Uji buih Reaksi Liebermann-Burchard

Kecambah kedelai yang berwarna kekuningan setelah hidrolisis berubah menjadi coklat. Namun untuk lebih memastikan terjadinya hidrolisis, maka dapat dilakukan perbandingan KLT sebelum dan sesudah hidrolisis. Biasanya harga Rf suatu senyawa setelah dihidrolisis akan lebih rendah. Maka dari itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan telah terjadinya hidrolisis saponin pada kecambah kedelai dan Succus Liquiritae. Pembanding yang digunakan dalam penelitian ini adalah Succus Liquiritae. Serbuk Succus Liquiritae diperlakukan sama dengan sampel kecambah kedelai. Succus Liquiritae merupakan ekstrak kering akar segar Glycyrrhiza glabra L. yang mengandung saponin glisirisin. Saponin glisirisin dari Succus Liquiritae terhidrolisis dalam suasana asam menghasilkan aglikon asam β-glisiretinat yang merupakan derivat triterpen pentasiklik dengan tipe β-amirin dan glikon berupa 2 mol asam glukoronat Anonim, 1995b ; Robbers, et al, 1996 ; Stahl, 1973. Saponin dari Succus Liquiritae inilah yang digunakan sebagai pembanding terhadap saponin kecambah kedelai karena menurut uji pendahuluan dengan reaksi Lieberman-Burchard dan reaksi Salkowski, kecambah kedelai mengandung senyawa saponin triterpenoid. Dengan alasan ini, Succus Liquiritae digunakan sebagai pembanding untuk melihat apakah saponin kecambah kedelai mempunyai tipe yang sama dengan dari Succus Liquiritae. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI H O H C O O H O Gambar 8 : Kerangka asam glisiretinat O OH OH COOH OH H O H O OH O OH COOH COOH H+ Kalor H O H C O O H O glisirisin asam glisirizinat asam glisiretinat + O OH COOH OH OH H O H O OH OH COOH 2 mol asam glukoronat Gambar 9 : Mekanisme hidrolisis Succus Liquiritae dalam suasana asam

F. Ekstraksi Saponin Kecambah Kedelai dan Succus Liquiritae

Hidrolisat yang diperoleh dari hidrolisis didinginkan untuk selanjutnya diekstraksi. Ekstraksi dilakukan dengan penyari kloroform sebanyak 3 x 30 ml dengan alasan agar semua hasil hidrolisis tersari oleh kloroform. Pemakaian kloroform dipilih karena saponin larut dengan baik dalam pelarut non polar, selain itu karena kloroform tidak campur dengan air dan mudah diuapkan. Setelah penyarian dengan kloroform, fraksi kloroform kecambah kedelai dan Succus Liquiritae yang terkumpul ditambahkan natrium sulfat anhidrat, diaduk, kemudian disaring. Tujuan penambahan natrium sulfat anhidrat adalah untuk menarik sisa-sisa air yang kemungkinan masih ada di dalam ekstrak. Kemudian filtrat diuapkan di atas penangas air untuk dilakukan pemeriksaan berikutnya.

G. Pemeriksaan Pendahuluan Saponin dengan KLT

Pemeriksaan pendahuluan dengan KLT dimaksudkan untuk membandingkan adanya saponin yang sama antara fraksi kloroform kecambah kedelai dan pembanding fraksi kloroform Succus Liquiritae. Fase diam yang digunakan adalah silika gel GF 254 dan fase gerak kloroform:metanol 95:5 vv. Silica gel GF 254 merupakan silica gel yang mengandung perekat CaSO 4 dan indikator fluoresensi, sehingga jika dideteksi pada UV 254 nm silica gel akan berfluoresensi sedangkan bercaknya akan memadamkan fluoresensi. Fase gerak yang digunakan bersifat non polar sehingga sistem KLT ini merupakan kromatografi fase normal. Saponin setelah proses hidrolisis cenderung bersifat non polar, sehingga dengan fase gerak yang digunakan juga bersifat non polar diharapkan saponin terelusi dengan baik. Fraksi kloroform kecambah kedelai dan Succus Liquiritae masing ditotolkan 10 µl dengan menggunakan mikropipet gambar 9 dan Tabel II.