Tahap Percobaan Uji Respon Hipersensitivitas Tipe Lambat
Ket. Kel. kontrol : kontrol negatif Kel. I
:Ekstrak etanol jahe emprit dosis 2,0 mL200 g BB Jahe 100 Kel. II
:Madu kelengkeng dosis 0,2 mL200 g BB + Ekstrak etanol jahe emprit dosis 1,5 mL200 g BB Madu 25 : Jahe 75
Kel. III :Madu kelengkeng dosis 0,3 mL200 g BB + Ekstrak etanol jahe emprit dosis 1,0
mL200 g BB Madu 50 : Jahe 50 Kel. IV
:Madu kelengkeng dosis 0,5 mL200 g BB + Ekstrak etanol jahe emprit dosis 0,5 ml200 g BB Madu 75 : Jahe 25
Kel. V :Madu kelengkeng dosis 0,6 mL200 g BB Madu 100
Tabel V. Hasil Analisis Uji Post-Hoc Tukey Respon Hipersensitivitas Tipe Lambat setelah
Pemberian Campuran Madu Kelengkeng dan Ekstrak Etanolik Jahe Emprit Tahap Percobaan
Kelompok Perlakuan
Kontrol I
II III
IV V
Kontrol -
BTB BTB
BB BTB
BTB I
BTB -
BTB BTB
BTB BTB
II BTB
BTB -
BTB BTB
BTB III
BB BTB
BTB -
BTB BTB
IV BTB
BTB BTB
BTB -
BTB V
BTB BTB
BTB BTB
BTB -
Ket. Kel. kontrol : kontrol negatif Kel. I
:Ekstrak etanol jahe emprit dosis 2,0 mL200 g BB Jahe 100 Kel. II
:Madu kelengkeng dosis 0,2 mL200 g BB + Ekstrak etanol jahe emprit dosis 1,5 mL200 g BB Madu 25 : Jahe 75
Kel. III :Madu kelengkeng dosis 0,3 mL200 g BB + Ekstrak etanol jahe emprit dosis 1,0
mL200 g BB Madu 50 : Jahe 50 Kel. IV
:Madu kelengkeng dosis 0,5 mL200 g BB + Ekstrak etanol jahe emprit dosis 0,5 ml200 g BB Madu 75 : Jahe 25
Kel. V :Madu kelengkeng dosis 0,6 mL200 g BB Madu 100
BB : Berbeda bermakna; BTB : Berbeda tidak bermakna
Tabel VI. Persen Peningkatan Respon Hipersensitivitas Tipe Lambat Dibanding Kontrol Negatif Tahap Percobaan
Kelompok Perlakuan Peningkatan Aktivitas Respon
Hipersensitivitas Tipe Lambat Kelompok I
162,22 Kelompok II
144,44 Kelompok III
197,77 Kelompok IV
131,11 Kelompok V
164,44 Ket. Kel. kontrol : kontrol negatif
Kel. I :Ekstrak etanol jahe emprit dosis 2,0 mL200 g BB Jahe 100
Kel. II :Madu kelengkeng dosis 0,2 mL200 g BB + Ekstrak etanol jahe emprit dosis 1,5
mL200 g BB Madu 25 : Jahe 75 Kel. III
:Madu kelengkeng dosis 0,3 mL200 g BB + Ekstrak etanol jahe emprit dosis 1,0 mL200 g BB Madu 50 : Jahe 50
Kel. IV :Madu kelengkeng dosis 0,5 mL200 g BB + Ekstrak etanol jahe emprit dosis 0,5
ml200 g BB Madu 75 : Jahe 25 Kel. V
:Madu kelengkeng dosis 0,6 mL200 g BB Madu 100
Hasil uji statistik one-way ANOVA Tabel IV menunjukkan nilai p = 0,025 p 0,05, hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan bermakna antara
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dan pada Tabel V menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna p 0,05 antara kelompok kontrol
negatif terhadap kelompok III yang terdiri dari campuran madu kelengkeng dosis 0,3 mL200 g BB + ekstrak etanol jahe emprit dosis 1,0 mL200 g BB namun
tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan lainnya. Hasil uji statistik tersebut menunjukkan bahwa
pemberian campuran madu kelengkeng dosis 0,3 mL200 g BB + esktrak etanol rimpang jahe emprit dosis 1,0 mL200 g BB berpengaruh terhadap respon
hipersensitivitas tipe lambat, yaitu berupa peningkatan volume bengkak pada kaki tikus sebesar 0,89±0,052 Tabel IV, Gambar 3. Tabel VI juga menunjukkan
bahwa kelompok III campuran madu kelengkeng 0,3 mL200 g BB + ekstrak etanolik jahe emprit 1,0 mL200 g BB memiliki nilai persentase peningkatan
paling tinggi terhadap kontrol negatif bila dibandingkan dengan kelompok I dan kelompok V yang merupakan senyawa tunggalnya yaitu ekstrak etanol jahe
emprit 2,0 mL200 g BB dan madu kelengkeng 0,6 mL200 g BB. Berdasarkan hasil analisis ini, maka dapat dikatakan bahwa campuran madu kelengkeng dan
ekstrak etanolik rimpang jahe emprit berpengaruh pada respon hipersensitivitas tipe lambat. Diantara ketiga kelompok dosis campuran tersebut kelompok II, III,
dan IV, kelompok III-lah yang memiliki pengaruh peningkatan respon hipersensitivitas tipe lambat paling tinggi.
Kandungan pada madu yang diketahui memiliki pengaruh terhadap sistem imun adalah senyawa flavonoid. Hal tersebut didukung oleh pernyataan
Middleton et al 2000 yang menguraikan tentang efek dari flavonoid terhadap sel-sel imun seperti sel T, sel B, makrofag, sel NK, basofil, sel mast, neutrofil,
eosinofil, dan platelet. Flavonoid berperan sebagai antioksidan bagi tubuh sehingga menyebabkan flavonoid dapat menetralisir radikal bebas dan
mendukung sistem kekebalan tubuh manusia pada tingkat seluler. Kandungan pada jahe yang diketahui berperan dalam sistem imun terdapat
pada kandungan oleoresin, dimana dalam oleoresin terkandung komponen senyawa gingerol, shogaol, zingerone, resin, dan juga minyak atsiri. Kandungan
oleoresin inilah yang banyak dimanfaatkan dalam industri farmasi dan untuk memperoleh kandungan oleoresin paling banyak adalah melalui proses ekstraksi.
Seperti yang dinyatakan oleh Radiati et al 2003 bahwa konsumsi ekstrak jahe dalam suatu minuman fungsional atau obat tradisional dapat meningkatkan daya
tahan tubuh yang ditunjukkan dengan memberi respon kekebalan tubuh terhadap mikroba asing yang masuk ke dalam tubuh serta dapat memacu proliferasi
limfosit yang berperan penting dalam sistem imun. Dalam penelitian ini digunakan senyawa uji dalam bentuk campuran dan
dalam bentuk tunggalnya. Secara keseluruhan terbukti bahwa semua kelompok perlakuan baik menggunakan ekstrak etanolik jahe emprit maupun madu
kelengkeng ternyata mampu memberikan efek imunomodulator dengan
peningkatan respon hipersensitivitas tipe lambat. Semua kelompok perlakuan menunjukkan peningkatan respon yang melampaui kontrol.
Bila ditinjau dari bentuk senyawa tunggalnya saja, ekstrak etanolik jahe emprit dan madu kelengkeng memiliki aktivitas yang sama besarnya dalam
meningkatkan respon hipersensitivitas tipe lambat yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata yang hampir sama yaitu jahe emprit dengan nilai rata-rata 0,73 dan madu
kelengkeng dengan nilai rata-rata 0,74 Gambar 3. Saat diberikan dalam bentuk campuran, ternyata memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi khususnya pada
kelompok dosis III. Adanya perbedaan hasil dari nilai respon hipersensitivitas tipe lambat tersebut mungkin dapat disebabkan karena adanya pengaruh kenaikan dan
penurunan dosis terkait dosis campurannya karena dalam suatu dosis campuran, yang satu akan dinaikkan dosisnya sedangkan yang lainnya akan diturunkan
dosisnya untuk mendapatkan perbandingan campuran yang diinginkan. Kenaikan dan penurunan dosis inilah yang mungkin menyebabkan adanya perbedaan dalam
aktivitas imunomodulator dari senyawa tersebut. Adapun yang menjadi kekurangankelemahan dalam penelitian ini adalah
tidak dilakukannya standarisasi cara pengukuran, pelatihan pengukurpengamat, serta kalibrasi pada alat ukurinstrumen sehingga hal ini menjadi saran dalam
penelitian selanjutnya yang bertujuan untuk menghindari adanya kejadian bias, baik itu bias pemeriksapengukur maupun bias instrumenalat ukur. Selain itu,
untuk penelitian selanjutnya akan lebih baik jika tidak digunakan hewan uji secara bersama jika dilakukan dua penelitian sekaligus karena dapat menyebabkan
trauma pada tikus. Keadaan trauma ini bisa saja menimbulkan respon inflamasi
sehingga dapat menjadi kejadian bias pada pengukuran hasil. Oleh karena itu, lebih baik bila digunakan hewan uji secara terpisah.
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, dapat dikatakan bahwa campuran madu kelengkeng dan ekstrak etanolik jahe emprit mampu memberikan
pengaruh terhadap respon hipersensitivitas tipe lambat yang ditunjukkan dengan peningkatan respon hipersensitivitas paling tinggi bila dibandingkan dengan
kelompok madu kelengkeng tunggal maupun kelompok ekstrak etanolik jahe emprit tunggal.
49