Analisis Data Ketiga, tahap ini peneliti melakukan interpretasi terhadap pengalaman

INFORMAN V Yeti 37 Tahun “ suami tetap sabar dan tegar , tapi anaknya tetap sayang pada ortunya” INFORMAN VI Alimah 45 Tahun “ dia tetap berusaha untuk mencarikan nafkah anak dan istrinya ” Dengan hasil jawaban informan mengenai dua pertanyaan saat FGD , peneliti memberi dua pertanyaan dari perilaku negatif dan perilaku positif dalam tayangan film televisi sinema pintu taubat siang di indosiar , maka informan menjawab seperti pernyataan diatas, maka peneliti memahami penerimaan dan pemaknaan khalayak ibu rumah tangga atas dua judul film “ Lupa Jadi Ibu ” dan “Suami Cacat Yang Teraniyaya ”yang ditayangkan oleh peneliti.

4.4 Analisis Data

Pada bagian ini peneliti akan menaparkan hasil Focus Group Disscusion dengan informan terkait, yang terdiri dari Ibu rumah tangga yang tamat pendidikan terakhir SMP, SMA, S1 dan dari segi ekonomi sedang dan tinggi terkait dengan pertanyaan umum mengenai penerimaan ibu rumah tangga tentang kekerasan di film televisi sinema pintu taubat indosiar. peneliti menggunakan analisis “ Reception Analysis ” Analisis mengfokuskan terhadap proses ini seorang individu mencoba memaknai dan memahami makna atas text media dan menginterprestasikan isi medianya. Teks media biasanya mengarahkan penerimaan khalayak ke arah yang diinginkan. Untuk mengetahui makna dominan yang ditawarkan oleh media, kita bisa Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. melakukan analisis struktur internal dari teks. Khalayak mungkin melakukan pembacaan alternatif yang berbeda dengan penerimaan yang ditawarkan oleh media. Biasanya perbedaan penerimaan muncul karena perbedaan posisi sosial danatau pengalaman budaya antara pembaca dan produsen media. Tema-tema yang muncul dibandingkan dengan preferred reading untuk kemudian dikelompokkan ke dalam tiga kelompok pemaknaan; dominant reading, oppositional reading dan negotiated reading. INFORMAN I Nur Hayati 45 tahun “Ya, saya suka menonton televisi , film sinema pintu taubat pada siang hari saat dirumah, film yang menggambarkan orang jahat , tapi dibalik semua itu ada balasannya.” INFORMAN II Nuriyati 49 Tahun “Ya, saya suka film itu. Karena film itu dapat diambil hikmanya bahwa, Memberi contoh kepada penonton agar tidak bersikap tercelah dan mencontoh perilaku yang baik, karena itu untuk pacuan mendidik keluarga dan anak ” INFORMAN III Nur Maharani 47 Tahun “ya, saya kadang- kadang lihat, sinema pintu taubat di indosiar itu film yang diambil dari kisah nyata , terkadang emang ada di kehidupan rumah tangga orang- orang, namun saya tidak suka dengan orang yang jahat-jahat biasanya di film itu, karena tidak tega” Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. INFORMAN IV Kasiati 50 Tahun “ya, film yang tentang orang islam itu kan..saya melihat film itu terkadang sambil masak atau setrika.., saya sukanya hanya pemeran baik saja, kalau yang jahat tidak medidik penontonya ” INFORMAN V Yeti 37 Tahun “Ya. Saya kadang melihatnya. Tapi, saya tidak suka menonton film itu” INFORMAN VI Alimah 45 Tahun “ya, saya melihat film itu. Film yang selalu ada orang jahat-jahatnya, jadi saya tidak seberapa suka dengan film itu, membuat hati ikut penasaran” Dari fokus permasalahan yang telah diteliti peneliti, yaitu menelusuri pemaknaan yang diberikan pemirsa televisi terhadap tayangan Sinema pintu taubat siang, ternyata peneliti menemukan resepsi yang dilakukan para informan terhadap tayangan Sinema pintu taubat siang sangat beragam. Dari penelitian yang sudah dilakukan, peneliti menemukan bahwa Informan II,III,VI menerima makna dominan yang di tawarkan oleh tayangan sinema pintu taubat siang. Dalam kategorisasi encodingdecoding Stuart hall, mereka masuk dalam kategori Dominant-Hegemonic Position. Yaitu, audience TV mengambil makna yang mengandung arti dari program TV dan meng-decode-nya sesuai dengan makna yang dimaksud preferred reading yang ditawarkan teks media. Audience Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. sudah punya pemahaman yang sama, tidak akan ada pengulangan pesan, pandangan komunikator dan komunikan sama, langsung menerima. Dari pengamatan informan II “Ya, saya suka film itu. Karena film itu dapat diambil hikmanya bahwa, Memberi contoh kepada penonton agar tidak bersikap tercelah dan mencontoh perilaku yang baik, karena itu untuk pacuan mendidik keluarga dan anak” masuk dalam kategori Dominant-Hegemonic Position. Karena informan telah mengambil makna sesuai yang ditawarkan teks media. Bahwa informan II menerima “karena itu untuk pacuan mendidik keluarga dan anak” informan II ini menganggap bahwa teks media yang ditawarkan oleh tayangan ini adalah tayangan pendidik keluarga atau film televisi yang mendidik. Sedangkan informan III dan VI memiliki alasan menonton film sinema pintu taubat, informan mengatakan “ya, saya kadang- kadang lihat, sinema pintu taubat di indosiar itu film yang diambil dari kisah nyata , terkadang emang ada di kehidupan rumah tangga orang-orang, namun saya tidak suka dengan orang yang jahat-jahat biasanya di film itu, karena tidak tega” sedangkan informan VI “ya, saya melihat film itu. Film yang selalu ada orang jahat-jahatnya, jadi saya tidak seberapa suka dengan film itu, membuat hati ikut penasaran” kedua informan tersebut membawa pesan teks media masuk kedalam hati “karena tidak tega” dan “membuat hati ikut penasaran” kedua informan ini memiliki alasan sama yaitu Audience sudah punya pemahaman yang sama, pandangan komunikator dan komunikan sama, langsung menerima. Pendapat informan setuju tidaknya akan ada tayangan film seperti ini dapat dilihat dari pendapat ketiga informan “setuju, karena dengan adanya film sinema pintu taubat, kita dapat mengambil pelajaran dan hikma dari film tersebut” sedangkan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. informan III, VI “setujunya biar jadi pelajaran wanita-wanita yang lain bahwa, siapa yang melakukan keburukan pasti ada balasannya atsau azab kalau tidak segera bertobat” dan ““setuju, supaya ibu-ibu semua bisa mendidik anak-anaknya dan menjada keharmonisan keluarga dengan baik” pendapat Informan II,III,VI ketika peneliti memberikan pertanyaan “setujukah apabila film tersebut ditayangkan?”menujukan bahwa informsan tersebut memaknai program acara tersebut sejalan dengan kode-kode program yang didalamnya terkandung nilai-nilai, sikap, keyakinan dan asumsi dan secara penuh menerima makna yang disodorkan dan dikehendaki oleh si pembuat peogram Pengamatan yang telah dilihat Informan I “Ya, saya suka menonton televisi , film sinema pintu taubat pada siang hari saat dirumah, film yang menggambarkan orang jahat , tapi dibalik semua itu ada balasannya” sejauh ini menunjukkan apa yang ditampilkan oleh sinema pintu taubat sesuai dengan kenyataan yang ada tetapi informan I,VI berada dalam posisi Negotiated Position. Yaitu, mayoritas audience memahami hampir semua apa yang telah didefinisikan dan ditandakan dalam program TV. Audience bisa menolak bagian yang dikemukakan, di pihak lain akan menerima bagian yang lain. Peneliti menilai bahwa Informan I adalah seorang yang realis. Dimana informan telah mengaitkan bahwa acara film televisi sinema pintu taubat adalah film yang menampilkan penganiyayaan rumah tangga, yang diperankan oleh sesorang yang berperan jahat, namun dalam film itu seperti yang di terima informan I “tapi dibalik semua itu ada balasannya” bahwa dalam film sinema pintu taubat ,film yang memberikan pelajaran bahwa setiap perbuatan jahat akan mendapat balasan setimpal dari tuhan. Informan I ini mengakui legitimasi dari kode dominan, Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. tapi mengadaptasi pembacaan sesuai kondisi sosial mereka.artinya informan I pada dasarnya menerima apa yang ditawarkan oleh teks media tapi apabila dilihat dari sudut pandang setuju tidaknya atas tayangan informan I “tidak setuju, karena film atau sinema di indosiar itu... kebanyakan contoh yang tidak baik” . sementara itu informan IV, bependidikan akhir SMA daripada I,II yang berlatar belakang pendidikan akhir SI, informan IV mengatakan “ya, film yang tentang orang islam itu kan..saya melihat film itu terkadang sambil masak atau setrika.., saya sukanya hanya pemeran baik saja, kalau yang jahat tidak medidik penontonya ” kedua informan ini awalnya ini mengakui legitimasi dari kode dominan, tapi mengadaptasi pembacaan sesuai kondisi sosial mereka. Dilihat dari segi setuju tidak adanya tayangan yang mengandung nilai kekerasan tersebut, informan IV memberikan alasan : “kalau bisa jangan, jangan menayangkan film kurang baik, suapaya tidak diconntoh oleh anak- anak kita yang melihat” pemakna memiliki batasan-batasan tertentu dan sejalan dengan kode-kode program, pada dasarnya menerima makna yang disodorkan oleh si pembuat program namun memodifikasikannya sedemikian rupa sehingga mencerminkan posisi dan minat-minat pribadinya. Ada perbedaan yang mengkaitkan kedua Informan ini masuk dalam kategori dominant-hegemonic position, yaitu kedua Informan adalah orang yang memiliki perbedaan karakteristik sebagai orang yang realis. Mereka pernah melihat, merasakan, dan mendengar dalam kejadian nyata. Sehingga mereka melihat dengan apa yang ditampilkan oleh film televisi sinema pintu taubat dan memiliki rasa kepuasan terhadap tayangan tersebut, karena memiliki alasan dan memahami makna dari film religi itu. Sementara itu, Informan I,IV, berada dalam posisi Negotiated Position. Yaitu, mayoritas audience memahami Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. hampir semua apa yang telah didefinisikan dan ditandakan dalam program TV. Audience bisa menolak bagian yang dikemukakan, di pihak lain akan menerima bagian yang lain. Baik Informan I,IV tidak menerima dengan menolaknya persetujuan adanya tayangan kekerasan pada film sinema pintu taubat di tayangkan di televisi terus-menerus. Mereka memiliki pengetahuan yang cukup untuk dapat bersikap kritis, dengan tidak terpengaruh oleh apa yang ditawarkan oleh media. Mereka memilih dan memilah apa-apa saja yang dan memilah apa-apa saja yang dapat diterima dan ditolak. Berbeda dengan semua informan, Informan V berada dalam posisi oppositional position. Dalam bentuk ekstrem mempunyai pandangan yang berbeda, langsung menolak karena pandangan yang berbeda. Informan ini mengatakan ““Ya. Saya kadang melihatnya. Tapi, saya tidak suka menonton film itu” infoman ini tidak menyukai tayangan ini,“mohon tidak tayang, karena membuat kita terbawa cerita” kareana informan beranggapan bahwa tayangan film tersebut menjadikan seseorang terbawa cerita atau terbawa suasana. Informan V berasal dari latar belakang pendidikan akhir SMA dengan kondisi keluarga tergolong ekonomi tinggi. Informan V memiliki pandangan sendiri bahwa film tersebut , beliau tidak suka karena dianggapnya tayangan kurang baik, informan mengkeritik film ini dengan “tolong buat FTV yang baik-baik” Di samping itu dia memiliki keyakinan sebagai umat muslim yang kuat. Hal ini membuat dia tidak gampang masuk dalam agenda media. Ini diakuinya, dia bukan orang yang suka melihat film televisi religi yang diagendakan oleh media. Sehingga dia tidak mengidolakan acara ini. Dia tidak Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. memiliki harapan apa-apa terhadap acara ini. Yang bisa dia dapatkan dalam acara ini hanya hiburan semata. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 90 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Tayangan Wisata Kuliner di Televisi Terhadap Tindakan Menonton Ibu Rumah Tangga di Komp Rispa Kelurahan Gedung Johor Medan.

0 34 152

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dan Budaya Hukum (Suatu Tinjauan Antropologis)

0 32 6

POLA PERILAKU PENDAMPINGAN MENONTON TELEVISI OLEH IBU RUMAH TANGGA PADA PUTRAPUTRINYA

0 3 13

KEKERASAN RUMAH TANGGA DALAM FILM TELEVISI SINEMA INDOSIAR Kekerasan Rumah Tangga Dalam Film Televisi Sinema Indosiar (Analisis Isi Kekerasan dalam Rumah Tangga Dalam Film Televisi Sinema Indosiar Periode 27 Mei Hingga 2 Juni 2014).

0 2 19

PENDAHULUAN Kekerasan Rumah Tangga Dalam Film Televisi Sinema Indosiar (Analisis Isi Kekerasan dalam Rumah Tangga Dalam Film Televisi Sinema Indosiar Periode 27 Mei Hingga 2 Juni 2014).

0 17 47

KEKERASAN RUMAH TANGGA DALAM FILM TELEVISI SINEMA INDOSIAR Kekerasan Rumah Tangga Dalam Film Televisi Sinema Indosiar (Analisis Isi Kekerasan dalam Rumah Tangga Dalam Film Televisi Sinema Indosiar Periode 27 Mei Hingga 2 Juni 2014).

0 4 14

RECEPTION ANALYSIS” IBU RUMAH TANGGA DALAM MENONOTON FILM TELEVISI “SINEMA PINTU TAUBAT SIANG” DI TELEVISI INDOSIAR ( Studi Deskriptif Kualitatif Analisis Resepsi Ibu Rumah Tangga Terhadap Tayangan Kekerasan Di Film Televisi ).

0 0 6

LITERASI MEDIA IBU RUMAH TANGGA DALAM MEDIA PARENTING PADA ANAK MENONTON TELEVISI( Studi Deskriptif Kualitatif Literasi Media Ibu Rumah Tangga dalam Media Parenting Pada Anak Usia Dini Menonton Televisi di Surabaya ).

0 17 115

Motif Ibu Rumah Tangga Menonton Tayangan Sinetron (Studi Analisis Deskriptif Motivasi Ibu Rumah Tangga Di Setia Budi Tanjung Sari Pasar 1 Medan Dalam Menonton Tayangan Sinetron)

0 0 13

LITERASI MEDIA IBU RUMAH TANGGA DALAM MEDIA PARENTING PADA ANAK MENONTON TELEVISI( Studi Deskriptif Kualitatif Literasi Media Ibu Rumah Tangga dalam Media Parenting Pada Anak Usia Dini Menonton Televisi di Surabaya )

0 1 23