang dimaksud dengan kajian budaya dan media adalah sebuah medan nyata di mana praktik dan representasi ”media” selalu di lihat dari sudut pandang perspektif budaya popular. Budaya itu sendiri merupakan bentukbentuk kontradiktif akal sehat yang sudah mengakar pada dan ikut membentuk kehidupan sehari-hari Hall, 1996: 439. Budaya berkaitan dengan makna-makna sosial, yaitu beragam cara yang lazim di gunakan untuk memahami dunia. Meski demikian, maknamakna sosial itu tidak dengan sendirinya berada di luar konteksnya. Melainkan makna-makna itu muncul lewat tanda,maupun petanda dalam bahasa. Dalam kajian budaya dan media selalu berargumen bahwa bahasa bukan sebuah medium yang netral tempat dibentuknya makna yang bersifat objektif dan independen. Bahasa justru terlibat dalam pembentukan makna dan pengetahuan tersebut. Bahasa memberi makna pada objek-objek material dan praktik-praktik sosial yang dibuat menjadi tampak. Dari bahasa tersebut bisa kita pahami berbagai istilah- istilah dan simbol simbol lainnya guna mereproduksi makna makna. Proses-proses produksi makna ini disebut praktik-praktik penandaan signifying practices, mempelajari kajian budaya dan media sama halnya dengan meneliti bagaimana makna diproduksi secara simbolik dalam bahasa sebagai ‘sistem penandaan’ dalam budaya popular. Media sebagai sebuah industri budaya modern yang di dalamnya mengandung makna komodifikasi ekonomi komersial sudah memenuhi katagori sebagai budaya popular pada lazimnya. Sebagai budaya popular, yang mendapat Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. perhatian lebih dalam kajian budaya dan media, maka ”media” merupakan salah satu medan di mana budaya popular itu terbentuk. Untuk memahami kekuasaan dan kesadaran terbentuknya budaya media, ada dua konsep yang sering digunakan dalam teksteks kajian budaya dan media.

2.3 Ibu Rumah Tangga Sebagai Khalayak Aktif

Dokumen yang terkait

Tayangan Wisata Kuliner di Televisi Terhadap Tindakan Menonton Ibu Rumah Tangga di Komp Rispa Kelurahan Gedung Johor Medan.

0 34 152

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dan Budaya Hukum (Suatu Tinjauan Antropologis)

0 32 6

POLA PERILAKU PENDAMPINGAN MENONTON TELEVISI OLEH IBU RUMAH TANGGA PADA PUTRAPUTRINYA

0 3 13

KEKERASAN RUMAH TANGGA DALAM FILM TELEVISI SINEMA INDOSIAR Kekerasan Rumah Tangga Dalam Film Televisi Sinema Indosiar (Analisis Isi Kekerasan dalam Rumah Tangga Dalam Film Televisi Sinema Indosiar Periode 27 Mei Hingga 2 Juni 2014).

0 2 19

PENDAHULUAN Kekerasan Rumah Tangga Dalam Film Televisi Sinema Indosiar (Analisis Isi Kekerasan dalam Rumah Tangga Dalam Film Televisi Sinema Indosiar Periode 27 Mei Hingga 2 Juni 2014).

0 17 47

KEKERASAN RUMAH TANGGA DALAM FILM TELEVISI SINEMA INDOSIAR Kekerasan Rumah Tangga Dalam Film Televisi Sinema Indosiar (Analisis Isi Kekerasan dalam Rumah Tangga Dalam Film Televisi Sinema Indosiar Periode 27 Mei Hingga 2 Juni 2014).

0 4 14

RECEPTION ANALYSIS” IBU RUMAH TANGGA DALAM MENONOTON FILM TELEVISI “SINEMA PINTU TAUBAT SIANG” DI TELEVISI INDOSIAR ( Studi Deskriptif Kualitatif Analisis Resepsi Ibu Rumah Tangga Terhadap Tayangan Kekerasan Di Film Televisi ).

0 0 6

LITERASI MEDIA IBU RUMAH TANGGA DALAM MEDIA PARENTING PADA ANAK MENONTON TELEVISI( Studi Deskriptif Kualitatif Literasi Media Ibu Rumah Tangga dalam Media Parenting Pada Anak Usia Dini Menonton Televisi di Surabaya ).

0 17 115

Motif Ibu Rumah Tangga Menonton Tayangan Sinetron (Studi Analisis Deskriptif Motivasi Ibu Rumah Tangga Di Setia Budi Tanjung Sari Pasar 1 Medan Dalam Menonton Tayangan Sinetron)

0 0 13

LITERASI MEDIA IBU RUMAH TANGGA DALAM MEDIA PARENTING PADA ANAK MENONTON TELEVISI( Studi Deskriptif Kualitatif Literasi Media Ibu Rumah Tangga dalam Media Parenting Pada Anak Usia Dini Menonton Televisi di Surabaya )

0 1 23