berlangsung. Meski dia adalah manusia, tetapi bila hidup seorang diri, tidak bermasyarakat, maka tidak ada komunikasi, karena dia tidak
berbicara dengan siapapun. Dalam pengertian pragmatis, komunikasi mengandung tujuan
tertentu; ada yang dilakukan secara lisan, tatap muka, atau via media massa maupun media nonmassa, misalnya surat, telepon dan sebagainya.
Jadi, komunikasi dalam pengertian pragmatis bersifat intensional, mengandung tujuan tertentu, yang diawali dengan suatu perencanaan.
Entah komunikasi itu dengan maksud untuk memberi tahu, mengubah sikap, pendapat atau perilaku orang lain. Jadi, dalam perspektif pragmatis,
“komunikasi adalah proses penyempaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap,
pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media”
2.1.2. Fungsi Komunikasi
Fungsi komunikasi sebagai komuniksi sosial setidaknya mengyisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep
diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperolah kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat
komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi kita berkerjasama dengan anggota
masyarakat keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, RW, desa, kota dan negara secara keseluruhan untuk mencapai tujuan bersama.
Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia, bisa dipartikan akan “tersesat”, karena ia tidak berkesempatan menata dirinya
dalam suatu lingkungan sosial Mulyana, 2001:5. Komuniksilah yang memungkinkan individu membangun suatu kerangka rujukan dan
menggunakannya sebagai panduan untuk menafsirkan situasi apapun yang ia hadapi. Komunikasi pula yang memungkinkannya mempelajari dn
menerapkan strategi-strategi adaptif untuk mengatasi situasi-situasi problematik yang ia masuki. Tanpa melibatkan diri dalam komunikasi,
seseorang tidak akan tahu bagaimana makan, minum, berbicara sebagai manusia dan memperlakukan manusia lain secara beradab, karena cara-
cara berperilaku tersebut harus dipelajari lewat pengasuhan keluarga dan pergaulan dengan orang lain yang intinya adalah komunikasi.
2.1.3. Proses Komunikasi
Dalam menyusun suatu strategi komuniksi untuk dioperasikan dengan taktik-taktik komunikasi sebagai penjabaran, pertama-tama ia
harus menghayati proses komunikasi yang akan ia lancarkan. Dalam proses komunikasi harus berlangsung secara “berputar”, tidak “melurus”;
ini berarti identik sebagai ekspresi dari panduan dan peristiwa yang kemudian berbentuk pesan, setelah sampai kepada komunikan, harus
diusahakan agar efek komunikasinya dalam bentuk tanggapan harus menjadi umpan balik. Dengan kata lain perkataan komunikator harus tahu
efek atau akibat dari komunikasi yang dilancarkannyaitu; apakah positif sesuai dengan tujuan, ajakah negatif. Jika setelah dievaluasi umpan balik
komunikasinya itu positif, maka pola komunikasi yang sama dapat dipergunakan lagi untuk pesan lain yang harus dikomunikasikan, bila
ternyata negatif, pada gilirannya harus diteliti faktor-faktor penghambat yang menyebabkan kegagalan komunikasinya itu Effendy, 2003:310.
2.1.4. Strategi Komunikasi